WYLS | Park Sungjin

By HaniHanwoo

22K 2.3K 750

(Completed) Pertemuan kembali dengan seseorang yang dibenci di masa lalu, membawaku mengenal seseorang yang b... More

Cast
One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fifteen
Sixteen
Sungjin 1/2
Sungjin 2/2
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Brian
Twenty One
Twenty Two
Twenty three
Twenty Four - Sweet Chaos
Twenty five
Hyunjin
Twenty Six
Twenty Seven - END
Sibling
Busan
Meet Me After Rain
The Wedding

Twenty Four

440 56 20
By HaniHanwoo

Sungjin oppa memberhentikan motornya di suatu sudut saat kami tak sengaja melewati sungai Han dari jalan yang berbeda. Hanya ada beberapa orang yang tengah berjalan-jalan di sana. Mungkin karena sudah malam dan hampir memasuki musim dingin, hingga membuat orang-orang mengurangi aktifitas di luar rumah.

"Kenapa berhenti di sini?" tanyaku sambil turun.

"Kamu udah lama gak liat pemandangan di sini, kan? Siapa tau kangen." Ia ikut turun. Kami berdua kini bersandar pada motornya.

"Iya juga, sih. Sejak datang lagi ke sini, aku belum sempet ke mana-mana."

"Belum bikin artikel atau video lagi?" tanyanya.

Aku menggeleng.

"Trus, apa rencana kamu nanti?"

Aku menoleh ke arahnya yang ternyata sedang menatapku. Entah mengapa atmosfer di antara kami berdua menjadi lebih serius. Itu benar. Akan ada saatnya ia ingin tahu apa yang akan kulakukan, begitupun dengan diriku sendiri.

"Mungkin tetep lanjut jadi food reviewer, di Korea. Aku udah nyaman dengan kegiatanku yang sekarang. Ayah dan Ibu pun ngasih kesempatan setelah lihat Jae oppa bisa ada di atas panggung ngelakuin hal yang dia suka. Akhirnya mereka sadar kalau aku udah dewasa juga." Aku tersenyum sambil menunduk.

Tiba-tiba Sungjin oppa meraih tanganku dan menggenggamnya. Jari-jarinya terasa agak dingin dan tak mau diam, seperti kebiasaannya karena terlalu sering memetik gitar.

"Karena kamu udah dukung aku, dukung kami sampe bisa kayak gini sekarang. Aku juga bakal dukung kamu, apa pun itu," gumamnya.

Aku menatapnya sambil tersenyum. Entah mengapa, semakin lama aku mengenalnya, semakin dewasa pula sifatnya, semakin aku sangat menyukainya. Lalu, suasana hening hancur begitu saja saat perutku berbunyi keras sekali. Astaga.

"Kamu lapar?" tanyanya.

Tak menjawab, aku hanya menutup wajahku dengan tangan yang satunya. Ia lantas tertawa.

"Aku juga. Kita belom sempet makan malam, kan? Yuk!"

***

"Where should we start?" tanya Jae oppa sambil membetulkan kamera di hadapan kami.

"Yakin? Udah bilang manajer?"

Kakakku itu hanya membulatkan ibu jari dan telunjuk membentuk tanda OK. Ia lalu membenahi letak kacamata dan rambutnya yang berwarna kemerahan. Kami berdua sedang berada di sebuah restoran –yang katanya sedang ramai diperbincangkan– untuk merekam sebuah video pertama kali sejak aku kembali ke Korea.

Ada beberapa orang yang mengenali kami berdua, walau mereka hanya menyapa dan tak mengganggu sedikit pun. Itulah mengapa aku bertanya apakah Jae oppa sudah meminta izin manajer atau belum. Takutnya tiba-tiba saja ada berita aneh yang menyebar setelah kami membuat video ini.

Entah ada angin apa kakakku ini tiba-tiba saja ingin ikut dalam rekaman, padahal aku sama sekali tak mau menggunakan popularitasnya dalam pekerjaanku. Ia bilang sudah lama ingin membuat vlog, namun karena terlalu sibuk, ia tak sempat.

"Kita ngomong bahasa apa?" tanyanya.

"English, tapi berhubung lagi di Korea aku rasa gak apa-apa kalau campur."

"Got it!" Ia menepuk tangan dan bersiap.

Beberapa menu sudah terhidang di hadapan kami. Ketika biasanya aku melakukan semuanya sendiri, walau canggung, ternyata sangat menyenangkan bila ada orang yang menemani dalam pembuatan video seperti ini. Lebih tepatnya, kami bisa berbincang. Bukan monolog seperti biasanya.

"Guys, my brother has allergic for many things. I will give you some advices to choose which menus are safe for people like him."

"Yeah, she knows better."

Aku hanya tersenyum sambil melirik ke arahnya. Setelah menjelaskan, kami bahkan sempat untuk melakukan suten untuk menentukan siapa yang akan mencicipi duluan. Jae oppa mengeluarkan kertas sementara tanganku membentuk gunting.

"Okay, since he can't eat spicy food, so i will choose this spiciest one."

"No, man! Just kill me already." Ia sudah terlihat panik apalagi saat aku mendekatkan piring makanan berbumbu pedas ke arahnya.

"One spoon! I promise." Aku mengacungkan jari telunjuk ke arahnya.

Jae oppa menghela napas dan mulai mengaduk makanan di hadapannya. Ia mengambil satu sendok penuh dan mulai mengarahkannya ke mulut dengan tangan gemetar. Sesaat setelah sendok itu masuk, wajah pucatnya berubah menjadi merah.

Aku tertawa dan langsung mengambilkan segelas air untuknya. Ia mengunyah dan menelan dengan susah payah, kemudian meneguk air itu hingga tandas. Aku menarik piring itu menjauh dan ikut mencicipinya. Rasanya memang cukup pedas untuk membuat dahiku mulai berkeringat.

"You did great. It's really spicy!" jelasku.

Jae oppa sedikit terbatuk dan mulai mengatur napasnya. "Even though we're sibling, we're really different," ujarnya setelah sedikit tenang.

Aku mengangguk sambil terus memakan makanan tadi.

"Aku sering sakit, tapi dia gak pernah ada masalah sama makanan. Aku gak suka pedas, dia suka banget. Kami beda selera. Aku selalu ngerepotin dia karena harus makan paling banyak kalau lagi makan bareng keluarga. Pun kalau alergiku lagi kambuh dan aku gak bisa ke mana-mana."

Heol, mengapa ia tiba-tiba berbicara panjang lebar dengan bahasa Korea?

"Sibling is like spicy food. Walau kadang bikin sakit perut dan keluar air mata, tapi kalau kita udah tau seberapa menyenangkan punya saudara, kita bakal tetap menyukainya," tambahnya.

"What a philosophy," gumamku walau sebenarnya aku cukup tersentuh dengan kata-katanya barusan.

"Are you crying?" Jae oppa menyentuh pundak sambil mencoba melihat wajahku.

"Nggak. Ini karena pedes banget." Aku mengambil tisu sambil mengelap keringat dan air mata yang memang sudah menggenang sejak tadi.

"Harusnya jangan kamu abisin sendiri. Kalau mau makan pedes ajak Sungjin aja!"

Aku segera menutup mulut Jae oppa yang sedikit mencuri perhatian orang-orang di sekitar kami. Apa yang dikatakannya pasti sudah terekam dalam video, walau nanti masih bisa diedit sebelum kuunggah di internet. Tapi, bagaimana kalau orang lain mendengarnya?

"I-- can't-- breath," ujarnya susah payah.

Segera kulepaskan tangan dari mulutnya sambil masih menatap kakakku itu dengan marah.

"Watch your word!" ancamku sambil berbisik.

"Sorry. But, i don't think people will realize about it."

Baru saja aku merasa bersyukur punya seorang kakak laki-laki, bisa-bisanya ia hampir membocorkan tentang hubungan kami pada khalayak ramai.

***

"It's really cute," ujar Mark lewat sambungan telepon.

"Which part?"

"Both of you. I think it will help to increase your subscriber."

"I'm not let him join for that."

"I know."

Aku menghela napas. Memang pagi tadi aku mengirimkan video yang direkam bersama Jae oppa kemarin pada Mark untuk dilakukan pengeditan. Walau begitu, Mark benar karena banyak atau tidak, saat video itu ditayangkan nanti pasti akan berpengaruh dengan jumlah pengikutku di kanal pribadi.

"Guess what!"

"What?"

"My boss give me a long paid leave next week."

"That's good. So?" tanyaku sambil berbaring di tempat tidur dan menatap langit-langit.

"So, i will go to your place. To South Korea!"

Aku langsung beranjak duduk dengan kedua alis terangkat. "Really?"

"Yeah. So i can help to record your video. It's kinda tiring to do everything by e-mail."

"Why don't you spend your time with your family instead?"

"I did, Jane. But, i have to see what kind of city you live in." Suaranya terdengar sangat antusias.

Memang Mark tak pernah datang kemari, ia hanya mendengarkan bagaimana dan seperti apa Kota Seoul itu dari mulutku. Aku juga tak bisa untuk melarangnya, lagipula ia mungkin akan benar-benar lebih mudah membantuku.

"Okay, i'll wait then."

Ia tertawa senang. "I'll send the edited video this afternoon."

"Great! Please cut the part when my brother says Sungjin's name."

Hening. Entah mengapa Mark tiba-tiba saja tak bersuara di seberang sana.

"Mark?"

"Are you afraid?" tanyanya.

"Huh?"

"Still won't let everyone know about your relationship?"

"I'm not afraid, Mark. I just ... don't wanna let him be in trouble. So many people love him now. I ...." Aku menghela napas sejenak. "I'll wait till he tells himself."

Terdengar helaan napas berat darinya. Mungkin Mark mengkhawatirkanku saat ini, tapi aku benar-benar tak mungkin mengaku sebagai kekasih Sungjin oppa begitu saja. Apalagi saat ini apa pun yang terjadi pada kelima Oppa itu akan menjadi sorotak publik. Aku akan tetap menunggu, hingga ia yang mengungkapkannya sendiri pada semua orang.

***

Liburan hampir berakhir. Jae oppa menghabiskan waktunya untuk bermain game, bertemu kawan-kawan lama, atau sekadar berjalan-jalan dengan skateboard-nya. Sementara aku mulai mendatangi satu restoran ke restoran lain untuk menulis artikel seorang diri.

Beberapa orang asing mulai menyapa setelah aku mengunggah video bersama Jae oppa. Mereka bahkan banyak meninggalkan komentar di sana. Ada pula pelayan restoran yang merupakan salah seorang penggemar dan menitipkan salam untuk kakakku lalu memberikan kopi atau hidangan gratis. Terima kasih untuk itu.

Sungjin oppa bilang, ia akan segera pulang dari Busan. Ia sangat menikmati waktu bersama keluarganya dan banyak bercerita. Untung saja aku tak jadi ikut dengannya walau ingin, setidaknya aku tak mengganggu kebersamaan mereka yang jarang terjadi.

Saat sibuk menggulir layar laptop, tiba-tiba saja ponselku berbunyi dan menampilkan nama Sungjin oppa di sana. Aku segera mengangkat dan menempelkannya di telinga.

"Oh, halo," sapaku.

"Sedang apa?"

"Bacain komentar di postinganku. Kalau Oppa?"

"Aku lagi siap-siap mau pulang."

"Udah mau pulang?"

"Um, kange–"

"Halo, Jieun-ah!" Tiba-tiba saja seseorang memotong pembicaraan Sungjin oppa yang berganti menjadi suara seorang perempuan.

"Hah, eh, i-iya?" tanyaku gugup.

"Nanti aku titipkan beberapa kotak makanan. Kalian makan bareng, ya!"

"Eomma!" Terdengar Sungjin oppa masih berada di sana.

"Iya, iya. Ajak kakakmu sama yang lain juga. Lain kali ikut ke sini, ya!"

"Ah, iya. Terima kasih."

"Maaf kalau ibuku cerewet," ujar Sungjin oppa yang tampaknya sudah memegang ponselnya kembali.

"Gak apa-apa, aku seneng, kok."

Aku tersenyum kecil, membayangkan bagaimana mereka saling berinteraksi di rumah. Sungjin oppa dan ibunya yang banyak berbicara satu sama lain, sepertinya akan sangat menyenangkan jika berada di antara mereka. Lalu, mendengar ibunya sudah memanggilku dengan akrab seperti itu, aku juga percaya kalau ia sudah mengatakan tentang hubungan kami padanya.

"Oya, aku juga nonton video kalian. Kayaknya seru kalau bisa ikut."

"Oppa mau ikut juga?"

"Kalau kamu izinin, mungkin kapan-kapan."

"Tentu aja boleh! Aku seneng kalau Oppa mau temenin, Jae oppa gak bisa makan pedes."

"Call!" serunya sambil tertawa. "Ah, itu ... aku juga ada interview nanti karena album kami dapat pencapaian yang bagus. Kamu mau datang?"

"Serius?"

"Iya, Jaehyung gak bilang, ya?"

"Nggak."

Ish. Kakakku yang satu itu memang benar-benar ... bisa-bisanya ia menyimpan berita bagus sendirian.

Banyak hal baik yang terjadi belakangan ini, kuharap itu semua akan tetap berlangsung sampai nanti. Aku sudah cukup bahagia, mengerjakan hal yang kusuka, memiliki orang-orang terdekat yang begitu menyayangiku pula.

Sungjin oppa menarik napas berat, aku bisa mendengar derunya dengan jelas. "Aku ... bakal ngomongin hal penting nanti," gumamnya.

To be continue

Continue Reading

You'll Also Like

329K 27.1K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
38K 4.9K 43
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...
48.3K 6.4K 39
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
244K 36.6K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...