WYLS | Park Sungjin

By HaniHanwoo

22K 2.3K 750

(Completed) Pertemuan kembali dengan seseorang yang dibenci di masa lalu, membawaku mengenal seseorang yang b... More

Cast
One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fifteen
Sixteen
Sungjin 1/2
Sungjin 2/2
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Brian
Twenty One
Twenty Two
Twenty Four
Twenty Four - Sweet Chaos
Twenty five
Hyunjin
Twenty Six
Twenty Seven - END
Sibling
Busan
Meet Me After Rain
The Wedding

Twenty three

470 62 15
By HaniHanwoo

"Kalian masuk saja dulu, aku mau keliling sebentar," ujarku saat kami sampai di pintu masuk venue.

"Hati-hati, ya!" Ibu menyentuh pipiku dan menggamit lengan Ayah untuk masuk ke dalam, didampingi seorang staff yang akan menunjukkan tempat duduk kami nanti.

Aku melambaikan tangan dan menaikkan masker sambil berjalan melihat-lihat betapa ramainya keadaan sekitar. Banyak sekali penggemar yang mengantri sambil membawa beberapa benda bergambar wajah para member. Sedikit aneh rasanya melihat wajah kakak dan pacarku ada di mana-mana. Haha.

Mengambil ponsel, aku mulai memotret beberapa hal untuk dijadikan kenang-kenangan. Sebenarnya kami boleh saja untuk mengunjungi mereka di belakang panggung, tapi Ayah dan Ibu memutuskan untuk menonton konser lebih dulu baru menemui secara personal kemudian.

Sungjin oppa sempat mengirim pesan tadi malam. Dia bilang sampai bertemu besok, dan tentu membuatku tak bisa tidur. Aku tak bisa membayangkan apa yang harus kulakukan atau kukatakan saat bertemu dengannya nanti. Apakah bertanya kabar dulu, atau langsung memeluknya karena rindu? Ish.

Saat berbalik, tiba-tiba aku menabrak seseorang hingga sebuah dompet terjatuh ke tanah.

"Maaf," gumamku sambil meraih dan memberikan benda itu kepada pemiliknya.

"Tidak apa-apa," jawab orang itu.

Seorang wanita paruh baya berambut sebahu yang terlihat kebingungan. Apakah ia datang untuk menonton konser seorang diri? Ternyata musik mereka benar-benar menarik perhatian penggemar dari berbagai kalangan.

"Anu ... pintu masuk sebelah mana, ya?" tanyanya.

"Sebelah sana. Mari saya antar!" ajakku.

Ia mengangguk dan mulai berjalan di sampingku. Aku menggenggam tangannya karena suasana terlalu ramai dan berdesakan.

"Anda datang sendirian?" tanyaku sambil menoleh ke arahnya.

"Bersama anak perempuanku. Tadi kami berjanji untuk bertemu di pintu masuk, tapi karena ramai, aku tak bisa melihat arah dan malah terjebak di kerumunan." Ia tertawa kecil.

"Anak perempuan Anda seorang penggemar?"

"Ah, ya ... sebenarnya anak laki-lakiku ...."

"Eomma!" panggil seseorang. Kami berdua menoleh dan mendapati seorang perempuan tengah melambaikan tangan.

"Ah, itu dia!" Ibu itu lantas balik menarik tanganku agar kami berjalan sedikit cepat menghampiri anak perempuannya.

"Aku mencari Eomma tapi tak ada di mana pun!"

"Maaf, untung saja Nona ini membantuku," jelasnya sambil menunjukku.

Aku segera membungkuk begitu pun dengan gadis di hadapanku. Sepertinya ia beberapa tahun lebih tua dariku dan wajahnya sedikit tidak asing.

"Terima kasih, ya. Eomma ayo masuk!" ajaknya.

Aku hanya tersenyum di balik masker sambil melambaikan tangan. Kalau dipikir-pikir, cara bicara mereka pun menggunakan satoori, mengingatkanku pada seseorang.

Ah, sepertinya tinggal lima belas menit lagi. Aku bergegas masuk dan mencoba mencari kedua orang tuaku di tempat yang telah dijanjikan. Mereka berdua sedang berbincang sambil melihat ke arah panggung. Aku duduk di samping Ibu dan ikut melihat suasana sekitar.

Venue hampir penuh, pun dengan alat-alat musik yang sudah disiapkan di atas panggung. Entah mengapa membuat jantungku berdebar kencang. Para Oppa pun pasti begitu. Rasanya hari ini aku akan melupakan semua masalah dan menikmati musik mereka bersama para penggemar yang lain.

***

"Ayo cepat!" ajak Ibu sambil menggenggam tanganku.

Aku tahu ia sudah tak sabar bertemu dengan anak lelakinya. Padahal di konser tadi, Jae oppa menghampiri kami sambil bernyanyi. Sementara aku masih terbawa suasana. Entah mengapa dua jam tadi terasa mimpi, bisa kembali melihat mereka bernyanyi secara langsung dan bersorak bersama. Rasanya sangat menyenangkan hingga ingin menangis.

"Mom!" seru Jae oppa sambil memeluk Ibu dengan erat.

"My Boy," gumam Ibu dengan suara gemetar menahan tangis.

Kakakku itu berganti memeluk Ayah, juga memelukku dengan erat.

"What's good? Miss me, huh?" tanyanya sambil mengusap kepalaku beberapa kali.

Aku membuka masker dan tersenyum. "You did great, Bro!"

"Jieun-ah!" panggil seseorang. Aku menoleh dan melihat Dowoon sedang berjalan menghampiri dan memelukku.

"Dowoon-ah, bagaimana kabarmu?" tanyaku sambil menepuk punggungnya beberapa kali.

"Baik, baik." Ia melepas pelukan dan beralih menyapa Ayah dan Ibu yang sering mendengar cerita tentangnya sejak aku sekolah dulu.

Tak lama kemudian, Wonpil oppa dan Brian oppa pun datang menyapaku. Mereka terlihat lelah namun bahagia. Ah, ada Cindy juga ternyata. Ia pasti datang sebagai seorang pacar yang baik.

"Ini noonaku," ujar Wonpil oppa sambil menunjuk seorang perempuan cantik di samping Cindy.

Aku lekas menyapanya. Mereka berdua terlihat sudah saling dekat satu sama lain. Brian oppa juga didampingi oleh kedua orang tuanya yang datang dari Kanada.

"Sungjin!" panggil Jae oppa, membuat pipiku tiba-tiba saja terasa panas.

Masih teringat saat pertama kali ia naik ke panggung dengan kepala botaknya, membuatku cukup terkejut. Lelaki itu pun sempat berjalan beberapa kursi di hadapanku dan menoleh sambil tersenyum.

Ia kemudian muncul dengan dua orang wanita di belakangnya. Ah, ternyata benar. Ibu dan anak perempuannya yang tadi.

"Ternyata benar kamu adiknya Jaehyung," ujar Ibu Park –calon mertua, ehem– sambil menggenggam kedua tanganku.

"Kalian pernah ketemu?" tanya Sungjin oppa.

"Dia menolong Eomma tadi. Makasih, ya."

Aku hanya tersenyum sambil melirik Sungjin oppa yang masih terlihat kebingungan. Namun beberapa saat kemudian, ia menyentuh lenganku.

"Eomma, kenalin. Ini Jieun, p–"

"Park! Park Jieun, adiknya Park Jaehyung!" potongku cepat.

Terdengar beberapa suara tawa tertahan dari Oppa lain. Apakah tingkahku saat ini terlihat konyol? Kalau benar Sungjin oppa akan mengenalkanku sebagai pacar kepada ibunya saat ini juga, rasa-rasanya aku belum siap. Apalagi semua orang tengah berkumpul di sini, termasuk kedua orang tuaku.

"Aku ibunya Sungjin. Ini noonanya," jawab Ibu Park.

"Sungjin keren, ya! Makasih udah rawat Jae selama di sini." Ibu menepuk lengan Sungjin oppa beberapa kali.

"Ah, aku juga sering ngerepotin Jaehyung, kok," jawabnya segan.

Pemandangan apa ini? Tak terasa bibirku terus menyunggingkan senyum sejak tadi. Kami semua lantas berbincang, memberi selamat juga bunga yang sudah dipersiapkan dari rumah. Para orang tua pun saling bercakap entah membahas apa.

"Libur seminggu," gumam Jae oppa. Agensi memberikan mereka libur setelah konser usai.

"Uwah, kalian ada rencana?" tanyaku.

"Don't know." Ia menggendikkan bahunya dan menoleh ke arah Sungjin oppa.

"Mau pergi sama-sama?" Sungjin oppa tersenyum ke arahku. Aku mengangguk cepat.

***

Setelah perbincangan saat itu, sesuai janji, mereka mendapatkan libur satu minggu penuh. Jae oppa pun pulang ke rumah, kami berkumpul dalam formasi lengkap mengisi bangunan yang sudah beberapa bulan kemarin kosong. Ibu dan Ayah hanya sempat tinggal beberapa hari sebelum pekerjaan memaksa mereka untuk kembali ke L.A.

Aku berbaring sambil memainkan ponsel dan mengetik beberapa huruf yang akan kukirimkan pada Sungjin oppa.

[Kita jadi pergi?]

Pesan terkirim. Sungguh aku sangat menantikan untuk segera bertemu dengannya. Banyak hal yang ingin kubahas, hanya berdua.

[Ya, jam sepuluh kutunggu di rumah Wonpil.]

[Rumah Wonpil oppa?] balasku cepat.

Di rumah Wonpil oppa? Mengapa harus bertemu di sana? Aku segera beranjak dari tempat tidur dan bersiap meski masih dalam keadaan bingung. Baru saja membuka pintu, terlihat kakakku pun baru keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi.

"Mau ke mana?" tanyaku.

"Liburan, kamu lupa? Emang Sungjin gak ngomong?"

Aku terdiam dan menghela napas. Kukira kami benar-benar akan pergi hanya berdua. Ha-nya ber-du-a. Ish!

*

"Kenapa, sih? Cemberut terus! Ugly." Jae oppa menyikutku sambil terus menatap ke arah jalan.

Aku hanya mendelik ke arahnya tanpa menjawab sepatah kata pun. Bisa-bisanya aku berharap bisa liburan tanpa mengikutsertakan kakakku dan teman-temannya yang lain. Tanpa terasa, mobil berhenti tepat di tempat yang dulu sering kami kunjungi. Rumah itu tak berubah sama sekali, begitu pun dengan pantainya. Hanya sedikit lebih ramai.

Menutup pintu mobil dengan keras, aku berjalan lunglai mengikuti Jae oppa dari belakang. Sepertinya yang lain sudah datang karena terdengar suara-suara tawa dari dalam sana.

"Welcome!" sapa Brian oppa sambil membukakan pintu dengan senyuman.

Jae oppa hanya membetulkan topi di kepala dan masuk begitu saja. Aku kembali menghela napas dan berjalan melewati Brian oppa.

"What's wrong?" tanya Brian oppa yang kemudian mengekori.

"Nothing," gumamku.

Di dalam sana, yang lain sedang bermain game dan bersorak. Sungjin oppa hanya menoleh dan tersenyum saat aku datang. Heol! Apakah ia tak senang bertemu denganku?

Aku duduk di sofa lalu memainkan ponsel sampai bosan. Beberapa kali Dowoon dan Wonpil oppa menawarkan camilan atau minuman, kuminta mereka untuk meletakkannya di meja saja. Walau biasanya aku akan ikut bermain, tapi kini ada rasa kecewa yang membuatku malas melakukan semuanya.

"Kenapa? Lagi gak enak badan?" tanya Sungjin oppa yang tiba-tiba saja duduk di sampingku.

"Nggak apa-apa," jawabku ketus.

"Beneran?" Ia mendekatkan wajahnya, sementara aku hanya menunduk sambil masih menatap ponsel di tangan.

"Um."

"Baiklah." Ia beranjak dan kembali bergabung bersama yang lain.

Whoaa, sungguh? Hanya seperti itu responnya? Bisa-bisanya kau membuatku kesal, Park Sungjin!

"Jieun-ah, mau ikut berenang?" tanya Dowoon.

"Nggak mau!"

"Kita berenang dulu, ya!" tambahnya sambil berlari mengikuti yang lain.

Mereka berlima berlari menuju pantai dan langsung menyerbu air, aku bisa melihatnya dari jendela ruang tamu yang terbuka. Para Oppa tertawa dan tampak raut bahagia terpancar dari wajah mereka. Mereka pasti senang sekali setelah lelah dengan konser kemarin.

Menyenangkan. Andai aku bisa berenang juga.

**

"Park Jieun," panggil seseorang.

Aku terperanjat dan mendapati tubuhku berbaring di sofa dengan sebuah selimut di atasnya. Lalu, langit di luar sana mulai gelap dan Sungjin oppa sedang berjongkok tepat di hadapanku. Astaga, mungkinkah aku tertidur sejak siang tadi?

"Yang lain mana?" tanyaku sambil mencoba duduk.

"Dowoon sama kakakmu pulang, Kang Bra berangkat ke Kanada, Wonpil juga ke Incheon."

"Hah? Kenapa gak bangunin?"

"Udah, tapi gak bangun," jawabnya sambil mematikan semua lampu di rumah ini.

Mungkin karena tadi malam aku harus mengantar Ayah dan Ibu ke bandara dan menunggu cukup lama. Tapi mengapa semua orang pergi? Pantas saja hari ini mereka bermain bersama seharian, ternyata karena akhirnya akan pulang ke rumah masing-masing. Lagipula, mengapa Jae oppa ikut-ikutan pulang duluan dan meninggalkanku? Ah, tak tahu lagi.

"Ayo!" ajak Sungjin oppa.

"Ke mana?"

"Kuantar pulang." Ia menyerahkan sebuah jaket tebal dan sebuah helm berwarna cokelat.

"Ini ...."

"Kita naik motor." Ia membuka pintu depan dan berjalan menuju sepeda motor yang terparkir di sana. Kukira itu milik Dowoon sejak siang tadi.

Aku berjalan menghampirinya, menunggu pria itu untuk mengunci semua pintu dan jendela sebelum pergi. Ia lantas kembali ke motor, mengenakan helmnya dan bersiap.

"Oppa gak akan pake jaket?" tanyaku saat menyadari ia hanya mengenakan kaus berlapis hoodie saat ini.

"Nggak dingin, kok. Kamu pake aja. Ayo naik!"

Aku berdiri mematung sejenak, sebelum akhirnya naik tepat di boncengan belakang. Sungjin oppa mulai memacu motornya meninggalkan halaman rumah Wonpil oppa yang kosong. Silir angin malam dan suasana di sekitar pantai sangat menusuk, bohong kalau Sungjin oppa bilang ia tak kedinginan.

"Oppa, ini dingin banget! Beneran gak mau pake jaket?"

"Nggak apa-apa."

Aku mendengkus, lalu segera memeluknya dari belakang dengan erat. Membiarkan kepalaku bersandar di pundaknya yang lebar. Ini nyaman. Sungguh, seharusnya kulakukan seperti ini sejak dulu. Setidaknya ini bisa mengurangi rasa dingin di tubuhnya, mungkin.

"Kukira kamu marah karena cemberut terus dari tadi," ujarnya yang kini terdengar lebih jelas.

"Iya, aku emang marah. Kukira kita cuma jalan-jalan berdua."

"Sekarang kan lagi jalan-jalan berdua."

"Ish!" Aku tersenyum kecil.

"Aku ngerti. Aku janji besok atau nanti kita pergi ke suatu tempat yang bagus."

"Oke."

Kami berdua tertawa kecil. Aku mengedarkan pandangan, melihat lampu-lampu jalanan yang bersinar terang. Baru kali ini aku menikmati jalanan Seoul malam hari dengan menggunakan motor.

"Oppa, rambutmu ke mana?" tanyaku.

"Kenapa? Apa gak cocok?"

"Cocok, kok. Lebih terlihat dewasa."

"Aku potong karena rambutku mulai rusak. Lagian lebih ringan kalau begini."

"Pacarku memang cocok gaya rambut apapun," gumamku pelan.

"Aku bisa denger, lho!"

Aku terkekeh canggung. Bisa-bisanya aku berkata begitu di belakang orangnya langsung.

"Oppa gak pulang ke Busan?"

"Mungkin lusa, mau ikut?"

"Nanti gimana kalau Ibu Park tanya kenapa aku ikut?"

"Ya tinggal jawab. Lagian ibuku udah tau kalau kita pacaran."

"O-oppa bilang?"

"Um. Kemarin Eomma bilang dia seneng ketemu kamu secara langsung."

"Ah, gitu, ya?" tanyaku malu. Aku menenggelamkan wajah di punggungnya. Sedikit aneh rasanya mendengar hal seperti itu secara langsung begini. Walau sebenarnya, aku masih ingin mendengarkan lebih banyak lagi.

Sungjin oppa berhenti bercerita. Entah seperti apa ekspresi wajahnya sekarang. Motor melaju melewati jalanan yang lebih kecil. Sedikit asing dan tak biasanya kami lewati setiap ke rumah Wonpil oppa.

"Kita mau pulang ke rumahku, kan?" Aku mengangkat wajah dan melihat sekeliling.

"Iya, lewat sini lebih cepet. Kenapa? Mau pulang ke rumahku?"

"HEY!"

To be continue

Maapin updatenya lama yaaa~ 🙏🙏 semoga besok-besok bisa lancar lagi. 🙇‍♀️

Continue Reading

You'll Also Like

178K 15.1K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
53.3K 8.4K 52
Rahasia dibalik semuanya
69.2K 5.1K 24
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ Ma...
313K 23.8K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...