-vote, komen dulu!-
APAKAH MASIH ADA YANG MAU CERITA INI LANJUT??
H A P P Y R E A D I N G
"Aku pergi dulu ya?" pamit Alan. Lelaki itu sudah mengenakan baju olahraga lengkap. Sore harinya, Alan ada pertemuan anggota futsal. Jabatannya sebagai Ketua Tim Futsal akan segera lengser dan berpindah tangan.
"Iya. Nanti aku sama Laskar mau jalan-jalan," ucap Tata.
"Kemana?" Ia mencolek pipi gembil Laskar lalu kembali menatap Tata.
"Taman mungkin? Yang jelas keliling-liling."
"Oh oke, nanti kabarin aku aja."
Tata mengangguk kemudian menyuruh Laskar memberikan kecupan di pipi Alan. Bayi itu menurut, namun disertai lumatan kecil hingga pipi Alan kini penuh dengan air liurnya.
"Da da dah," celotehnya. Tangan bantet itu melambai, mengabaikan tatapan kesal yang Papanya layangkan.
"Mama, Laskar nakal. Pipi Papa jadi kaya lautan ludah," kata Alan berpura-pura merajuk.
"Papa ngambek Kar," ujar Tata ikut mengompori.
Bayi itu mengerjap lucu. Ia menatap Alan sayu, tangannya terulur meminta di gendong sang Appa, "Pa...pa..pa," celoteh Laskar. Batita tersebut mengecup bibir Alan, tersenyum kearah pria yang menggendongnya.
"Sayang, ambilin tisu dong," pinta Alan pada Tata, "mana bisa Papa ngambek lama-lama sama jagoan kesayangan papa ini," tuturnya kemudian. Ia memberikan ciuman bertubi-tubi di wajah Laskar, membuat bayi itu memekik geli sekaligus kesenangan.
"Nih." Tata menyerahkan dua lembar tisu, lalu mengambil alih Laskar dari gendongan Alan. "Berangkat gih, nanti telat."
Alan mengecup kening Tata dan Laskar bergantian, "nanti chat aku, kalau gimana nanti aku nyusul."
"Oke. Dadah Papa."
"Da dad ah Appa."
---
"Latihan untuk hari ini cukup sampai disini. Bulan depan kita akan memilih kapten futsal yang baru sebagai pengganti Alanno. Minggu depan kita kembali latihan, di sini, di jam yang sama," ujar Pak Dodi selaku pelatih dalam club futsal. Beliau melirik ke arah jam tangannya sekilas, lalu menyuruh Alan untuk memimpin doa.
"Semuanya, sebelum kembali kerumah, alangkah lebih baiknya kita berdoa terlebih dahulu. Menurut kepercayaan dan keagamaan masing-masing berdoa mulai."
"Berdoa selesai."
Setelahnya, semua anggota club futsal membubarkan diri. Bima menghampiri Alan yang sedang membereskan barang-barangnya. "Nongkrong dulu mau kagak? Telfon anak-anak yang lain," ajak Bima.
"Sorry nih, gue nggak bisa. Ada urusan genting," balas Alan.
"Genting apaan? Ayolah, sekali-kali. Kita udah lama nggak nongkrong bareng," kata lelaki itu. Ia membenarkan tatanan rambutnya, masih menatap Alan yang saat ini sudah mengeluarkan kunci mobil.
"Serius, hari ini gue nggak bisa. Lain kali aja. Gue duluan." Alan berpamitan pergi. Berjalan menjauhi Bima dan melajukan mobilnya kencang.
Tadi, Tata mengirimkannya pesan, mengatakan bahwa gadis itu dan Laskar sedang berada di salah satu mall di daerah Jakarta. Dan tujuan Alan kini adalah menyusul kedua orang tercintanya.
Kurang lebih lima belas menit perjalanan, akhirnya Alan tiba di tempat tujuan. Lelaki itu segera menghubungi Tata dan menanyakan keberadaan sang gadis.
"Aku lagi makan sama Laskar, di restoran jepang. Deket sama gramedia," ucap Tata.
"Oke, aku kesana sekarang."
Alan melangkahkan kakinya menuju restoran jepang yang Tata maksud. Penampilan lelaki yang tadi menggunakan baju olahraga itu sudah berganti. Ia tadi sempat mengganti pakaian di dalam mobil. Tentu akan aneh bila dia masuk dengan sepatu futsal.
"Mama," panggil Alan dengan suara yang lumayan keras. Saat sadar akan tindakannya, Alan memandang sekitar yang kini menatapnya aneh. Lelaki itu dengan cepat menghampiri meja Tata dan Laskar.
"Malu-maluin!" sembur Tata.
"Padahal tadi aku ngomong udah pelan loh," katanya.
"Orang suara mu bass begitu," tutur Tata. Tangannya menyuapi wortel kedalam mulut Laskar.
"Papapa. Lililing di," ucap Laskar dengan bahasa yang sulit dimengerti oleh orang dewasa. Alan hanya menganggukkan kepalanya, berpura-pura mengerti dengan apa yang bayi laki-laki itu katakan.
"Seru ya Kar? Main sama temen, besok main lagi mau?" ucap Tata.
"Auuuuuu," pekiknya senang. Dia bahkan melompat-lompat di kursi bayinya. Menunjukan lima gigi depannya yang sepertinya akan bertambah satu.
"Habis ini mau kemana?" tanya Alan sambil memasukan sepotong sushi kedalam mulutnya.
"Langsung pulang aja," ucap gadis tersebut.
"Oke. Tadi kamu kesini naik apa?" Alis Alan terangkat sebelah.
"Taksi."
"Amma, cu cu cu." Laskar menarik-narik lengan baju Tata, berusaha mengambil alih atensi sang Amma yang sejak tadi mengobrol dengan Appa nya.
Tata mengobrak-abrik tas perlengkapan Laskar yang ia bawa, lalu mengeluarkan sebotol susu yang sudah ia siapkan dari rumah.
"Gimana kalau liburan akhir tahun nanti kita jalan-jalan bertiga?" celetuk Alan.
"Kemana?" tanya Tata.
"Kamu maunya kemana?" Alan bertanya balik.
"Bandung!!" pekik Tata senang, "atau Semarang?"
"Aku kira kamu bakal minta keluar negeri," sahut Alan. Ia mengacak surai Tata lalu tersenyum kecil.
"Nggak ah, Laskar masih terlalu kecil buat diajak naik pesawat," jawab cewek tersebut.
"Laskar udah satu tahun, dia udah boleh naik pesawat," kata Alan.
"Tapi akunya yang was-was."
"Yaudah, berarti Bandung sama Semarang ya?"
"Iyaa!" Tata tersenyum senang membuat Alan gemas hingga mencubit pipi gadis itu.
"Pa pa pa pa." Laskar berceloteh seraya menunjuk arah luar restoran yang berbatas kaca bening.
Tata dan Alan menoleh, melihat apa yang sedang Laskar tunjuk. Dan saat itu juga, wajah Alan berubah panik. Laki-laki itu menggendong Laskar dan berlari menuju toilet yang ada di restoran itu.
"Buruan Lan, sembunyi di toilet," ujar Tata.
"Sabar sayang, ayo Kar."
Setelah memastikan Laskar dan Alan benar-benar pergi. Tata menggeser kursi bayi di sebelahnya agak menjauh. Disana, di depan pintu restoran terdapat kedua sahabat Tata, Kila juga Uma. Dan satu sahabat Alan, Nino yang merupakan pacar Kila.
"Eh, Tata. Lo sendirian?" Mereka bertiga menghampiri meja Tata.
"Iya, sendiri doang," jawab Tata kikuk.
"Belanjaan kamu banyak banget Ta," ujar Uma, dia melirik kearah paper bag yang berada di samping Tata.
"Ah, iya. Sekalian beliin Mami," balas gadis itu seraya membenarkan tatanan rambutnya, "kalian mau makan disini?"
"Enggak, Nino nggak suka makanan jepang. Kami kesini karena lihat lo," jawab Kila.
"Tadi gue lihat ada cowok sama bayi disini, kok sekarang nggak ada ya?" Nino berceletuk. Cowok berkacamata itu menggaruk tengkuknya sambil menatap sekitar.
"Salah lihat kali!" kilah Tata.
"Iya, kayaknya salah lihat." Nino menganggukkan kepalanya sebelum beralih merangkul Kila, "Yang, aku udah laper," rengek laki-laki itu.
"Kalau gitu, kami pergi dulu ya Ta," pamit Kila.
Tata mengerjap lucu, kemudian mengangguk, "oh oke."
"Dah."
Setelah ketiganya pergi. Tata menghela nafas lega. Cewek itu segera menghubungi Alan, menyuruh lelaki itu keluar dari persembunyiannya.
"Mereka udah bener-bener pergi 'kan?" tanya Alan, ia memberikan Laskar ke Tata, mengelap peluh yang memenuhi keningnya.
"Iya udah," jawab Tata, "pulang yuk. Aku nggak mau kita keciduk lagi."
"Hampir keciduk sayang," koreksi Alan.
-BERSAMBUNG-
Sebenarnya aku udah ngetik ini cerita sampai tamat.
Cuma karena aku banyak kesibukan, dan mood yang nggak menentu. Aku jadi jarang update.
Maaf.
Buat yang masih baca sampai di part ini, terimakasih.
Tolong di koreksi bila ada typo dan salah penempatan tanda baca ya!
Laskar yang lagi gemes sama kakinya sendiri.
Salam tertera;
Sri Devina Myn