WYLS | Park Sungjin

By HaniHanwoo

22K 2.3K 750

(Completed) Pertemuan kembali dengan seseorang yang dibenci di masa lalu, membawaku mengenal seseorang yang b... More

Cast
One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fifteen
Sixteen
Sungjin 1/2
Sungjin 2/2
Seventeen
Nineteen
Twenty
Brian
Twenty One
Twenty Two
Twenty three
Twenty Four
Twenty Four - Sweet Chaos
Twenty five
Hyunjin
Twenty Six
Twenty Seven - END
Sibling
Busan
Meet Me After Rain
The Wedding

Eighteen

501 64 33
By HaniHanwoo

"Seorang perempuan."

"Huh?" tanya mereka bersamaan.

Gadis itu sedang mencoba membuka pintu, namun masih kutahan. Tak lama kemudian, Dowoon mendekat dan mencoba melihat ke luar.

"Oh!" serunya, membuatku langsung menoleh ke arahnya.

"Itu Cindy!"

Cindy? Maksudnya synthesizer Wonpil oppa? Apakah ia bisa berubah menjadi manusia? Tidak masuk akal.

"Pacar Wonpil hyung," jelasnya lagi. Membuatku semakin percaya kalau aku ini salah dengar.

"Wonpil oppa punya pacar?" tanyaku tak percaya, lantas menoleh ke arah yang lain dan tampaknya mereka tak terkejut sama sekali.

"Oh, itu Wonpil hyung! Kita harus siap-siap, matikan lampunya!" Dowoon berlari ke belakang dan bersiap di posisinya.

Sementara aku yang masih bingung hanya mundur perlahan, membiarkan pintu terbuka dan kepala Wonpil oppa menyembul dari sana.

"Apa ini? Kenapa semuanya gelap?" tanyanya. Didukung hari yang mulai malam di luar sana.

Ia meraba saklar lampu di dinding dekatku yang mencoba diam dan menahan napas agar tak ketahuan. Tak lama kemudian, lampu menyala dan lagu ucapan selamat ulang tahun mengalun dari mulut para member. Wonpil oppa tampak terkejut kemudian menghela napas saat kue ulang tahun yang dipegang Sungjin oppa menuju ke arahnya.

"Kalian," gumamnya sambil tersenyum lebar.

"Ayo buat permintaan!" ujar Brian oppa.

Wonpil oppa mengangguk dan menautkan kedua tangannya, lalu memejamkan mata sejenak. Setelah itu, ia langsung meniup lilin di depannya.

"Kalian semua, terima kasih."

"Selamat ulang tahun!" teriak Dowoon sambil meletuskan party popper, membiarkan lembaran confetti berhamburan ke sana kemari.

"Halo, semuanya," sapa gadis yang sedari tadi berdiri di belakang Wonpil oppa sambil membungkuk.

"Kalian masih inget Cindy, kan?" tanya Wonpil oppa, dijawab anggukan dan lambaian tangan teman-temannya. Ia beralih menoleh ke arahku. "Ah, iya, Cindy ini Jieun, adiknya Jaehyung hyung."

"Halo," sapaku.

Cindy balas tersenyum dan membungkuk. Ia gadis yang manis.

"Kita makan dulu, aku udah mulai lapar," ajak Sungjin oppa. Sudah kuduga ia akan segera lapar.

"Uwaaah, daebak!" seru Wonpil oppa saat melangkah menuju meja makan yang sudah terhidang beberapa makanan. "Kalian masak sup rumput laut? Sejak kapan?"

"Hyung pergi dari siang, jadi kami di sini nyiapin semuanya," jawab Dowoon.

"Iya, aku jemput Cindy tadi."

Kali ini kami semua duduk mengitari meja makan dan siap menyantap makanan. Aku membantu Sungjin oppa untuk membagikan nasi dan mangkuk sup untuk semua orang.

"Oppa, udah lama pacaran?" tanyaku.

"Hmm ... setahun?"

"Serius?" Aku meraih kursi dan duduk sambil memasang wajah tak percaya.

Selama ini ia tak terdengar berkencan atau semacamnya. Wajar saja aku sangat terkejut saat mengetahui Wonpil oppa memiliki seorang kekasih.

"Hey, Dowoon-ah! Jangan-jangan kamu juga punya pacar?" Aku berbisik dan menyenggol sikut Dowoon yang duduk di sampingku.

"Aku? Oh, iya, dong!"

"Punya? Siapa namanya?"

"Drum."

"Ish!" Aku langsung memukul lengannya dengan kesal.

"Hey, hey! Lagi makan, gak boleh berantem!" seru Sungjin oppa yang ternyata tengah memperhatikan.

"Apa Jieun dan Dowoon sebaya?" tanya Cindy yang sedari tadi tak banyak bicara.

"Ya, kami teman sejak sekolah," jawab Dowoon.

"Aku dan Cindy juga tadinya teman. Jaehyung hyung, mau punya adik ipar kayak Dowoon gak?" Wonpil oppa tersenyum ke arah kakakku.

"Huh? No, absolutely no! None of you can be my brother in law."

"Why? Baru aja aku mau minta izin buat daftar," ujar Brian oppa.

"No, don't you even try!"

"Apa ini? Kayak biro jodoh aja. Udahlah, Jieun kan bukan anak kecil lagi," timpal Sungjin oppa.

Aku menunduk dan menghela napas. Pembahasan macam apa ini?  Bukankah seharusnya hari ini kami merayakan ulang tahun Wonpil oppa?

Aku meraih pisau dan mengacungkannya, membuat orang-orang itu diam seketika. "Haruskah ... kita potong kuenya sekarang?" tanyaku.

"A- ah, ya. Boleh, boleh," jawab Wonpil oppa sambil menengadahkan tangan untuk mengambil pisau itu dariku.

Setidaknya, mereka berhenti bicara untuk saat ini.

***

Aku membereskan piring kotor dan membawanya menuju wastafel untuk dicuci. Makan malam telah selesai, mereka kemudian menikmati waktu masing-masing.

Wonpil oppa dan pacarnya sedang duduk di teras. Aku dengar bahwa mereka jarang bertemu karena Cindy masih melanjutkan pendidikannya. Wajar saja momen ini mereka manfaatkan untuk saling melepas rindu.

Mereka hebat. Tetap saling menjaga kepercayaan walau jarak memisahkan. Tak pernah sekalipun aku melihat Wonpil oppa dekat dengan perempuan lain. Ia juga sangat manis dan lembut. Iri rasanya saat melihat mereka bisa saling menggenggam tangan di hadapan semuanya. Benar juga. Bukankah pacaran memang harusnya seperti itu?

Ah, ia bahkan menamai synthesizer-nya dengan nama sang pacar. Bikin iri saja.

"Kamu lagi mikirin apa?" tanya seseorang.

Aku langsung menoleh dan mendapati Sungjin oppa sedang mengenakan sarung tangan karet di sampingku.

"Nggak, kok," jawabku asal.

"Kamu nyuci satu piring aja lima menit."

Aku melihat ke arah piring di tangan. Benar saja, ini masih piring yang sama saat aku mulai mencuci tadi. Fokus, Jieun, fokus!

Sungjin oppa mulai membantu mencuci semuanya dengan cepat, dan bersih tentunya. Aku menatap sosoknya yang masih terlihat keren bahkan saat tengah mencuci piring sekalipun. Menyebalkan.

"Duduk aja! Biar aku yang beresin," gumamnya.

"Kenapa?"

Ia menoleh ke arahku sejenak. "Nanti bisa-bisa selesainya besok pagi."

Ish. Aku tersenyum kecil. Mungkin, ini salah satu caranya untuk menunjukkan bahwa ia menyayangiku? Heol. Membayangkan kata sayang darinya saja rasanya seperti hendak memenangkan undian yang sangat besar. Impossible.

Aku menautkan lengan ke lengannya, membuat pria itu langsung berhenti dan menatapku.

"Kkabjagi?"

"Kenapa? Aku cuma mau bantu, kok!" ujarku sambil membasuh piring dengan lengan yang masih tertaut.

"Emang harus begini banget, ya?"

"Gak suka?"

"Oke, lanjut cuci piring!" Sungjin oppa kembali mencuci, membuatku tertawa kecil melihat tingkahnya.

Malam ini mereka menyempatkan berlatih hingga larut karena audisi tinggal beberapa hari lagi. Aku dan Cindy duduk di sofa sambil memperhatikan, walau jelas terlihat gadis itu sudah amat lelah dan mengantuk. Tentu, ia telah melalui perjalanan panjang untuk datang kemari.

"Mau tidur?" tanyaku pelan.

"Um, uh, yaaah, mungkin sebentar lagi," jawabnya sambil tersenyum. Kulihat Wonpil oppa sesekali melirik ke arahnya.

"Aku rapikan dulu kamarnya." Aku beranjak dan hendak berjalan ke luar studio.

Tiba-tiba ia berlari mengejarku dan membuka pintu lebih dulu. "Biar aku aja yang beresin," ujarnya.

"Gak apa-apa, kamu pasti capek."

"Nggak juga. Wonpil sering cerita kalau kalian ada latihan, pasti Jieun atau Sungjin oppa yang beresin rumah."

Aku tersenyum kecil. Kami berjalan bersama menuju kamar Wonpil oppa yang biasa kugunakan saat menginap. Cindy membuka lemari dan meraih selimut tebal lantas menyimpannya di bawah.

"Biar aku tidur di bawah."

"No! Biar aku aja!" ujarku lalu mengambil selimut itu dan menggelarnya di lantai.

Tentu salah satu dari kami harus ada yang mengalah karena tempat tidur Wonpil oppa hanya cukup untuk satu orang. Cindy terdiam, namun aku menggerakkan tangan dan meyakinkan bahwa aku baik-baik saja tidur di mana pun.

"Aku senang karena Wonpil punya teman-teman yang baik," gumamnya sambil tersenyum dan duduk di tempat tidur.

"Aku juga ngerasa begitu saat pertama kenal mereka semua."

"Jieun juga," tambahnya. Aku tertawa kecil.

"Apa yang kamu sukai dari Wonpil oppa?"

"Eh?"

"Haha, lupakan."

"Cerewet? Manis?" Cindy tertawa lalu berbaring dan menatap langit-langit. "Aku bahkan gak ingat alasan pasti kenapa aku suka Wonpil. Semua berjalan gitu aja."

Aku mengangguk pelan. Itu benar. Rasanya akan sangat membingungkan saat orang lain bertanya apa yang membuat kita menyukai seseorang.

"Karena kita menyukai semua hal yang ada pada orang itu. Tak terkecuali," gumamku.

"Jieun punya pacar? Atau sedang menyukai seseorang?" tanyanya tiba-tiba.

Aku memilih untuk diam dan mencari jawaban yang tepat. Sedikit takut rasanya kalau sampai Cindy tahu dan mengatakannya pada Wonpil oppa.

"Salah satu dari mereka?" tanyanya lagi. "Siapa pun itu, meski sulit. Kuharap kamu tetap bahagia karena kita gak pernah tahu rasa suka dan cinta itu akan datang kapan dan kepada siapa. Nikmatin aja."

"Tentu."

*** 

Kupikir semua ini tak akan terlalu sulit. Saat orang lain saja bisa untuk mempertahankan suatu hubungan meski tak berjumpa berbulan-bulan lamanya. Sedangkan aku, sangat beruntung bisa bertemu dengan pria yang kusukai hampir setiap hari, walau kami tak bisa selalu bersama.

Bukan karena ingin menyembunyikan dari yang lain, hanya saja belum siap rasanya melihat bagaimana reaksi mereka saat tahu aku dan sang leader pacaran.

Pacaran, ya? Aku sendiri tak percaya. Haha.

Alasan yang paling besar adalah kakakku. Ia ketakutan terbesarku saat ini. Bukan lagi menjadi rahasia kalau ia pasti tak akan setuju kalau aku mempunyai hubungan spesial dengan temannya. Entah apa yang akan terjadi kalau ia tahu. Mungkinkah menjadi masalah besar seperti waktu itu?

Tentu hal itu tak boleh terjadi. Apalagi esok mereka akan mengikuti audisi yang sudah dinanti-nanti. Mereka sudah berlatih keras siang dan malam agar bisa menampilkan yang terbaik. Mimpi mereka adalah berdiri di panggung yang lebih besar, dengan banyak orang yang menyukai lagu mereka.

Aku akan menjadi orang yang paling merasa bersalah, kalau sampai mereka gagal.

"Kapan aku bisa bilang sama kakakmu?" tanya Sungjin oppa, membuyarkan lamunanku.

Kami tengah duduk di sebuah kedai tteokbokki malam ini. Kebetulan Jae oppa tidur lebih awal, mungkin karena kelelahan.

"Aku gak tau. Bakal susah kayaknya," gumamku sambil menyimpan sumpit dan meraih segelas air minum.

"Aku siap kalau Jaehyung bakal marah sama aku."

"Not as simple as that."

"Alright," jawabnya dengan nada yang lucu.

"Oppa bisa bahasa Inggris juga?"

"Ng-nggak juga ... itu karena, aku sering denger aja." Ia tersenyum malu sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Tapi pengucapannya udah bagus, kok. Mungkin kalian bisa banyakin lirik bahasa Inggris atau cover lagu western gitu."

"Boleh aja. Kakakmu sama Kang Bra pasti seneng banget."

Aku tertawa kecil. Setelah menghabiskan makanan, kami berjalan-jalan di sekitar sungai Han. Banyak orang berlalu lalang, tempat ini tetap ramai bahkan di malam hari. Suasana amat terang dari lampu-lampu yang berjajar sepanjang jalan.

"Oppa udah berapa lama di Seoul?" tanyaku.

"Hmm ... sepuluh tahun?"

"Woah." Aku menoleh ke arahnya dengan tatapan  takjub. "Tapi satoori Oppa masih kental, sampai terngiang-ngiang," gumamku.

Ia tertawa. "Itu sih kamunya aja!" ujarnya sambil menutup hoodie ke kepalaku. "Aku lebih nyaman kalau ngobrol pake satoori."

"Betul, itu baru Park Sungjin!"

"Hey!" serunya, saat mendengar aku memanggilnya tanpa embel-embel.

Tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah tempat beberapa meter di hadapan kami. Tempat biasanya Sungjin oppa dan yang lain tampil di atas panggung. Rasanya sudah lama kami tak datang ke sana.

"Kalau kalian lolos audisi besok, mungkin kalian bisa konser di berbagai kota," gumamku.

"Hm?"

"Lalu, makin banyak orang yang suka sama musik kalian. Kalau kalian jalan-jalan di tempat ramai kayak gini, mungkin bakal ada banyak orang tanya, 'Permisi, Anda ... Park Sungjin? Saya  fans Anda.' Begitu." Aku berusaha mempraktekkan hal itu dan membuat pria di sebelahku tertawa.

"Setelah itu, banyak juga yang mau jadi pacar Oppa," gumamku pelan.

"Ya, ya, berkhayal sesukamu." Sungjin oppa meraih tanganku, menggenggamnya, kemudian memasukkannya ke dalam saku hoodie yang ia kenakan. Hangat.

Aku menatapnya lekat-lekat, memanfaatkan waktu sebelum masa itu tiba dan sainganku mungkin akan bertambah sangat banyak. Yang lebih cantik, atau yang lebih menarik.

"Oh, ini bagus buat background foto!" serunya sambil menunjuk salah satu dinding dengan lukisan yang indah.

"Mau foto berdua?"

Ia mengangguk. Aku mengeluarkan ponsel dan mengarahkannya di depan kami yang sudah berpose. Sungjin oppa hanya membentuk huruf V dan tersenyum, sedangkan tangannya yang lain melingkar di pundakku walau masih ragu.

"Sekarang Oppa sendiri, pose yang keren!" Aku berpindah dan berdiri di depannya sambil menyalakan kamera belakang.

Ia terlihat bingung dan malah membuat wajah yang lucu, hingga aku tertawa. Benar. Ini baru Park Sungjin.

"Oppa!"

"Hm?"

"I love you."

To be continue

Berbukalah dengan yang manis. ❤

Continue Reading

You'll Also Like

75.4K 3.3K 49
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...
329K 27.2K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
53.1K 10.8K 13
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
65.5K 5.9K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...