WYLS | Park Sungjin

By HaniHanwoo

22K 2.3K 750

(Completed) Pertemuan kembali dengan seseorang yang dibenci di masa lalu, membawaku mengenal seseorang yang b... More

Cast
One
Two
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fifteen
Sixteen
Sungjin 1/2
Sungjin 2/2
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Brian
Twenty One
Twenty Two
Twenty three
Twenty Four
Twenty Four - Sweet Chaos
Twenty five
Hyunjin
Twenty Six
Twenty Seven - END
Sibling
Busan
Meet Me After Rain
The Wedding

Three

609 79 9
By HaniHanwoo

"Hyung!" seru seseorang. Aku dan Sungjin oppa menoleh, mendapati Brian oppa sedang berdiri di samping meja kami.

"Oh, Jieun juga ada di sini." Ia tersenyum sambil melihat kami bergantian.

"Kamu lagi ngapain di sini?" tanya Sungjin oppa.

"Aku mau makan, masa mau main bola?"

"Ppfft!" Lagi-lagi aku menutup mulut menahan tawa.

"Kayaknya enak."

Tiba-tiba Brian oppa mendesakku untuk bergeser ke kursi sebelah. Ia duduk di sampingku lantas mengambil sumpit dari tangan Sungjin oppa dan menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Hey, hey!" seru Sungjin oppa sambil merebut kembali sumpitnya.

"Aku minta sedikit," rengek lelaki jangkung itu. "Lagian makan itu lebih enak kalau banyak orang, ya nggak, Jieun-ah?" Brian oppa menoleh ke arahku sambil mengangkat alisnya.

Aku hanya tersengum canggung sambil menyodorkan sumpitku ke arahnya. Ia terlihat sangat senang lantas mulai makan. Mengapa kebetulan sekali ia datang kemari? Biasanya, kalau target terlihat di suatu tempat, maka orang itu tak akan jauh darinya.

Menoleh ke sana kemari, bahkan ke luar jendela, aku tak menemukan sosok Eonni itu di mana pun.

"Kalian janji makan bareng?" tanya Brian oppa di tengah-tengah aktifitas makannya.

"Ah, enggak. Aku kebetulan nyari tempat ini di internet," jawabku.

"Aku juga! Dari rumah pengen banget makan jjamppong."

"Lho? Sama!" Aku tertawa sambil menepuk lengannya.

"Kalau gitu, next time kita bisa makan bareng, dong?"

"Boleh! Kalau soal makanan, Oppa bisa hubungi aku kapan aja!" Aku mengacungkan jempol ke arahnya.

"Minta nomor kamu, kalau minta sama Jae Hyung pasti gak akan dikasih." Ia menyodorkan ponselnya ke arahku, berbeda sekali dengan si Bob yang pelit itu.

"Oke." Aku mulai mengetikkan nomorku di ponselnya.

"Ini kok aku kayak orang ketiga gini? Hey, Park Jieun!" seru Sungjin oppa.

"Apa?"

Ia membereskan makanannya dan beranjak dari kursi. "Kamu masih ada urusan sama aku."

Ah, benar juga. Hampir saja aku lupa tujuanku datang kemari. Sungjin oppa menggerakkan telunjuk tanda agar aku mengikutinya. Segera mengambil tas selempang, aku berjalan mengekori dari belakang.

"Apa ini? Kalian mau ke mana?" teriak Brian oppa. Aku hanya menoleh sambil melambaikan tangan ke arahnya.

Terlihat Sungjin oppa benar-benar membayar semua makanan itu dengan kartunya. Jadi, ia memang anak orang kaya? Mereka semua bermain band bukan untuk mencari uang, huh?

"Jadi, coba jelasin lagi kita mau training apa tadi?" tanyanya, tepat setelah menerima struk dari kasir.

"Oppa kayaknya harus merubah penampilan."

"Memangnya aku kenapa?"

Aku melihatnya dari ujung kepala hingga kaki. Sebenarnya tak ada yang salah dengan dirinya. Tapi aku tahu persis, tipe lelaki macam apa yang sangat disukai wanita itu.

"Pertama, dia suka lelaki dengan rambut sedikit panjang apalagi di bagian poni. Undercut, undercut!"

"Apa aku harus manjangin rambut?" Sungjin oppa menghentikan langkah dan bercermin di dinding kaca sebuah toko yang kami lewati.

Ia menyentuh rambutnya yang terbilang pendek. Tapi, aku tak yakin model rambut seperti itu cocok untuknya. Kurasa model rambutnya yang sekarang lebih cocok dengannya.

"Lalu, dia suka pria dengan penampilan badass. Celana dan baju robek-robek, juga aksesoris yang banyak."

Sungjin oppa berbalik dan menatap ke arahku. "Kok, kayaknya mirip Brian, ya?"

"Yaaaa, kurang lebih seperti itu. Hehe." Aku tersenyum canggung.

"Kalau begitu, ayo kita beli sekarang!" ajaknya dan mulai kembali berjalan.

Kami menyusuri pertokoan di pusat perbelanjaan  yang memang dekat dari restoran tadi. Suasana cukup ramai dan penuh dengan pengunjung. Sungjin oppa berjalan beberapa langkah di depanku, sementara aku melangkah pelan sambil melihat-lihat.

Sudah lama aku tak pergi ke pusat perbelanjaan. Kalau saja aku bisa menghubungi teman-teman lama untuk berjalan-jalan bersama di sini, pasti akan sangat menyenangkan. Hell yeah, ini sudah tujuh tahun. Mereka mungkin sudah bekerja di luar kota, menikah, atau bahkan keliling dunia dan melupakanku. Setidaknya Dowoon masih sering mengirim pesan, karena selalu bersama dengan kakakku.

Aku menoleh dan segera menghentikan langkah karena hampir menabrak punggung Sungjin oppa yang berdiri di hadapanku. Mengapa ia berhenti?

"Ada Jae Hyung," gumamnya.

"Apa? Di mana? Duh, gimana, dong?" Aku langsung panik setelah mendengar nama orang itu.

Ia pasti akan sangat marah, apalagi melihatku berjalan dengan salah seorang temannya di tempat ini. Lagi pula, kenapa ia pergi ke tempat ini juga? Padahal sebelum berangkat tadi, aku melihatnya sedang tertidur pulas.

Menoleh ke sana kemari, aku menemukan sebuah toko pakaian yang cukup ramai. Aku segera menarik tangan Sungjin oppa untuk berbelok masuk ke toko dan menyelinap di antara para pengunjung yang lain. Sungjin oppa menaikkan penutup kepala hoodie-nya dan berpura-pura memilih pakaian.

Aku mengintip sebentar melalui dinding kaca toko, melihat sosok kakak laki-lakiku itu lewat begitu saja bersama Wonpil oppa. Entah pergi ke mana. Menghela napas lega, aku merasakan Sungjin oppa sedang mencoba melepaskan tangannya dari genggamanku.

"Ah, maaf," gumamku. Aku tahu ia tak suka hal semacam itu. "Oppa gak suka skinship dengan orang lain?"

"Em, yah, aku risih."

"Heol! Padahal banyak yang bisa dilakuin kalau punya pacar nanti."

"Kamu mikir apa, huh?" tanyanya sambil melotot.

"Pegangan tangan, peluk, cium--"

Tiba-tiba ia menyentil kepalaku dengan cukup keras. Aku meringis sambil mengusap bagian kepala yang sakit. Memangnya aku salah bicara, eh?

Ia terlihat memilih beberapa sleeve dengan model sedikit robek, sesuai saranku. Membolak-balik, lalu dipegang di depan tubunya, lantas menggeleng. Terus seperti itu. Aku berjalan mendekat dan bersandar pada sebuah maneken di dekatnya.

"Oppa suka banget sama dia?" tanyaku.

"Memangnya kenapa?"

"Gak apa-apa." Aku tersenyum kecil sambil menggeleng.

"Ini bagus, gak?" Ia memegang sebuah sleeve berwarna putih polos di hadapannya.

"Bagus."

Sungjin oppa langsung tersenyum mendengar jawabanku. Ia kembali fokus untuk memilih beberapa barang. Ah, ia memang benar-benar sedang jatuh cinta. Sayang sekali ia menyukai seseorang seperti So Hyunjin.

***

Aku berjalan sambil membaca sebuah formulir di tangan. Beberapa unversitas beserta jadwal ujian masuk dan semua infonya ada di sana. Bagaimana pun, aku harus masuk universitas negeri agar masih boleh tinggal di Korea oleh kedua orang tuaku yang ada di Amerika.

Meski beberapa hari ini aku tak bisa tidur dan terus menangis setelah pertemuan dengan Junhyeok oppa terakhir kali, hal itu jangan sampai mempengaruhi proses belajarku. Ah, kantung mataku pasti sudah sangat besar dan menghitam. Apakah sebaiknya aku membeli krim mata untuk menghilangkannya?

Aku langsung berbelok ke sebuah toko kosmetik yang berada di ujung jalan. Toko ini baru dan pasti harga barang-barang di sini masih terbilang murah karena ada promo. Kakiku melangkah menyusuri etalase sambil mencari barang yang kucari. Tiba-tiba mataku tertuju pada beberapa orang gadis yang tengah mencoba tester make up. Ternyata ada wanita itu di sana. Wanita yang tempo hari berjalan bersama Junhyeok oppa.

Ia tertawa bersama teman-temannya. Suara mereka cukup keras hingga terdengar ke tempatku. Aku langsung berbalik dan berpura-pura memilih barang yang ada di dekatku.

"Trus gimana?"

"Haha, aku tahu Junhyeok udah punya pacar. Tapi dia terus aja beliin barang mahal."

Oh, kebetulan sekali mereka sedang membicarakan lelaki brengsek itu. Membelikan barang mahal? Huh, ia bahkan hanya pernah membelikanku sebuah boneka.

"Kamu tau kayak apa pacarnya?"

"Buat apa? Toh, aku tau kalau dia pasti kalah cantik dan menarik dari aku sampai Junhyeok mau ngasih semuanya."

"Aww, good girl!"

"Udah, yuk! Aku ada janji sama Jinyoung."

"Kukira kamu janjian dengan Junhyeok."

"Nggaklah. Dia gak bisa. Aku juga males kalau dia gak punya uang. Ganteng aja kan gak cukup."

Aku tersenyum getir. Jadi kau meninggalkanku untuk gadis seperti itu, Im Junhyeok. Sungguh, aku tak tahu harus merasa senang atau sedih setelah mengetahui hal ini.

Gadis-gadis itu beranjak keluar dari toko melewatiku begitu saja. Aku melihat sosok Hyunjin yang membuatmu memberi segalanya. Ia memang cantik, dengan tubuh tinggi dan menarik. Tapi, ia tak mencintaimu seperti aku. Haha, how pity i am.

***

How many times a day will my tears swell up? Even though I try to count
I can’t
Because I’m always trying to hold the tears in... 

How am I these days?
When you see me
I wonder if I look like I’m okay
I don’t know what kind of expressions I’m doing these days... 

Sungjin oppa bersenandung sambil memacu mobilnya di jalanan yang lengang. Aku menghela napas dan memejamkan mata. Mencoba menghapus ingatan yang perlahan kembali terkumpul dan menggores luka lama.

"Lagu apa itu?" tanyaku pelan.

"Hurt Road, lagu kami."

"Tolong nyanyikan lagi, Oppa."

Sungjin oppa kembali menyanyikan lagu itu dan membuat hatiku merasa aneh. Ada sesak yang teramat sangat. Namun, ada pula rasa tenang mendengar suaranya yang khas.

Kami menghabiskan waktu untuk membeli beberapa macam pakaian dan aksesoris. Ia orang yang tenang, tapi terkadang ada saja sikapnya yang terlihat lucu. Walau begitu, ia bersedia mengantarku pulang dengan mobilnya. Ia pria yang baik. Haruskah aku tetap membantunya untuk dekat dengan wanita itu?

Entahlah. Aku tak bisa berpikir saat ini.

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu menyentuh pipiku. Membuka mata perlahan, terlihat tangan Sungjin oppa tengah menempelkan tisu di wajahku. Ia masih melihat jalan tanpa menoleh sedikit pun.

"Terima kasih," gumamku, lantas mengambil tisu itu dan mengusap air mata yang entah sejak kapan mulai turun.

"Lagunya sedih banget, ya?" tanyanya.

"Um, suara Oppa juga bagus banget."

Ia hanya tertawa kecil. "Kamu lagi patah hati?"

"Nggak juga, sih. Cuma inget kenangan pahit aja."

"Gimana kalau lagunya ganti yang lebih ceria?" Ia menoleh sejenak ke arahku.

Aku hanya membalasnya dengan sebuah anggukan. Sungjin oppa mulai bernyanyi. Tidak, tepatnya ia sedang menyanyikan musik intro sebuah lagu dengan beat cepat.

"Emang intro-nya harus dinyanyiin juga, ya?"

"Iya, dong! Kalau bisa sambil dipraktekin juga." Tangannya melepas kemudi lalu meniru gerakan sedang bermain gitar sambil menganggukkan kepala.

"Oppa! Setirnya! Astaga!" seruku terkejut.

Ia lantas tertawa keras dan kembali memegang setir. Aku memegangi dadaku yang berdetak kencang. Bisa-bisanya ia melakukan headbang di tengah jalan raya yang cukup padat seperti ini?

"Kamu kaget?"

"Iyalah! Gimana kalau kecelakaan coba? Aku 'kan gak bisa gantiin nyetir."

"Kamu kira skill menyetirku cetek banget, gitu?" Ia tersenyum kecil.

Aku terdiam, lalu tertawa dengan keras mengingat kejadian tadi. Sungguh, kalau dipikir-pikir teriakanku tadi cukup memalukan. Sungjin oppa tiba-tiba ikut tertawa.

"Ketawa kamu lucu! Kayak Dowoon."

Aku langsung berhenti tertawa dan mendelik ke arahnya. Ish, sudah berani mengejek rupanya.

Memasuki jalanan yang lebih kecil, rumahku hanya berjarak beberapa puluh meter lagi di depan sana.

"Oppa, aku turun di sini aja! Takutnya Jae oppa sudah pulang."

"Oke."

Sungjin oppa menepikan mobil. Aku bersiap turun dan membungkuk ke arahnya.

"Makasih," gumamku.

"Makasih juga, ya. Aku pergi dulu!" Ia terlihat melambaikan tangan dari kaca yang terbuka lalu membelokkan mobil.

Aku berjalan perlahan menapaki jalanan dan berbelok menuju rumah yang tiba-tiba saja pintunya terbuka. Jae oppa muncul dari dalam sambil melipat tangannya. Sudah kuduga ia sampai di rumah lebih dulu.

"Mobil? Mobil siapa itu?" tanyanya sambil melihat ke arah jalan.

Aku hanya diam dan masuk melewati celah kecil yang ada di sampingnya.

"Kamu pulang naik mobil? You have a f*cking boyfriend?" serunya lantas berbalik ke arahku.

"Stop talking in English, Dude! We're Korean."

"Dude? You call me, Dude? Hey, Park Jieun! We need to talk!"

Aku tertawa kecil. "Nope!" jawabku sambil bersiap untuk berlari.

Benar saja, Jae oppa langsung mengejarku tanpa aba-aba. Kami berlari mengelilingi rumah sore itu, sambil memenuhi gendang telinga tetangga dengan teriakan-teriakan tak berirama.

To be continue.

Continue Reading

You'll Also Like

326K 27K 38
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
55.5K 4K 27
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
1M 84.7K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
65.6K 4.8K 22
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...