Amor Maledicti || VKook ft. Y...

By HEART-FOX

238K 5.4K 1.4K

[COMPLETE] [VKOOK ft. YEONJUN x KARINA] From 'Baby, You Are Not a Monster!' Orangtua, perjuangan untuk bersam... More

PROLOG
CAST
Chapter 01
Chapter 02
Chapter 03
Chapter 05
Chapter 06
Chapter 07
Chapter 08
Chapter 09
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36

Chapter 04

6.3K 187 28
By HEART-FOX

“Lama-lama aku merasa kasihan kepada Arthur.”

Jeffrey mengalihkan fokusnya dari layar televisi kepada Rosé yang sedang menyetrika pakaian di dekatnya.

“Kenapa memangnya?”

“Dia mulai bertanya siapa itu Artemis dan Dimitri, dan aku tidak paham bagaimana ceritanya dia bisa tahu mengenai kedua orang itu!”

“Masa?!”

“Serius, Jeffrey!”

“Tapi bagaimana bisa? Belasan tahun kita semua bungkam dan dia tiba-tiba tahu begitu saja? Ini aneh.”

Vampir cantik itu menyemprotkan pelicin lalu lanjut menyetrika. “Justru itu. Aku semakin yakin kalau kutukan takdir itu telah mengunci keduanya. Mereka akan tetap bersama pada akhirnya.”

Jeffrey meringis. “Tapi jika dibiarkan resikonya besar. Artemis itu putrinya Jimin, dia serigala. Sementara Arthur? Meskipun dia dhampyre dan 95% mewarisi Jungkook, tetap saja dia itu keturunan asli V. Jati diri seorang vampir mengalir di dalam tubuhnya.”

“Ya, aku tahu, Jeff. Tapi mau sampai kapan kita semua seperti ini? Aku tidak bisa terus menerus melihat keponakanku dijauhkan dari takdirnya! Kasihan dia!” Rosé tetap ngotot.

“Ck! V, Jungkook, Jimin, dan Jennie itu hanya memisahkan keduanya tanpa mencari solusi yang berarti. Apa yang mereka lakukan selama belasan tahun ini tidak menyelesaikan masalah sama sekali!” lanjutnya sambil mengacung-ngacungkan setrikaan yang panasnya bukan main itu dengan anarkis.

Jeffrey memijat pelipisnya. “Lantas kau mau apa, Sayang? Jangan terlalu ikut campur ke dalam urusan keluarga kakakmu itu.”

“Tapi, Jeff––”

“Roséanne Marie Rialoire, Please! Arthur bukan putra kita, dia hanya keponakan kita. Tolong tahu batasan, jangan terlalu ikut campur dan jangan membuat semuanya tambah runyam.”

“Ck! Iya iya!”





















.

.

.

“Tanamanku!”

Lima belas menit sudah Dimitri berada di florist cafénya Jennie, dan selama itu pula ia meratapi bunga krisannya yang botak karena Artemis mencabuti kelopaknya.

“Tanganmu itu benar-benar laknat! Bungaku jadi jelek dan plontos begini gara-gara kau!”

“Ck! Aku kan sudah bilang aku tak sengaja! Aku keasyikan bergosip dengan Mamah tadi dan tak terasa tanganku malah menyasar ke mana-mana! Aku tak sengaja!”

Artemis yang tidak terima diamuk itu malah balas ngamuk padahal ia yang salah. Ada-ada saja memang. Jimin yang duduk di hadapan keduanya buru-buru menyela sebelum terjadinya perang dunia ketiga.

“Sudahlah, Di. Kau bisa memintanya lagi kepada ibumu untuk disimpan di sini. Ibumu punya banyak koleksi bunga krisan di floristnya.”

Pemuda itu menjambak rambutnya. “Beda, Papah! Bunga yang aku simpan di meja ini itu bunga dari bibit unggul pilihan. Aku benar-benar merawatnya sepenuh hati, membesarkannya seperti anakku sendiri.”

Artemis yang tak merasa berdosa itu mengernyit mendengar ucapan lebay kakaknya, dan entah kenapa pula tiba-tiba ia malah teringat pada slogan salah satu iklan kecap?

Astaga!

“Ya sudah, nanti kau ambil bibitnya saja bagaimana?” Jennie yang datang dengan nampan berisi beberapa makanan itu memberi saran. “Nanti kau bisa membesarkannya seperti yang biasa kau lakukan.”

Dimitri mengangguk lesu. “Iya, Mah.”

Jennie tersenyum, ia paham betul kalau anak bujangnya itu sangatlah menyukai tanaman, tapi kemudian Artemis malah menyeletuk lagi dan membuat suasana kembali berantakan.

“Daripada menanam bibit yang baru lebih baik tunggu saja yang ini kembali berbunga. Aku kan hanya mencabuti kelopaknya, bukan mencabut akarnya. Dia tidak mati kok, hanya saja jadi jelek.”

“CK! BERISIK KAU!”

























.

.

.

Jungkook berjalan menuju kamar putra semata wayangnya itu bersama setumpuk pakaian di tangannya.

“Arthur? Bajumu, Nak!”

Tak ada sahutan. Mungkin anak itu sedang mandi, pikirnya. Maka dari itu ia memutuskan untuk nyelonong masuk saja karena pintunya memang tidak dikunci.

“KIM ARTHUR! INI BAJUMU SUDAH MAMAH SETRIKAAAA!”

Astaga!

Jungkook kalau tidak berteriak itu hidupnya tidak afdol sepertinya.

“Aku sedang mandi, Mah! Taruh di atas ranjang saja nanti aku bereskan.”

Jungkook mengedikkan bahunya lalu menaruh pakaian itu di atas ranjang sesuai instruksi sang anak. Saat hendak keluar, mata merah tajamnya tak sengaja menangkap objek yang sukses menarik perhatiannya.

Tumpukan gambar yang berserakan di atas meja belajar itu semuanya adalah gambar grafiti, namun semuanya membentuk nama Artemis.

“Jungkook, baju anakmu ini terselip di antara bajuku.” V datang membawa sepotong bajunya Arthur yang menyasar ke lemarinya, dan kini ia heran melihat istrinya nampak gelisah.

“Hey? Kau kenapa, Sayang?”

“Aku rasa ini bukan kebetulan.” gambar itu ditunjukkannya. “Mungkinkah dia tahu semuanya?”

V mengambil gambar-gambar itu dan menelitinya. Ya, ini mencurigakan kalau dibilang hanya kebetulan. Pertama di distro, sekarang di kamarnya juga banyak.

“Kalau seandainya iya, pertanyaannya dia tahu dari mana, Kook? Kita selalu bungkam, masa di dalam keluarga Rialoire ada pengkhianat?”

Ceklek!

Pintu kamar mandi terbuka, dan orang yang sedang mereka gosipkan muncul dengan selembar handuk terlilit di pinggang.

“Oh? Mamah dan Papah ada di kamarku? Ada apa ya?”

“Gambarmu bagus, Art.” pancing Jungkook dengan wajah bangganya. “Kau benar-benar mewarisi bakat ibumu yang cantik ini dalam hal menggambar. Hehehe. Ini nama siapa ya, Nak?”

Arthur cengengesan. “Justru itu aku tak tahu, Mah?”

“Huh?”

“Iya, aku tidak tahu. Nama itu selalu saja datang ke dalam mimpiku belakangan ini. Aku benar-benar kepikiran, jadinya aku gambar saja.”

Kontan saja pasutri itu menganga lebar mendengar penuturan mengerikan namun penuh kejujuran tersebut. Dari mimpi? Arthur tahu semuanya melalui mimpi?

“Artemis itu siapa ya, Mah, Pah? Apa kalian berdua tahu sesuatu?”

V dan Jungkook saling lirik, kentara sekali kalau mereka kini kebingungan harus menjawab apa. Sementara diam-diam Arthur juga memperhatikan gerak-gerik keduanya. Aneh, pikirnya. Ia semakin yakin kalau ada rahasia besar yang tengah ditutupi di sini.

“Papah tidak tahu, Nak.”

“Kukira Papah tahu?”

“Tidak, tapi yang Papah ingat Artemis itu salah satu Dewi Yunani, saudari kembarnya Dewa Apollo.”

“Oh, begitu? Aku kira saudari kembarnya Dimitri? Hahaha.”

Aduh!

Jungkook langsung melotor horor sementara V sibuk merutuki kebodohannya yang seolah membuka celah untuk membongkar rahasianya sendiri.


































.

.

.

“Papah mau bertanya sesuatu. Apakah kalian berdua sudah memiliki kekasih?”

“Uhuk! Uhuk!” di luar dugaan, yang batuk malah Jennie, padahal tadi Jimin bertanya kepada kedua anaknya.

“Kenapa Papah bertanya seperti itu?”

Dimitri malah bertanya balik dengan lempengnya, diikuti anggukan Artemis yang setuju dengan kakaknya. Ngomong-ngomong, keduanya ini sudah akur lagi sekarang.

Jimin diam-diam menelisik raut wajah keduanya yang tidak bersemu sama sekali. Aneh, pikirnya. Biasanya anak seusia mereka terutama anak gadis, akan langsung tersipu jika disinggung masalah kekasih oleh orangtuanya, tapi lihatlah kedua anaknya ini.

Boro-boro!

“Hanya ingin tahu saja. Kalian sudah 19 tahun, sudah dewasa. Papah dan Mamah akan sangat senang kalau memang kalian sudah memiliki calon.” Jimin melirik Jennie dan Jennie pun paham dengan maksud suaminya membahas hal tersebut.

“Terutama untuk kau, Artemis.” lanjutnya kemudian.

Yang disebut namanya melotot seraya menunjuk dirinya sendiri. “Kenapa jadi aku sih?”

Jennie berujar. “Kau wanita, Sayang. Mamah takkan membiarkanmu memiliki mate di usia yang sudah terlewat matang.”

“Jadi maksudnya, Mamah ingin aku cepat-cepat menikah? Menikah muda?”

“B-bukan begitu––”

“Mah, cepat atau lambat aku dan Dimitri pasti akan menikah. Kalian jangan khawatir, ini hanya masalah waktu. Aku dan Dimitri pasti memiliki mate, tapi belum untuk saat ini.” sela Artemis cepat.

“Kalian hanya harus percaya kepada takdir. Cepat atau lambat aku yakin mate-ku akan datang menemuiku ke sini, tak peduli sekarang dia di mana dan berasal dari klan apa? Aku yakin dia akan memperjuangkanku.” lanjutnya pede sekali.

Mendengar itu, Jennie refleks meremas tangan suaminya di bawah meja guna menyampaikan kegusaran hatinya. Jimin pun balas menatap istrinya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Entahlah? Antara cemas, takut, bingung? Semuanya campur aduk, dan mereka tidak sadar kalau Dimitri benar-benar mengamati perubahan ekspresi keduanya.































.

.

.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

7.5K 855 39
"Bilang kamu mau aku pergi, Bilang kalau kamu gak suka aku hadir di hidup kamu, say it if you mean it"
308 51 19
jungkook penasaran dengan sosok dokter muda yang heroik menyelamatkan nyawa managernya yang tiba-tiba henti nafas. setelah itu mereka bertemu tanpa s...
20.1K 1.5K 11
Geo seorang pemuda manis yang memasuki dunia novel bergenre Vampire, dengan cerita klasik dimana cinta antara tokoh utama perempuan dan lelaki (sang...
9.9K 1.3K 13
nikmatin aja, masih pemula (terinspirasi dari ggs returns)