Amor Maledicti || VKook ft. Y...

By HEART-FOX

238K 5.4K 1.4K

[COMPLETE] [VKOOK ft. YEONJUN x KARINA] From 'Baby, You Are Not a Monster!' Orangtua, perjuangan untuk bersam... More

PROLOG
CAST
Chapter 01
Chapter 02
Chapter 04
Chapter 05
Chapter 06
Chapter 07
Chapter 08
Chapter 09
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36

Chapter 03

6.4K 191 71
By HEART-FOX

“Mah?”

Arthur yang hendak berangkat kuliah itu mampir sebentar ke butiknya Jungkook dengan niat mulia ingin meminta uang jajan, tapi yang ia temui sekarang malah Rosé.

“Oh, Arthur? Ada apa?”

“Mamah mana, Aunty?” ia berjalan mendekat, Rosé yang awalnya anteng selonjoran sambil membaca majalah itu langsung menatapnya.

“Baru saja pergi bersama ayahmu, katanya ingin mengecek distro kecil-kecilanmu. Ada perlu apa, hmm?”

“Eumm.. Tidak apa-apa kok.”

“Yakin? Mau minta uang jajan ya?”

“Hehehe.”

Pemuda jangkung itu cengengesan karena tebakan bibinya ini seratus persen benar. Rosé hanya tersenyum kecil, ia meraih tas mahalnya lalu merogoh sejumlah uang di dalamnya.

“Ini, pakai saja. Untukmu jajan di kampus.” vampir cantik itu menyodorkan uang tersebut dan langsung disambut gelengan heboh dari yang bersangkutan.

“Tak perlu, Aunty.”

“Tak apa, Art. Pakai saja.”

“Maksudku, tak perlu sedikit.”

Rosé blank sebentar, lalu ia terbahak kencang. Arthur ini didikan Jungkook sekali, pikirnya. Mata duitan.

“Ya sudah ini, kurang tidak?”

Arthur menerima uang tersebut lalu haha hehe tak jelas. “Cukup, Aunty. Terima kasih ya? Aku hanya bercanda kok tadi.”

Rosé terkekeh. “Iya. Ya sudah sana pergi. Nanti kau telat.” titahnya lembut sambil mengusap pundak kanan keponakan bongsornya itu.

“Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Sekali lagi terima kasih, Aunty.”

“Iya, sama-sama.”

Arthur langsung melangkahkan kakinya keluar dari ruangan pribadi Jungkook itu. Namun belum sempat mencapai pintu, ia keburu teringat sesuatu dan berpikir sepertinya tak ada salahnya ia menanyakan hal ini kepada Rosé.

“Aunty?”

“Ya? Kenapa, Art? Uangnya kurang, hmm?”

“Bukan. Ada yang ingin aku tanyakan sebenarnya.”

Rosé mengerutkan keningnya. Tumben sekali, pikirnya. Ia jadi penasaran.

“Soal?”

Arthur nampak gugup, ia mengulum bibir bawahnya sambil memilin ujung kaosnya. “Eumm.. Apakah aku punya kenalan yang bernama Dimitri dan Artemis di masa lalu?”

Tentu Rosé tidak bisa untuk tidak terkejut mendengarnya, bangkai yang disembunyikan akhirnya tercium juga bau busuknya.
































.

.

.

“Soobin, Taehyun, kalian yakin kita tidak memiliki teman masa kecil yang bernama Dimitri dan Artemis?”

Setelah tidak mendapat jawaban dari Rosé, Arthur kini mulai mencecar Soobin dan Taehyun. Mereka ini sedang berada di kantin kampus, ngomong-ngomong.

“Tidak, Art. Selama kita sekolah dari mulai taman kanak-kanak sampai sekarang kuliah, kita tidak pernah punya teman anak kembar.” jawab Soobin keukeuh.

Taehyun menimpali. “Kau sudah berada di Korea semenjak taman kanak-kanak dan selama itulah kami bersamamu. Tidak pernah ada Dimitri dan Artemis seingatku.”

Soobin dan Taehyun ini adalah teman manusianya Arthur. Berawal dari taman kanak-kanak, siapa sangka pertemanan mereka awet hingga sekarang. Bahkan keduanya juga tahu kalau Arthur beserta keluarganya itu bukanlah manusia.

Namun keduanya sudah bersumpah tidak akan pernah membocorkan rahasia besar tersebut. Kalau pun sampai terlanggar, keduanya harus siap-siap memilih di antara dua pilihan.

Menjadi mayat? Atau menjadi vampir lalu diadopsi oleh keluarga besar Rialoire yang hartanya tidak habis-habis itu?

“Dilihat dari namanya juga sepertinya mereka bukan dari Korea, Art.” Arin mengeluarkan pendapatnya menyambung bahasan tadi.

Beomgyu setuju dengan ucapan saudarinya itu. “Benar. Mungkin mereka teman vampirmu? Kau bilang latar mimpimu itu di hutan kan?”

Arthur kembali hanyut dalam pikirannya. Ucapan Arin dan Beomgyu tadi berhasil menyadarkannya. Ia harus kembali mencari tahu sebelum berada di Korea keluarganya pernah tinggal di mana. Mungkin di situlah Dimitri dan Artemis berada.








































.

.

.

“Apa yang kau lakukan?”

Baru saja keluar kelas, Dimitri sudah dikagetkan dengan aksi Artemis yang meraba-raba sekujur tubuhnya.

“Mencari kunci mobil!” gadis itu menjawab cuek walaupun orang lalu lalang kini menatapnya aneh.

Dimitri meringis malu, ia sudah seperti korban pelecehan seksual masalahnya di sini. Ingin menggetok Artemis dengan ranselnya yang berisi literatur namun takut diviralkan dengan kasus kekerasan pada wanita.

Padahal Artemis itu setengah wanita menurutnya. Wajahnya memang sangat cantik, tapi kelakuannya tidak ada anggun-anggunnya.

“Mana sih kunci mobilnya? Kok tidak ada?!”

“Ck! Bisa tidak kau minggir?! Aku cari dulu sebentar, tadi aku taruh di dalam tas kalau tidak salah.”

Dimitri mulai mengobrak-abrik tasnya namun yang dicarinya itu tak ada di manapun. Artemis sudah merah kuning hijau saja wajahnya.

“Jangan bilang kau lupa mencabutnya lagi, Di?!”

“Aku sudah mencabutnya tadi, serius!”

“Tapi sekarang buktinya tidak ada!”

“Sabar, Temis! Astaga, kau ini berisik sekali! Lama-lama aku jual juga kau di online shop!”

Tentu saja pemuda tampan itu hanya bercanda, tapi adiknya itu langsung mingkem dibuatnya.

Walaupun Artemis mengklaim dirinya sebagai wanita perkasa, tapi tetap saja Dimitri itu kakaknya. Aura dominannya tidak terbantahkan dan selalu sukses membuatnya ciut.

“Kalian mencari ini?”

Kembar Park itu lantas menoleh ke arah sumber suara, dilihatnya ada Jeno sedang memegang benda yang menjadi sumber kerusuhan mereka sejak tadi.

“Dimitri meninggalkannya lagi di kolong meja.” terangnya sambil terkekeh kecil.

Artemis langsung mengambil benda itu dan memicing galak kepada kakaknya yang hanya cengengesan tanpa dosa.

“Aish! Sudah kuduga! Kau itu jadi laki-laki pikun amat! Padahal masih muda. Aku mau pergi dulu ya? Ada urusan. Bye!”

“Yak! Kau mau ke mana? Kau mau menanamku di sini, huh?! Kenapa aku tidak diajak?!”

“Aku malas mengajakmu. Lagipula aku hanya sebentar, nanti aku ke sini lagi. Tapi kalau kau tidak sabar ya sudah, pulang saja sana jalan kaki.”

Dimitri menggeram kesal, ide menjual adiknya di online shop benar-benar sedang dipikirkannya matang-matang.

“DASAR ADIK TIDAK ADA AKHLAK KAU!”
































.

.

.

“Kenapa harganya jadi dua kali lipat?”

Jungkook tersenyum manis namun penuh racun kepada dua orang wanita yang komplen harga kaos tadi. Ia sedang berada di distro kecil-kecilan milik putranya.

“Sebenarnya harganya normal-normal saja, tapi karena kalian berdua terus saja menatap suami saya dengan genit, maka harganya akan otomatis jadi lebih mahal.”

Astaga!

Kedua wanita itu menganga, termasuk V yang dari tadi kerjaannya hanya duduk di belakang meja kasir. Tak percaya dengan peraturan spontan istrinya itu.

“Ayo, jadi tidak? Itu bagus, bahannya adem, desainnya simpel dan unik, dan yang terpenting itu adalah mahakarya anak saya yang tampan.”

Ah, rupanya Jungkook bangga sekali kepada anak bujangnya itu.

Kedua wanita itu terlihat menimbang-nimbang sebentar, namun pada akhirnya mereka mengeluarkan dompet juga dan menyerahkan sejumlah uang yang diminta oleh Jungkook barusan.

“Terima kasih~ Jangan lupa datang kembali~”

Vampir cantik itu tersenyum ramah sementara kedua wanita itu balas tersenyum kecut, merutuki kesalahan mereka yang kenapa harus datang di waktu yang salah.

“Ada-ada saja kau ini.”

Jungkook berbalik dan menemukan V yang sedang menatap datar ke arahnya di balik meja kasir.

“Kau ini sedang mencoba membuat usaha anak kita bangkrut atau bagaimana, Jungkook? Walaupun uang kita banyak tapi biarkanlah Arthur belajar merintis usaha kecil-kecilannya. Kau tahu sendiri dia senang sekali dengan pekerjaan manusia.”

Jungkook mengedikkan bahu. “Habisnya mereka melihatmu dengan sebegitunya. Oh iya, aku lupa tujuanku ke sini itu mau melakukan penggeledahan. Siapa tahu Arthur menyimpan barang haram.”

“Apa maksudmu dengan barang haram?”

“Film porno.”

“Astaga, kukira apa? Biarkan saja, Kook. Putramu itu sudah dewasa.”

“Kau ini bagaimana, V? Film porno itu menghambat kinerja otak! Kau mau nanti anak kita jadi mesum, huh? Cukup kau saja yang mesum, Arthur jangan.”

V sudah akan melayangkan protesannya kalau saja matanya tidak menangkap tumpukan kertas yang sudah diremat-remat mencurigakan di salah satu laci di sana.

“Sayang, apa itu?”

Jungkook mengikuti arah telunjuk V lalu mengambil benda yang dimaksud. Perasaannya mendadak tak enak, dan pas dibuka ternyata itu adalah sebuah coretan yang membentuk satu nama.

Artemis.

Deg!

“V, ini h-hanya kebetulan atau bagaimana?”








































.

.

.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

74.8K 9.7K 50
Sequel dari Fanfic : Bukan sebatas kekuatan. Taufan sadar kalau dia memang melakukan kesalahan dengan meminta Boboiboy berpecah selamanya. Tapi Taufa...
13.7K 1.2K 18
Xiao zhan seorang mahasiswa kedokteran yang masih hijau dalam suatu pesta gila tertimpa malapetaka. Akibatnya, rencana studi, bahkan seluruh rencana...
7.5K 855 39
"Bilang kamu mau aku pergi, Bilang kalau kamu gak suka aku hadir di hidup kamu, say it if you mean it"
86.9K 6.1K 32
Kumpulan cerita horror, urban legend, mitos, dll. Banyak cerita diambil dari google