BINHWAN_PERHAPS LOVE_πŸ”š

By sooinkang7

22.2K 2.3K 1.3K

Seorang pria muda tengah tertidur di atas kasur mewahnya. Mata tertutupnya bergerak-gerak gelisah, kepalanya... More

1. THOSE DREAMS
2. BROTHERS
3. CONNECTED
4. DILEMMA
5. TIE THE KNOT
6. HIS SECRET
7. ABOUT YOU
8. SO CLOSE YET SO FAR
9. UNEXPECTED
10. MISSING YOU
11. CONFESSION
12. HEAD OVER HEELS
13. SERENDIPITY
14. FAREWELL
15. THOSE MEMORIES
16. APOLOGY
17. REVENGE
18. THAT DAY - PART 1
19. THAT DAY - PART 2
21. THE TRUTH
22. NO METTER WHAT
23. HURT
24. WAIT FOR ME
THE CHARACTERS
25. LET IT GO
26. BEST I EVER HAD

20. ANGEL OR DEVIL?

667 80 45
By sooinkang7

Sejak saat itu Hanbin mulai mengalami trauma dan serangan panik, bahkan hingga tidak sadarkan diri jika serangannya terlalu berat.

Ingatannya terhenti hanya sampai ketika dia dibawa sang paman di dalam mobilnya untuk menemui Jiwon, selebihnya hanya berupa potongan-potongan ingatan sekilas saja.

Sedangkan Choi Minhyuk sang pelaku kejahatan merasa di atas angin karena alibinya sempurna saat itu, tentu saja karena dia berkomplot dengan Sungkyung.

Belum lagi ketika dia mengetahui bahwa untuk kasus ini pengadilan menetapkan batas waktu hanya 15 tahun sebelum kasus ditutup.

Minhyuk sama sekali tidak merasa takut karena tahu bahwa Hanbin kehilangan ingatannya saat kejadian di hari itu.

Dia juga tahu Hanbin menderita trauma yang membuatnya merasa menang karena Minhyuk berpikir hal itu bisa digunakan untuk menyingkirkan Hanbin suatu hari nanti.




Lima tahun yang lalu Hanbin berusaha mati-matian mencari pelaku penculikan dan pembunuh pamannya sebelum batas waktu kasusnya berakhir namun semuanya menjadi sulit karena dia sebagai korban sekaligus saksi tidak ingat detail kejadiannya juga karena tidak ada bukti apapun yang bisa menjerat pelakunya.

Belum lagi setiap anggota kepolisian yang pernah menangani kasus itu satu persatu sudah mengundurkan diri atau dipindah ke kota lain sehingga tidak ada yang bisa memberikan informasi yang Hanbin butuhkan.

Hingga batas waktunya telah habis, Hanbin tidak bisa menemukan pelakunya, membuatnya sempat mengalami depresi karena merasa gagal membuat orang itu membayar semua perbuatan jahatnya.

Juga karena hukum yang secara tidak langsung memihak si pelaku, membuatnya kini bisa melenggang bebas di dunia luar, di tengah-tengah masyarakat tanpa ada yang tahu perbuatan buruknya di masa lalu.

Dan tanpa hukuman yang membuat jera, si pelaku akan dengan mudah berpikir untuk melakukan kejahatan kembali, seperti yang sekarang sedang direncanakan oleh Choi Minhyuk.



"Sepertinya kakek tua itu sudah tahu bahwa Jiwon bukan cucu kandungnya dan akan menunjuk Hanbin sebagai pengganti Hansung.."

"..aku akan siapkan semua hal yang berhubungan dengan penyakit depresi dan trauma yang dialami Hanbin agar para pemegang saham tahu dan berpikir dia tidak akan sanggup memimpin perusahaan dengan keadaannya yang seperti itu.."

"..bagaimana menurutmu?"

"Ide yang bagus..aku sudah muak dengan tingkah arogannya saat rapat kemarin.." jawab Sungkyung.

"Ternyata benar dia dan keluarganya menyembunyikan tentang kondisinya..kalau saja aku tidak menyaksikannya sendiri saat di bandara waktu itu.."

"..ketika Hanbin tiba-tiba ambruk sesaat setelah melihat seseorang yang mengingatkannya pada hari itu.."

"..aku sendiri terkejut melihat pria berkostum hitam itu, mirip sekali dengan penampilanku dua puluh tahun yang lalu.."

"Lalu kau berpikir itu semua ada hubungannya dengan shock yang Hanbin alami setelah dia dibawa ke rumah sakit?"

"Tentu saja, sayang..bocah yang malang, jika saja saat itu aku mengakhiri hidupnya sebelum  Jiyong terbunuh, dia tidak perlu mengalami semua trauma itu, kan?"

"Kau memang mengerikan.."

"Dan pria yang mengerikan ini sangat mencintaimu hingga rela melakukan apapun untukmu.."

Choi Minhyuk menyeringai di akhir kalimatnya dan menarik Sungkyung ke dalam pelukannya.

Sementara Sungkyung mulai merasa takut setiap kali berada di dekat Minhyuk.

Pria yang berbahaya, namun di sisi lain dia juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika dia mencintai Minhyuk.



-------


Selama beberapa hari menjelang rapat direksi yang kedua, Hanbin begitu sibuk bekerja di kantor bersama sang ayah mengingat ada banyak hal yang harus disiapkan sebelum pergantian kekuasaan dengan pimpinan baru.

Hampir setiap malam Hanbin pulang menjelang tengah malam, membuatnya jarang menghabiskan waktu bersama Jinhwan karena Jinhwan sudah terlelap setiap kali dia sampai di rumah.

Begitu juga Jinhwan yang merindukan Hanbinnya yang hanya bisa ditemuinya sebentar saja di pagi hari sebelum keduanya menjalani hari mereka masing-masing.

Karena itu hari ini Jinhwan bermaksud mengunjungi Hanbin di kantornya sekaligus mengajaknya makan siang.

Setibanya disana, Jinhwan bertemu June yang sedang berada di lobi kantor, sedang berbicara dengan rekan kerjanya.

"June-ssi.." panggil Jinhwan.

Yang dipanggil tampak terkejut lalu segera menghampiri Jinhwan.

"Anda disini, nona Jinhwan..ingin menemui Hanbin?"

"Iya..apa dia sedang sibuk? Aku ingin mengajaknya makan siang sebentar.."

"Dia ada di ruangannya, mari kuantar kesana.."

"Nee..terima kasih, June-ssi.."




Mereka berdua menuju ke ruangan Hanbin di lantai 5 ketika mendadak June harus pergi mengurus sesuatu setelah mendapat panggilan telepon.

"Maafkan aku tapi sepertinya kau harus pergi sendirian, tidak apa-apa kan? Ada panggilan mendadak.."

"..ruangan Hanbin ada di lantai 5.."

Belum selesai June bicara, Jinhwan sudah menyahutnya,

"Tidak apa-apa, June-ssi..maaf aku sudah mengganggumu..aku akan menghubungi Hanbin untuk menjemputku disini.."

"Sekali lagi maaf..aku pergi sekarang.."

"Nee.."

Jinhwan mendesah pelan menatap gedung sebesar dan seluas ini.

Meski sudah diberitahu bahwa Hanbin ada di lantai 5 tapi tetap saja dia pasti akan kebingungan jika tidak ada yang mengantarnya kesana.

Akhirnya dia memutuskan untuk menelepon Hanbin ketika tiba-tiba ada seseorang memanggil namanya dari arah belakang.

"Nona Kim Jinhwan?"

Jinhwan berbalik dan melihat seorang pria paruh baya berdiri di hadapannya.

Wajahnya seperti tidak asing tapi Jinhwan tidak ingat siapa namanya.

"Ah..aku Pak Choi, sekretaris Tuan Hansung, ayah mertuamu.."

"Annyeong haseyo..Pak Choi.." sapa Jinhwan ramah pada pria itu.

"Sepertinya ini pertama kali aku melihatmu datang ke Kim Corp..Kulihat kau juga sedang kebingungan dari tadi.."

"..apa ada yang bisa kubantu?"

"Memang ini pertama kalinya aku kemari..sebenarnya aku ingin bertemu Hanbin tapi aku hanya diberitahu dia ada di lantai 5 dan aku bingung.."

"..tidak tahu harus pergi ke arah mana karena gedung ini terlalu besar dan asing bagiku.." Jinhwan tersenyum malu.

"Kalau begitu bagaimana jika aku yang mengantarmu? Kebetulan aku juga sedang menuju kesana.."

"Benarkah? Apa tidak merepotkan anda?"

"Tidak sama sekali, mari ke sebelah sini.."

Pak Choi tersenyum misterius di belakang Jinhwan yang berjalan mendahuluinya.

Choi Minhyuk POV

Sepertinya gadis ini tidak mengenaliku tapi aku tetap harus membereskannya..

Aku tidak boleh lengah, bisa saja dia hanya berpura-pura tidak mengingatku..

Ingin sekali aku melenyapkannya sekarang, tapi akan terlalu merepotkan menutupi semua jejaknya di sini...

Kim Jinhwan..

Kita bertemu lagi setelah dua puluh tahun berlalu..

Gara-gara kau dan ayahmu yang menipuku waktu itu, aku gagal menghabisi Hanbin..

Tenang saja..hari ini aku akan mengantarmu menemui Hanbin..

Dan sebentar lagi akan kuantar kau menyusul ayahmu..





Pak Choi membawa Jinhwan ke ruangan Hanbin dan berpamitan setelahnya.

"Tugasku mengantarmu sudah selesai, nona..aku permisi dulu..sampai bertemu lagi.."

"Terima kasih banyak, Pak Choi..berkat anda aku tidak tersesat di gedung ini.." kekeh Jinhwan.

Pak Choi membungkukkan badannya lalu pergi meninggalkan Jinhwan menuju ke ruangan lain di lantai yang sama.



Kini Jinhwan berdiri di depan pintu ruangan Hanbin, entah kenapa tiba-tiba dia merasa gugup padahal dia akan menemui suaminya sendiri.

Jinhwan mengetuk pintu beberapa kali dan membukanya sesaat setelah dia mendengar suara Hanbin yang mempersilahkannya masuk.

Dan disanalah pria itu, suaminya, Hanbin sedang duduk di kursi mewahnya, dengan banyak berkas menumpuk di hadapannya.

Wajahnya terlihat lelah namun sama sekali tidak mengurangi ketampanannya.

Malah terlihat..ehem..sangat seksi di mata Jinhwan, dengan kemeja yang digulung sebatas lengan dan satu kancing atasnya yang terbuka.

"Apa kau sudah membawa laporannya, June-ya? Kenapa lama sekali?" tanya Hanbin tanpa memalingkan wajahnya dari kertas-kertas di hadapannya.

"Bahkan hari ini pun sepertinya suamiku sibuk sekali..padahal aku ingin mengajaknya makan siang.."

Hanbin langsung mengangkat wajahnya, senyuman lebar muncul begitu saja setelah mendengar suara lembut yang sangat dikenalnya.

Matanya berbinar ketika dilihatnya Jinhwan yang sedang berdiri di depannya, tampak cantik seperti biasanya.

Tanpa banyak bicara Hanbin segera menghampiri Jinhwan, merengkuhnya ke dalam pelukan erat.

"Kenapa kau bisa ada disini? Kau kemari sendiri?"

"Iya..karena aku merindukanmu.."

Hanbin melepas pelukan mereka lalu menarik tengkuk Jinhwan dan menciumnya dan melumatnya lembut.

"Aku juga merindukanmu..maaf ya aku mengabaikanmu beberapa hari ini.."

"Tidak apa-apa, aku mengerti..aku hanya khawatir kau kelelahan.."

Hanbin kembali mendaratkan ciuman ke bibir Jinhwan, kali ini cukup intens saat Hanbin menarik pinggang ramping Jinhwan hingga menempel di tubuhnya.

Dan menjadi  semakin panas saat Hanbin menuntun Jinhwan ke sofa besar yang ada di ruangannya tanpa melepaskan tautan bibir mereka.

Jinhwan begitu terbuai dengan ciuman Hanbin hingga tidak sadar kini dirinya sudah berbaring di bawah Hanbin dan ketika tangan Hanbin mulai menyusup ke dalam kemejanya dan menyentuh dadanya, Jinhwan melenguh pelan.

"Tunggu..sebentar.." Jinhwan berusaha menahan tangan Hanbin yang semakin liar menjamah tubuhnya.

"Ini di kantor..bagaimana kalau..ada yang masuk?" lirih Jinhwan dengan wajahnya memerah dan napas terengah.

Hanbin terkekeh geli, lalu segera menghentikan semua kegiatannya di tubuh Jinhwan.

Dia mendudukkan Jinhwan di pangkuannya lalu membantunya merapikan kemeja dan rambutnya yang berantakan.

Hanbin menyusuri wajah Jinhwan dengan ujung jarinya, memandangi wajah istrinya yang dirindukannya itu lalu berhenti ke bibirnya dan mengecupnya singkat.

"Aku ingin sekali membawamu pulang saat ini juga dan melanjutkan yang tadi tapi kau lihat sendiri pekerjaanku masih menumpuk.."

"Makan siang saja bagaimana?"

"Aku lebih ingin memakanmu sekarang.."

Jinhwan mengalungkan kedua lengannya ke leher Hanbin, mendekatkan bibirnya ke telinga Hanbin dan berbisik disana,

"Tidak boleh..selesaikan dulu pekerjaanmu agar kau bisa cepat pulang dan kita bisa lanjutkan yang tadi..aku akan menunggumu.."

Hanbin menggeram pelan mendengar nada seduktif Jinhwan tepat di telinganya.

Baru saja Hanbin hendak mencium Jinhwan lagi, tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dan masuklah June yang terkejut melihat pemandangan di hadapannya, dengan posisi Jinhwan masih berada di pangkuan Hanbin.

Setelah beberapa detik ketiganya hanya bisa diam membeku, akhirnya June perlahan keluar dan menutup kembali pintu ruangan Hanbin.

Dengan cepat Jinhwan bangkit berdiri dari pangkuan Hanbin dan menarik pria itu untuk berdiri juga.

"Kau lihat sendiri kan? Untung saja June yang datang, jika itu orang lain, aku tidak akan pernah mau datang kemari lagi.."

Hanbin hanya tertawa kecil lalu memanggil June untuk masuk.

"Maaf..maafkan aku, kukira kalian sudah pergi untuk makan siang..jadi aku langsung masuk tanpa mengetuk pintu dulu.." kata June sambil  menggaruk tengkuknya karena merasa canggung setelah melihat bosnya sedang bermesraan dengan istrinya tadi.

"Tidak apa-apa..kali ini kami benar-benar akan pergi dan aku akan kembali satu jam lagi..kau juga pergilah istirahat dulu.." titah Hanbin pada June.

"Aku sudah makan tadi di kafetaria kantor..sambil menunggumu aku akan menyusun laporan yang tadi kau minta.."

"..tidak perlu tergesa-gesa, nikmati waktu istirahatmu sejenak, kau membutuhkannya setelah berhari-hari hanya tinggal di ruanganmu ini saja.."

"Terima kasih, June..ayo, sayang..kita pergi.."

Jinhwan mengangguk lalu berpamitan pada June sebelum meninggalkan ruangan Hanbin.





"Kau mau pulang atau kembali ke sekolah?" tanya Hanbin setelah mereka selesai makan siang.

"Pulang saja karena aku sudah selesai, hari ini kegiatanku hanya evaluasi bulanan untuk penilaian yang akan dikirim ke London sebagai laporan.."

"Akan kuminta sopir kantor mengantarmu pulang.."

"Tidak usah, aku bisa naik taksi.."

"Atau kau mau menungguku disini sampai selesai?"

"Aku takut malah akan mengganggumu nanti, kutunggu di rumah saja ya.."

"Baiklah..kau yakin ingin naik taksi saja?"

"Nee, Hanbin-ssi..lebih baik kau kembali sekarang, agar pekerjaanmu cepat selesai.." Jinhwan tersenyum penuh arti.

"Aku akan pulang secepatnya, tunggu aku di rumah.."

Sekali lagi Hanbin memeluk erat Jinhwan sebelum kembali ke kantornya.








Baru beberapa langkah Jinhwan beranjak, lengannya ditarik oleh seseorang dan membuatnya terkejut setelah melihat sosok itu.





"Kau...apa yang kau inginkan?"

















































TBC.............














Nugu? Nugu?

Guess who.....

😏😏






















Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 172K 32
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
4.9M 182K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
1.4M 93.3K 43
β€’ Obsession series β€’ [ SELAMAT MEMBACA ] Romeo akan menghalalkan segala cara demi mendapati Evelyn, termasuk memanfaatkan kemiskinan dan keluguan gad...
516K 21.1K 36
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...