BINHWAN_PERHAPS LOVE_🔚

By sooinkang7

22.2K 2.3K 1.3K

Seorang pria muda tengah tertidur di atas kasur mewahnya. Mata tertutupnya bergerak-gerak gelisah, kepalanya... More

1. THOSE DREAMS
2. BROTHERS
3. CONNECTED
4. DILEMMA
5. TIE THE KNOT
6. HIS SECRET
7. ABOUT YOU
9. UNEXPECTED
10. MISSING YOU
11. CONFESSION
12. HEAD OVER HEELS
13. SERENDIPITY
14. FAREWELL
15. THOSE MEMORIES
16. APOLOGY
17. REVENGE
18. THAT DAY - PART 1
19. THAT DAY - PART 2
20. ANGEL OR DEVIL?
21. THE TRUTH
22. NO METTER WHAT
23. HURT
24. WAIT FOR ME
THE CHARACTERS
25. LET IT GO
26. BEST I EVER HAD

8. SO CLOSE YET SO FAR

733 88 24
By sooinkang7

Sepertinya...

Kali ini hatiku yang menang...

Aku, Kim Hanbin, orang yang meminta Kim Jinhwan untuk tidak jatuh cinta padaku, berakhir dengan jatuh cinta padanya.
.
.
.
.

Hanbin yang tengah bingung dengan perasaannya sendiri pada Jinhwan, memutuskan untuk memastikannya dengan cara mencium gadis yang sekarang menjadi istrinya itu.

Hanya sebuah kecupan ringan, pikir Hanbin, namun entah kenapa setelah dia merasakan bibir lembut Jinhwan, Hanbin menginginkan lebih dan berakhir dengan pagutan dan lumatan di bibir keduanya.

Keduanya?

Ya..karena Jinhwan juga menyambut bibir Hanbin. Mereka berciuman cukup lama sebelum akhirnya Hanbin yang melepaskan diri, menarik Jinhwan dalam pelukannya.

"Maafkan aku..kembalilah tidur.." bisik Hanbin sebelum akhirnya kembali terlelap.

Sedangkan Jinhwan masih mengatasi debaran jantungnya yang tak terkendali sebelum akhirnya membenamkan wajahnya di dada bidang Hanbin dan kembali tertidur dengan irama jantung Hanbin yang menjadi musik pengantar tidurnya.





Pagi-pagi sekali, Jinhwan terbangun dan mendapati lengan kekar Hanbin masih memeluknya erat.

Dengan perlahan Jinhwan memindahkan lengan itu agar tidak membangunkan Hanbin lalu membetulkan letak selimut Hanbin dan mengusap kepalanya pelan.

Apa yang terjadi semalam?

Kenapa kau menciumku?

Apa yang kaupikirkan sebenarnya?

Aku...harus bagaimana nanti aku menghadapimu setelah peristiwa semalam?

Apa..kita sama-sama sudah melewati batas yang kita sepakati?

Sambil terduduk dan memeluk kedua lututnya, Jinhwan menatap lama wajah Hanbin di sebelahnya, bertanya-tanya tentang kejadian semalam yang begitu tiba-tiba.

Setelah itu Jinhwan bangun dan membuka sedikit tirai kamar mereka lalu keluar kamar.



Matahari pagi menembus masuk ke kamar Hanbin, menyapa pria muda itu yang masih bergelung nyenyak di kasurnya.

Dia menggeliat kecil, berguling ke samping dan menyadari Jinhwan sudah tidak ada di sampingnya ketika tangannya menggapai sisi kosong ranjangnya.

Hanbin membuka matanya, ingatannya kembali ke kejadian semalam saat Hanbin mencium Jinhwan tanpa permisi.

Sekarang bagaimana dia akan menghadapi Jinhwan? Apa gadis itu akan marah padanya?

Seharusnya dia tidak selancang itu ketika Hanbin sendiri lah yang meminta Jinhwan untuk menjaga jarak dengannya. Tapi lihat yang terjadi semalam, Hanbin yang lebih dulu melewati batas itu.

Lamunan Hanbin terhenti ketika Jinhwan masuk ke kamar membawa beberapa potong pakaian milik Hanbin.

Pagi inipun Jinhwan terlihat secerah mentari, dengan dress berwarna orange segar dan rambut dikuncir rapi membuatnya terlihat seperti peri.

Sangat cantik di mata Hanbin...

"Kau sudah bangun? Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?" tanya Jinhwan yang berjalan mendekat ke arah Hanbin, mendudukkan dirinya di samping ranjang setelah meletakkan pakaian Hanbin di meja kecil di sudut kamar.

Hanbin menatap Jinhwan dengan heran karena gadis itu bersikap biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa di antara mereka semalam.

Padahal Hanbin sudah khawatir Jinhwan pasti akan marah padanya setelah mencuri ciuman dari Jinhwan semalam.

"Ji..Jinhwan..aku..itu..soal semalam..maafkan aku.." kata Hanbin terbata-bata sambil mengusap-usap tengkuknya sendiri.

"Semalam? Aaaah...soal itu? Pasti kau sedang bermimpi sedang mencium seseorang di mimpimu kan? Apa dia kekasihmu? Kau merindukannya ya sampai-sampai kau salah mengira bahwa itu aku..haha..lucu sekali kau, Kim Hanbin.."

"Eh? Apa?" tanya Hanbin bingung.

Ada apa dengan gadis ini? Apa dia mengira aku menciumnya karena aku sedang bermimpi? Aku bahkan tidak punya kekasih, sudah jelas ciuman itu untukmu, Jinhwan..batin Hanbin merana. ( pengen ketawa jahat..poor Hanbin 🤣 )

"Aku mengerti, tapi lain kali tolong kendalikan hormonmu itu..jika kau melakukannya lagi, aku akan memukulmu tanpa ragu, apa kau mengerti, Hanbin-ssi?"

"Tu..tunggu..Jinhwan..aku.."

"Sudahlah..tidak apa-apa, sungguh..sekarang lebih baik kau mandi lalu sarapan..kubawakan baju ganti untukmu..perlu bantuan untuk ke kamar mandi?"

Jinhwan bangkit berdiri untuk memberi ruang pada Hanbin agar bisa turun dari ranjang.

"Tidak perlu..aku bisa sendiri.."

"Baiklah..kutunggu di luar, jika perlu sesuatu panggil saja.."

Baru saja Jinhwan membalikkan badan hendak keluar kamar, Hanbin menarik lengannya.

"Kau..tidak menungguku disini?"

"Te..Tentu saja tidak..aku sudah siapkan pakaianmu disana..aku.."


TOK..TOK..


"Hanbin-ah..kau sudah bangun, nak? Oh..ada Jinhwan juga disini, sepertinya tadi Ibu melihatmu di ruang makan.."

"Oh..eh..iya tadi aku menyiapkan sarapan untuk Hanbin dan kembali ke kamar untuk membangunkannya.."

"Kau dengar itu, Hanbin? Kau benar-benar beruntung, istrimu mengurusmu dengan sangat baik.."

Lalu tiba-tiba Hanbin memeluk Jinhwan dari belakang, melingkarkan lengannya di depan perut Jinhwan dan menyandarkan dagunya di bahu Jinhwan.

Jinhwan hanya bisa pasrah dengan kelakuan berani Hanbin di depan Ibunya, mertua Jinhwan, karena mereka harus bersandiwara selama masih ada di rumah sang Kakek, meski kini jantungnya berdetak kencang tak beraturan di dalam sana....

"Ibu benar, aku sangat beruntung, terima kasih, sayang.." sahut Hanbin sembari mengecup pipi kiri Jinhwan.

"Ommoo..mentang-mentang pengantin baru lalu pamer kemesraan di depan Ibu.."

Sang ibu tergelak melihat bagaimana putranya memperlakukan menantunya dengan sangat manis dan sang menantu tampaknya masih malu-malu dengan suaminya sendiri...setidaknya itulah yang dipikirkan Ibu Hanbin saat melihat keduanya.

"Ibu tidak akan mengganggu kalian lagi, kalau sudah selesai segera ke ruang makan, kita sarapan bersama..tapiii..jika kalian masih sibuk, kami juga maklum kok.." goda sang Ibu yang sukses membuat Jinhwan merona hebat.

Setelah Ibu Hanbin meninggalkan kamar mereka, Jinhwan langsung melepaskan diri dari pelukan Hanbin dan melempar tatapan mematikan ke arah Hanbin.

"Kim Hanbin, kita harus bicara.." Jinhwan berusaha mengatur napasnya sebelum mengatakan sesuatu pada Hanbin.

"Ini terakhir kali kubiarkan kau menyentuhku..setelah semalam kau menciumku lalu sekarang kau memelukku di depan Eommonim dan menciumku lagi...sebenarnya kau anggap apa aku?"

"Istriku.." jawab Hanbin cuek, sambil menahan diri tidak tersenyum usil.

Jinhwan memutar bola matanya, dia kesal dengan jawaban singkat, padat dan jelas yang Hanbin berikan.

"Kita berdua tahu hubungan pernikahan kita tidak seperti itu..aku memang istrimu tapi hanya di hadapan keluarga dan kolegamu, di luar itu kita orang asing, apa kau ingat?"

"...jadi mulai sekarang, berhenti menyentuhku tanpa seijinku.."

"Lalu, sejauh apa aku boleh menyentuhmu?" tanya Hanbin, kali ini wajahnya berubah serius, sepertinya Jinhwan juga sedang sangat serius sekarang.

"Hanya pelukan saja..lebih dari itu, aku akan membencimu dan mendiamkanmu selamanya.." jawab Jinhwan kesal, sambil berbalik meninggalkan kamar, tidak lupa juga membanting pintu kamar dengan keras untuk meluapkan kekesalannya.

Ternyata kau marah, ya..kupikir kau tidak terganggu dengan apa yang kulakukan semalam karena kau juga membalas ciumanku..

Baiklah..sepertinya aku akan menyimpan perasaanku ini untukku sendiri..pikir Hanbin.



Selama dua hari Hanbin dan Jinhwan tinggal di rumah kakek Kim dan hari ini mereka pindah ke rumah mereka sendiri.

Sejak peristiwa itu, Hanbin terkesan menghindar dari Jinhwan.

Setiap kali Jinhwan mencoba memulai percakapan dengan suaminya itu, Hanbin hanya akan menjawab seperlunya.

Karena bulan madu yang direncanakan kakek Kim untuk mereka berdua dibatalkan gara-gara insiden itu, mereka memutuskan untuk kembali beraktivitas seperti biasa meski Hanbin dan Jinhwan sebenarnya masih punya cuti yang diberikan karena pernikahan mereka.

Lagipula menyibukkan diri akan jadi satu-satunya alasan bagi keduanya untuk tidak saling bertemu di rumah.

Jinhwan akan pergi pagi-pagi sekali saat Hanbin masih tidur sedangkan Hanbin akan pulang larut malam saat Jinhwan sudah terlelap.


Hingga suatu hari, Jinhwan dihubungi oleh Jeongwoo. Adiknya akan pergi ke Busan selama seminggu dan dia meminta Jinhwan untuk menemani sang ibu di rumah.

"Bagaimana, Nuna? Apa kau bisa? Tapi jika suamimu tidak mengijinkan sebaiknya kau tidak pergi..atau kau ajak saja ibu tinggal di rumahmu? Ah tapi kau tetap harus minta ijin juga pada Hanbin hyung..bagaimana ini?"

"Pergilah, Jeongwoo-ya..soal ibu biar aku yang mengurusnya..aku akan bicara dengan Hanbin.."

Meski Jinhwan juga tidak yakin Hanbin akan mengijinkannya, tapi setidaknya dia harus mencobanya dulu, bukankah ini tidak melanggar apapun dalam perjanjian mereka?

Dengan ragu, Jinhwan menekan tombol panggilan ke nomor Hanbin.

"Nee.."

"Hanbin..ini aku, Jinhwan..apa kau sedang sibuk?"

"Tidak, ada apa?"

"Ah..begini..bolehkah aku pulang ke rumah selama seminggu menemani ibu? Jeongwoo harus pergi ke Busan untuk proyek kuliahnya, aku tidak tega membiarkan ibu sendirian di rumah.."

Hanbin tidak langsung menjawab membuat Jinhwan semakin gugup menunggu jawaban Hanbin.

"Kita bicarakan di rumah, sebentar lagi aku pulang..tunggu aku.."

Sedetik kemudian Hanbin memutuskan sambungan telepon mereka.

Ck..orang itu..kenapa tidak langsung bilang iya atau tidak? Malah menyuruhku menunggu..apa dia sesibuk itu di kantor? batin Jinhwan.


Sementara itu di kantor, Hanbin dan June sedang membahas perkembangan kasus penculikan Hanbin dan dikejutkan dengan fakta baru yang June temukan.

"June-ya..apa kau yakin soal ini?"

"Seharusnya aku tidak memberitahumu sekarang, aku masih harus mencari tahu informasi lain dan memastikan kebenarannya.."

"Bagaimana aku akan menghadapi gadis itu sekarang?"

"Itu bukan salahmu, Hanbin-ah..kalian sama-sama korban dalam insiden di hari itu.."

"Tapi tetap saja kan..walau ingatanku tentang kejadian waktu itu masih samar tapi dengan informasi ini, semua jadi masuk akal.."

June baru saja mendapat konfirmasi dari detektif Song bahwa memang benar korban kecelakaan di dekat lokasi penculikan Hanbin adalah Jinhwan dan ayahnya.

Entah bagaimana, sang pelaku mengejar mobil ayah Jinhwan dan meninggalkan Hanbin sendirian di rumah kosong tempat Hanbin disekap sehingga polisi bisa menemukan dan menyelamatkannya.

Seakan-akan ayah Jinhwan sengaja mengecoh pelaku sekaligus mengorbankan dirinya agar Hanbin bisa selamat.

Rasa bersalah Hanbin pada Jinhwan muncul karena dia sadar bahwa Jinhwan juga ada saat kecelakaan itu dan menyebabkan kakinya cacat.


Apa Jinhwan tahu dan masih ingat dengan kejadian dua puluh tahun lalu itu?

Apa dia ingat bahwa kami pernah bertemu jauh sebelum kami dijodohkan?

Bagaimana jika dia membenciku dan akhirnya meninggalkanku?



Hanbin menghela nafas berat dan panjang sambil memutar kemudi mobilnya memasuki garasi rumahnya.

Jinhwan sedang sibuk mengatur meja makan untuk makan malamnya dengan Hanbin ketika Hanbin masuk ke dalam rumah.

"Kau sudah datang..sudah makan malam? Aku menyiapkannya untuk kita berdua karena kau bilang akan segera pulang..kupikir kau belum sempat makan malam di kantor.."

Hanbin menatap Jinhwan lalu tersenyum tampan sebelum menjawab Jinhwan.

"Aku belum makan..aku akan mandi sebentar lalu kita makan malam bersama.."

Hati Jinhwan menghangat menyadari Hanbin tidak bersikap dingin lagi padanya. Malah dia tersenyum pada Jinhwan dan menjawab dengan suara lembutnya.

Jinhwan baru menyadari bahwa dia merindukan Hanbin yang seperti ini setelah beberapa minggu harus menghadapi Hanbin yang bagaikan gunung es.

Suasana di meja makan begitu tenang, hanya terdengar suara sumpit dan sendok yang beradu dengan piring dan mangkok.

Jinhwan berinisiatif memulai pembicaraan ketika Hanbin lebih dulu bertanya pada Jinhwan,

"Bagaimana harimu? Menyenangkan?" tanyanya sambil menatap Jinhwan sekilas sebelum kembali sibuk dengan makanannya.

"Sedikit melelahkan, minggu depan aku akan tampil di acara ulang tahun sekolah balet..jadi latihannya diperbanyak.."

"Apa..kakimu baik-baik saja?"

"Ehm..tidak ada masalah dengan kakiku..kupikir kau tidak tahu tentang hal itu.."

"Ayah yang memberitahuku saat kita hendak dijodohkan..dan aku juga pernah melihatmu kesulitan berjalan setelah berlatih sampai harus dibantu temanmu.."

"...apa sesakit itu?" tanya Hanbin khawatir.

Jinhwan yang kebingungan hanya bisa menggeleng.

"Tidak apa-apa kok, sungguh..karena aku rajin terapi jadi sekarang sakitnya sudah jarang sekali kambuh.."

"Syukurlah.." Hanbin tersenyum sendu tanpa berani menatap Jinhwan lagi.

Ada apa dengannya? Kenapa tiba-tiba menanyakan tentang semua itu? Harusnya kan aku yang bertanya apa aku diijinkan untuk pergi atau tidak ke rumah ibu...batin Jinhwan.


"Oh iya..kau boleh pulang ke rumah eommonim, temani beliau sampai Jeongwoo pulang..aku mengijinkanmu.."

"Benarkah?? Terima kasih Hanbin.." Jinhwan tersenyum lebar sambil meraih tangan Hanbin untuk berterima kasih.

Melihat Jinhwan yang segembira itu, mau tidak mau Hanbin ikut tersenyum apalagi menyadari tangannya sedang digenggam erat oleh Jinhwan sebelum akhirnya dilepas dengan canggung.

"Lalu kapan kau akan kesana? Perlu kuantar?"

Waah..dia bahkan menawarkan diri untuk mengantarku?? Apa kepalanya terbentur sesuatu saat perjalanan pulang tadi??

Jinhwan terheran-heran dengan perubahan sikap Hanbin yang cukup drastis ini.

"Tidak perlu..aku bisa naik taksi.."

"Tidak, kau akan kuantar..aku tidak ingin eommonim berpikir aku menelantarkan istriku dengan menyuruhnya naik taksi..dan aku tidak menerima penolakan, Kim Jinhwan-ssi.."

"Terserah kau saja..aku akan pulang besok sore setelah selesai latihan balet..kita berangkat dari sana.."

"Baiklah..kita bertemu di sana..apa kau sudah selesai makan? Tinggalkan saja disitu, aku yang akan membereskannya.."

"...kau..istirahat saja..katamu hari ini melelahkan.."

Hanbin beranjak dari kursinya dan mengambil semua peralatan makan yang kotor untuk dicuci.

Jinhwan terpaku beberapa saat melihat Hanbin dengan cekatan mencuci semua peralatan makan itu.

Entah apa yang Jinhwan pikirkan saat itu ketika tiba-tiba dia mendekat dan memeluk Hanbin dari belakang.

Hampir saja gelas yang dipegang Hanbin terlepas dari tangannya karena dia terkejut dengan pelukan Jinhwan.

"Terima kasih, Hanbin.."

Hanbin meletakkan gelas itu dan melepas sarung tangan yang dia pakai untuk mencuci.

Dia menggenggam kedua tangan Jinhwan yang sedang melingkar di perut berototnya.

"Untuk apa?" tanya Hanbin.

"Untuk semuanya..mengijinkanku pulang menemani ibu dan menggantikanku mencuci piring..hehe.."

"..ah..dan jangan salah paham..aku tidak sedang melanggar batas karena aku hanya sedang memelukmu sekarang.."

"Kau boleh melakukan lebih jika kau mau.." sahut Hanbin sambil membalik badannya menghadap Jinhwan dengan kedua lengan kekarnya melingkar di pinggang ramping Jinhwan.

Tatapan intens Hanbin juga wajah tampannya yang begitu dekat sanggup membuat Jinhwan meremang.

"A..a..apa?"

Hanbin menarik Jinhwan dalam pelukannya, membenamkan wajahnya di ceruk leher Jinhwan.

"Biarkan aku memelukmu seperti ini untuk beberapa saat..kita tidak akan bertemu selama seminggu, dan sepertinya aku akan merindukanmu.."

"Ke-kenapa bicara seperti itu? Aku kan tidak pergi jauh, kau...bisa menemuiku di rumah ibu.."

"Aku..akan menjemputmu nanti jika Jeongwoo sudah pulang dari Busan, kabari aku ya.."

Jinhwan melepaskan diri dari pelukan Hanbin, menatapnya cemas.

"Kau tidak apa-apa? Apa ada yang sakit?" tanya Jinhwan, tangannya terangkat mengusap pelan wajah Hanbin.

Hanbin menggenggam tangan Jinhwan yang masih berada di sisi wajahnya dan tersenyum tipis.

"Aku baik-baik saja..istirahatlah..aku juga akan tidur sekarang.."

Hanbin melepas tangan Jinhwan dan berlalu pergi menuju kamarnya.

Entah kenapa hati Jinhwan terasa sakit menatap punggung Hanbin yang semakin menjauh dan akhirnya menghilang di balik pintu kamarnya. Punggung yang tadi dipeluknya, sedekat detak jantungnya sendiri namun sekarang kenapa terasa sangat jauh dan berjarak?





JINHWAN POV

Pria itu..kenapa selalu saja membuatku bingung? Baru beberapa hari lalu dia sedingin dan sekaku gunung es namun hari ini dia bisa sehangat mentari.

Pria itu..sanggup membuatku merasa aku sendirian dan terasing saat dia menghindariku, namun saat dia mendekatiku, aku selalu menginginkan lebih dan tidak rela jika dia harus menjauh lagi dariku, membuatku semakin merindukannya...

Pria itu..Kim Hanbin..apa yang sudah kau lakukan padaku?

.

.

.

.

.

.

.

.



T

B

C












Hari ke 14...rinduku pada mereka sudah mencapai langit bahkan melampauinya......😭😭

Continue Reading

You'll Also Like

224K 648 11
Isinya cuma cerita joyok ! yang masih minor minggir dulu ⚠️
795K 38.4K 45
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1.1M 36.7K 34
Bagaimana jadinya jika seorang gadis menikah dengan ayahnya? Tidak, bukan ayah kandung tetapi ayah angkat. Bermula dari kejadian dimana Giya seorang...
551K 7.1K 29
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...