Another Side - Completed

By frncsh

144K 15.6K 2K

Kejadian yang menimpa Syifa 7 tahun lalu sangat merubah kepribadiannya. Syifa yang manis, lembut, dan ramah b... More

CASTS
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
NEW STORY!
Part 45
PROMO
Part 47
Extra Part

Part 46

2.6K 364 31
By frncsh

Ali menghentikan mobilnya saat ia tidak sengaja melihat Tante Lusi sedang memberikan uang kepada pengemis yang berada di pinggir jalan. Matanya tidak berkedip melihat pemandangan yang tidak jauh dari tempatnya. Ia menarik sedikit sudut bibirnya, kemudian beralih mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

**

"You've changed so much."

Gadis itu berbisik pelan seraya menyisir lembut rambut laki-laki yang sangat dicintainya dengan jemarinya. Laki-laki yang kini sedang tertidur di pangkuannya, dan sebenarnya tidak benar-benar terlelap, bahkan ia dapat mendengar jelas suara gadisnya.

Tersenyum dalam umpatannya, Jefri membuka matanya perlahan. Membuat gadis yang sedari tadi di hadapannya tersenyum manis.

"Eh udah bangun." katanya gemas.

"Siapa yang berubah?" Jefri bertanya tiba-tiba, membuat gadis itu mengerjab-ngerjabkan matanya.

"Hah?"

"Tadi aku denger kamu ngomong "you've changed so much"?" Jefri bangkit untuk duduk di sebelah gadisnya.

"Yaaa.... Kamu. Siapa lagi?" matanya enggan menatap Jefri.

"Berubahnya dalam hal apa nih?" tanya Jefri lagi, membuat gadis itu kini menatap wajah Jefri.

"Banyak. Yang pasti, aku seneng banget." jawabnya, seakan ia memang sungguh-sungguh merasakan bahagia akibat perubahan kekasihnya itu.

"Alhamdulillah." Jefri mengacak-acak rambut gadisnya lalu mengecup puncak kepalanya singkat.

Keduanya saling tatap, bergeming. Debaran yang terasa di dalam dada Jefri semakin cepat, mungkin ini saatnya untuk mengatakan yang sesungguhnya, bahwa ia sudah mencintai Salsa. Salsa yang selalu menunggu dan ada untuknya. Salsa yang setia. Salsa yang sangat mencintainya.

Jefri mendekatkan wajahnya ke samping telinga Salsa. "I love you, Sal."

Kalimat itu. Kalimat yang barusan Jefri bisikkan di telinganya adalah kalimat yang selama ini ia tunggu-tunggu. Wajahnya mendadak terasa panas dan ia yakin kalau wajahnya itu kini sudah berwarna merah seperti kepiting rebus. Ditambah dengan Jefri yang kini mengunci tatapan dengannya, seakan laki-laki itu kini benar sudah membalas perasaannya.

Dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya, ia berkata. "I love you too, Nic."

**

"Is everything okay? Kamu kenapa sih dari tadi?" Adipati bertanya kepada Maudy yang terlihat seperti bingung mengatasi Tiara, anaknya yang sebulan lalu lahir ke dunia.

Yup. Maudy sudah melahirkan anaknya sejak sebulan yang lalu. Anaknya seorang perempuan, cucu pertama bagi Ayah dan Mami dari Adipati. Adipati menamakan anaknya Tiara. Tiara Putri Renata.

"Aduh aku ngga tau lagi deh ini harus gimana. Tiara dari tadi nangis mulu, di. Aku kasih susu ngga mau, aku udah gendong mondar-mandir juga tetep aja nangis." Mata Maudy kini berkaca-kaca, ia menaruh Tiara kembali ke ranjangnya.

Adipati menatapi istrinya seksama. Terlintas dalam pikirannya bahwa Maudy mengalami baby blues.

Adipati menyentuh dagu Maudy, mengarahkan wajah istrinya untuk menatap wajahnya.

"Hey hey jangan nangis. Kamu pasti bisa." Adipati berusaha menenangkan Maudy dengan mengusap lembut pipi istrinya itu.

"Coba sini Tiara aku yang gendong ya."

Adipati beralih menggendong Tiara dan berusaha menenangkannya. "Utuk utuk anak papa ngantuk ya? Ssshhh ssshhh sayang......"

Hati Maudy menghangat saat ia melihat Adipati seperti ini, menimang-nimang bayinya. Beberapa menit kemudian Adipati berhasil membuat Tiara dapat terlelap dalam gendongan dan pelukannya.

**

Tidak terasa kehamilan Syifa sudah hampir menginjak 8 bulan. Perutnya kini sudah besar dan membuncit. Tubuh Syifa juga terlihat lebih membesar semakin hari, dikarenakan nafsu makannya yang kian bertambah sejak hamil. Hal itu pun membuat Rizky tidak sama sekali mengurangi rasa protektif di dalam dirinya. Tetapi ia juga akan senang dan antusias apabila Syifa bersikap manja atau meminta sesuatu dengan alasan keinginan si jabang bayi.

Seperti saat ini, Syifa tengah bersandar di dada Rizky dengan tangan bergelayut manja memeluk lengan Rizky. Rizky baru saja pulang dari kantornya. Maka dari itu Syifa tidak ingin melewati kesempatan yang ada selama Rizky ada di rumah. Tangan Rizky kini mengusap lembut perut buncit Syifa, sesekali tersenyum. Membayangkan sebentar lagi ia akan melihat wajah buah hatinya dengan Syifa.

Rizky merasakan ada sesuatu yang terasa seperti memukul tangannya yang kini berada di perut Syifa. Wajahnya seketika kaget tertawa antusias merasakan gerakan yang berasal dari dalam perut istrinya itu.

"Dia nendang!" Rizky sangat senang setiap kali anaknya itu merasakan tangannya, walaupun terbatasi oleh perut Syifa.

"Aduh, ya ampun kenceng banget dia nendangnya." Syifa tersenyum sembari tertawa melihat anak yang sedang dikandungnya mencoba berinteraksi dengan kedua orang tuanya.

Tak lama, tendangan itupun berhenti dari dalam perutnya. Membuat Rizky mendekatkan wajahnya ke perut Syifa. "We love you so much, baby. And we can't wait to see you." setelahnya Rizky mengecup lembut perut Syifa.

**

"Oh my dear... sini sini Tiara sama Granny." Mami mengambil Tiara dari gendongan Maudy, kemudian menghujani wajah Tiara dengan kecupan. Mami mereka sangat menyayangi cucu pertamanya, anak dari Adipati dan Maudy.

"Jadi kalian mau nginep disini berapa minggu, di?" Ayah Adipati mulai membuka suaranya.

"Sekitar dua minggu kali, yah. Adi juga udah ambil cuti buat liburan disini."

Ayah Adipati mengangguk, kemudian beralih bertanya kepada mantan istrinya. "Kamu juga nginep disini, Rachel?"

"No, aku nanti akan tinggal di hotel. Di Jakarta hanya beberapa hari, karena ada beberapa urusan yang harus diurus disini. Where's Ali? Apa dia belum pulang?" Mami bertanya lembut, tidak lepas memandangi wajah cantik nan teduh Tiara.

"Biasanya jam segini dia sudah pulang. Mungkin sebentar lagi."

Tak lama terdengar mobil Ali yang sedang memasuki garasi rumahnya.

"Mami? Abang?!" Ali langsung menghambur memeluk Mami yang sangat dirindukannya.

"Ali my son!" ucap Mami kental dengan bahasa daerahnya. Ia memberikan Tiara kepada Maudy lalu membalas pelukan anak keduanya erat-erat.

"Mami! Ali kangen mami."

"Mami juga kangen sama kamu, nak." Mami mengecup wajah Ali hingga puas. Ia benar-benar merindukan anak laki-laki nomer duanya ini.

Sudah hampir enam bulan Mami tidak bertemu dengan Ali. Maka dari itu ia sangat rindu dengan Ali. Lain halnya dengan Adipati dan Jefri yang kini tinggal dan dekat bersamanya di Singapura. Mereka rutin setiap minggu untuk bertemu dan berkumpul dengannya.

"How's life, honey? Semuanya baik-baik saja kan?" Mami mengusap rambut anak laki-lakinya yang sudah dewasa itu. "You're growing too fast, my boy."

"Semuanya baik-baik aja kok! Alhamdulillah kerjaan Ali disini lancar."

Ali beralih mencium tangan Mami, Ayah, Adipati dan juga Maudy.

"Sehat Bang, Kamod?" tanya Ali kepada abang dan kakak iparnya.

"Alhamdulillah gue, bini gue sama anak gue sehat."

Ali menganggukkan kepalanya kemudian mengambil Tiara begitu saja dari Maudy.

"Tiara... om kangeeeennnn banget sama aya...." Ali memanggil keponakannya itu "Aya", ia spontan begitu saja.

"Iyalah kangen, orang ketemu pas lahiran kemaren doang!" tandas Adipati, yang langsung dipukul lengannya oleh Maudy.

"Ya maap bang. Gue lagi ngurusin client jadi padet banget kerjaan."

"Gapapa kok, li. Kebeneran kita juga pengen nginep disini." Maudy tersenyum kepada Ali.

"Iyalah kak, nginep. Masa jauh-jauh dari Singapur ngga nginep." Ali terkekeh.

"Gimana Jefri?" Ali bertanya kepada Maminya.

"He's being better everyday." Mami tersenyum lembut kepada semuanya, menatap mereka yang juga tersenyum hangat.

"Pacaran mulu ya dia, mi?" tanya nya lagi.

"Alah kaya lo ngga pacaran mulu aja!" timpal Adi, yang lagi-lagi mendapat pelototan dari Maudy.

Ali tertawa karena malu.

"Tapi Ayah emang jarang sekarang ngeliat Ali pacaran. Apa emang pacarannya di luar kali ya? hahaha." ucap Ayah yang membuat semuanya tertawa meledek Ali.

**

Rizky yang baru saja memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya langsung masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan antusias.

"Assalamu'alaikum sayang. Aku pulang!" serunya ketika memasuki rumahnya.

Tidak mendengar jawaban dari Syifa, Rizky segera melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

"Sayang?"

Rizky membuka pintu kamarnya. Nihil. Tidak ada Syifa disana. Lalu ia membuka pintu kamar mandi dan pintu ke arah balkon yang terdapat di dalam kamarnya, nihil. Syifa juga tidak ada disana. Rizky mulai merasa panik. Ia kembali ke bawah untuk mencari Syifa di seisi rumahnya.

"Syifa?!"

Rizky beralih ke dapur. Tidak ada siapa-siapa juga disana. Ia langkahkan kakinya kembali menuju kamar kedua asisten rumah tangganya. Dilihatnya kedua asistennya itu sedang duduk mengobrol, Rizky langsung bertanya kepada mereka.

"Bi, lihat Syifa ngga? Kok ngga ada di kamarnya ya?"

"Eh Pak Rizky... Non Syifa ngga ada di kamarnya pak? Aduh, maaf saya juga ngga tau pak. Tadi saya lewat kamar bapak setelah sholat Isya non Syifa masih ada pak. Kamu liat nggak, sum?" Bi Minah bertanya kepada Mbak Sum.

Mbak Sum menggelengkan kepalanya. "Nggak pak, saya ngga ngeliat."

"Aduh, seharusnya kalian tau dan perhatiin istri saya!" teriak Rizky yang langsung pergi mencari Pak Bejo, supirnya.

"Pak Bejo!" teriak Rizky di luar rumahnya.

"Ka Rizky? Kenapa kok teriak-teriak gitu?" Syifa tiba-tiba muncul di hadapan Rizky, membuat Rizky lega sekaligus marah.

"Kamu dari mana sih, Syif?! Kenapa malem-malem gini ke luar rumah?!"

Syifa yang mendengar Rizky marah langsung membawa suaminya masuk ke dalam rumah. Ia takut apabila tetangga mendengar perdebatan dalam rumah tangganya.

Syifa mulai berbicara saat mereka sudah masuk ke dalam rumah.

"Tadi aku beli bubur ayam sebentar di depan kak." Belum selesai Syifa berbicara, Rizky sudah berbicara lagi.

"Kenapa ngga nyuruh Bi Minah atau Mbak Sum?!"

"Kak, aku sengaja emang pengen jalan ke depan. Aku bosen kak, di rumah terus. Lagian juga kata dokter sekarang aku harus banyakkin gerak sama jalan supaya nanti bisa melahirkan normal. Kamu ngga inget?"

"Iya tapi ini udah malem, Syifa. Aku khawatir. Dan angin malam ngga baik buat kesehatan kamu. Aku kan udah bilang berkali-kali." Rizky masih saja mengomeli Syifa, ia berusaha menjelaskan bahwa ia sangat khawatir dengan istrinya itu.

"Yaudah yaudah aku minta maaf, okay?" Syifa menggenggam tangan Rizky, lalu mengarahkan ke depan wajahnya, sedetik kemudian Syifa mengecup punggung tangan suaminya dengan lembut.

"Maafin aku ya kak." Syifa menatap Rizky, yang ditatap malah mengalihkan wajahnya dari istrinya.

"Aku tau kamu khawatir sama aku. Aku paham kamu kaya gini karena kamu pengen yang terbaik buat aku sama anak kita. Iya kan?" satu tangan Syifa menangkup wajah Rizky, mengarahkan wajah suaminya untuk menatapnya.

"Sekarang kita makan bubur. Kebetulan aku beli dua, buat kamu juga. Kamu belum makan kan?" Syifa beralih menaruh kantong plastik yang sedari tadi dibawanya ke atas meja ruang tamunya kemudian ia membuka jas yang masih Rizky kenakan sejak tadi.

"Nyariin aku sampe lupa buka jas ya? Kamu ngga gerah apa?" kini tangan Syifa membuka dasi dari kerah kemeja Rizky.

Dirasa dasinya sudah sedikit longgar dan terbuka, Rizky berbicara lagi. "Kamu aja yang makan, aku ngga nafsu. Aku ke atas duluan." ucapnya dingin seraya mengambil jas yang sudah dibukakan oleh Syifa tadi, lalu beranjak meninggalkan Syifa yang mematung.

**

"Kak.."

Syifa berbicara ketika Rizky selesai melaksanakan sholat Isya.

"Hmm?" alih-alih menutupi amarahnya, Rizky mengambil ponselnya seusai ia menaruh sajadah dan melipat sarung yang tadi digunakannya.

"Jadi kamu ngga maafin aku?"

Rizky masih mengacuhkan Syifa.

"Kak.."

"Aku capek Syif." Rizky masih sibuk dengan ponselnya.

"Kak Rizky, aku minta maaf.." Syifa menghampiri Rizky lalu mengambil ponsel Rizky begitu saja, membuat Rizky membulatkan matanya.

"Syif, aku lagi liat handphone aku!" bentak Rizky.

"Iya aku tau. Tapi kamu bilang kamu capek kan? Kenapa lebih peduli sama handphone kamu dibanding istri kamu yang udah nangis-nangis kaya gini?!" Syifa melempar ponsel Rizky ke ranjangnya.

Rizky mengambil napas panjang, kemudian menghembuskannya pelan untuk meredam amarahnya.

"Sekarang aku tanya sama kamu, kenapa kamu selalu ngga nurut sama perintah aku, Syif?! Kamu tau aku kaya gini, tapi kamu selalu ngulangin semuanya lagi."

"Kak, aku cuma pergi ke luar sebentar aja. Tolong kak, jangan buat aku ngga nyaman sama sikap-sikap berlebihan kamu!" Syifa menangis histeris. "Demi Allah aku ngga nyaman kak kalo kamu kaya gini ke aku! Aku manusia kak. Aku makhluk hidup yang harus bersosialisasi. Bukan yang harus dikurung terus-terusan di dalem rumah sendiri."

Hati Rizky mencelos mendengar Syifa tidak nyaman dengan sikap dan perbuatannya. Selama ini Rizky hanya ingin yang terbaik untuk Syifa, tetapi yang ia dengan, ia hanya membuat Syifa tidak nyaman. Dengan muka memerah, Rizky bangkit dan berjalan ke luar kamar.

"Ka Rizky! Kamu mau kemana kak?" Syifa menahan Rizky ke luar. Rizky menghentikan langkahnya, lalu terdiam.

"Jangan pergi kak, aku butuh kamu." Syifa memeluk erat tubuh Rizky. "Aku emang ngga nyaman sama sikap protektif kamu, tapi aku sayang sama kamu kak." Syifa terus mengeluarkan air matanya.

Dipeluknya Rizky cukup lama tidak membuat laki-laki itu berbicara. Ia masih merasa bahwa ia sangat jahat karena membuat Syifa tidak nyaman dibuatnya.

"Ka Rizky?! Ngomong dong kak! Jangan diem kaya gini!" Syifa menatap wajah Rizky yang kini ternyata juga sudah menangis.

"Ka Rizky, aku minta maaf kak. Syifa minta maaf." Syifa menghapus air mata yang mengalir di pipi Rizky. "Ka Rizky.." tubuh Syifa beringsut ke bawah untuk mencium kaki Rizky, dengan sigap Rizky menahannya lalu membawa istrinya itu untuk duduk di tepi ranjang.

Rizky menghapus air mata yang membanjiri pipi Syifa, sedetik kemudian ia mengecup kening Syifa cukup lama.

"Maaf kalo aku selalu buat kamu ngga nyaman. Aku janji, sebisa mungkin aku akan bersikap biasa-biasa aja agar kamu nyaman."

Syifa tahu Rizky berbicara seperti itu hanya untuk membuatnya tenang, maka dari itu suaminya mengalah. Jauh di dalam lubuk hati Syifa, ia sangat mengetahui bahwa Rizky sangat tersakiti dengan kata-kata tidak nyaman tadi.

"Aku minta maaf kak.. aku.."

"Sshhh... iya. Udah yaa. Kamu harus tidur, ini udah malem." Rizky membaringkan tubuh Syifa, dengan cepat Syifa menarik tubuh Rizky untuk mendekat lalu ia langsung bersandar dalam pelukan Rizky.

"Kak.." Syifa masih saja menangis.

"Iya? Udah dong jangan nangis." Rizky lagi-lagi menghapus air mata Syifa.

"Maaf.." ucap Syifa lagi.

"Iya."

Hanya itu yang Syifa dengar. Tidak ada embel-embel "sayang" atau menyebut namanya.

Syifa membawa tangan Rizky untuk mengusap perutnya.

"Aku tau kamu sayang sama aku dan anak kita kak. Aku paham, tapi aku bener-bener ngga bisa yang harus selalu di rumah terus kak.."

"Walaupun weekend kamu selalu ngajak aku ke luar, tapi yang lima hari di rumah full day itu rasanya ngga enak, Ka Rizky.." tambah Syifa lagi.

Rizky mengangguk mengerti. "Yaudah, aku minta maaf. Mulai sekarang, aku ngga akan ngelarang-larang kamu pergi lagi."

Syifa sedikit memiringkan tubuhnya untuk menatap wajah suaminya. "Maafin aku ya kak." wajahnya turun bersembunyi di dalam cekungan leher Rizky, sedetik kemudian ia mengecup sekitar rahang suaminya itu yang mulai ditumbuhi bulu-bulu halus.

Rizky hanya mengangguk, lalu mengusap dan mengecup puncak kepala Syifa berkali-kali.

To be continued..

Yipieeee.... AS tinggal satu part lagi yaa gengs. Maaf banget harus ditamatin karena ceritanya sudah terungkap semua. Jan sedih ya! Baca WP aku yang baru dan yang masih berjalan: Kertas Putih & One Fine Day hehe promo dikit;;)

Don't forget to vote and comment below!

Thank youuu:)

Continue Reading

You'll Also Like

186K 8.5K 106
In the vast and perilous world of One Piece, where the seas are teeming with pirates, marines, and untold mysteries, a young man is given a second ch...
1.9M 83.7K 127
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC
13.6K 1.7K 31
This Story Of Hayfa Violetta. An ordinary girl with extra ordinary love. BLURB: Perkara jodoh. Salahkah jika perempuan tak diam menanti dan malah ak...
3.3K 61 3
'Ameera Trifya Handlie' (23) ~Seorang wanita yang baru saja menyelesaikan kuliah kedokterannya di Universitas Ruprecht Karl Heidelberg , Jerman memut...