Another Side - Completed

By frncsh

144K 15.6K 2K

Kejadian yang menimpa Syifa 7 tahun lalu sangat merubah kepribadiannya. Syifa yang manis, lembut, dan ramah b... More

CASTS
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
NEW STORY!
Part 45
PROMO
Part 46
Part 47
Extra Part

Part 40

2.6K 380 36
By frncsh

Budayakan vote sebelum membaca:) Happy reading:*


"Waaaah! Selamat Kamod!" Syifa memeluk Maudy begitu Maudy mengeluarkan undangan pernikahan dirinya dengan Adipati.

"Makasih sayang." Maudy membalas pelukan Syifa.

Syifa melihat lagi undangan yang ada di tangannya itu.

"Minggu depan?" tanya Syifa setelah ia baru melihat tanggal di undangan itu.

"Iya. Dipercepat karena orang tua aku yang minta." jawab Maudy seraya tersenyum.

Rizky mengeryit dan menatap wajah Adipati penuh makna.

Adipati yang mengerti apa maksud Rizky melempar tissue ke arah Rizky.

"Woy! Biasa aje ngeliatinnya! Gue tau, pasti lo mikirin gue sama Maudy yang engga-engga kan? Pernikahannya dipercepat karena Papa nya Maudy minta kita untuk tinggal disana, di Australia, biar orang tuanya Maudy deket sama kita, secara Maudy anak semata wayang. Dia juga minta gue buat kerja di perusahaannya dia aja, walaupun gue sebenernya udah dapet kerja dari temennya bokap yang perusahaannya ada disana juga tapi yaa berhubung ini Papanya Maudy jadi ya kenapa engga." Adipati menjelaskan panjang lebar, membuat Rizky mengangguk-ngangguk mengerti.

"Jadi kalian nanti tinggal di Australi?" Syifa menatap Maudy dan Adipati bergantian.

Maudy mengangguk. "Iya dek."

"Kalian gimana? Udah berapa persen persiapannya so far?" Adipati bertanya kepada Rizky dan Syifa.

"Mungkin udah sekitar tujuh puluh lima persen kali yaa. Nih, abis ini gue sama Syifa mau fitting baju yang buat resepsi. Mau jalan sekarang aja, sayang?" Rizky beralih bertanya Syifa.

Syifa terlihat menimang, sebenarnya ia masih ingin mengobrol dengan Maudy. "Hmm."

Rizky melirik arloji di tangannya. "Udah sore juga. Kita mau ke tempat catering juga kan?" tambah Rizky.

"Iyasih. Yaudah kita duluan yaa, Kamod, Bang Adi." Syifa menyetujui perkataan Rizky.

"Masih kangen padahal. Lancar-lancar yaa, jangan lupa minggu depan dateng." Maudy mencium kedua pipi Syifa.

"Iyanih masih kangen. Kakak juga lancar-lancar yaa. Siaaap pasti kita dateng." Syifa mencium tangan Maudy.

"Yuk, Bang Adi kita duluan yaa." Syifa bertos ria dengan Adipati, diikuti Rizky yang juga melakukan tos dengan Adipati dan Maudy. Kemudian mereka berjalan keluar dari restoran tersebut.

**

"Hey!" Salsa memeluk Jefri ketika kekasihnya itu sampai di Changi Airport. "I miss you." bisiknya disela pelukannya.

Jefri membalas pelukan Salsa. "I miss you more."

Senyum mengembang di wajah Salsa mendengar Jefri juga merindukannya. "Gimana Bang Adi sama Bang Ali? Papa kamu sehat kan?" Salsa melepaskan pelukannya lalu membantu Jefri membawa kopernya.

"Gapapa. Alhamdulillah sehat semua." Jefri tersenyum, berjalan mengikuti Salsa yang sudah menggandeng tangannya.

"Is it everything alright?" tanya Salsa sekali lagi. Memastikan. Ia ragu karena melihat wajah Jefri yang sedikit murung.

"Sure." jawab Jefri mantap. Berusaha tersenyum lagi agar dapat meyakinkan Salsa, membuat gadis itu bernapas lega dan ikut tersenyum.

"Bryan can't wait to see you." Gadis itu memberikan koper dan tas yang dibawa Jefri kepada supirnya, dengan sigap supirnya itu mengangkat koper dan tas Jefri untuk dimasukkan ke dalam mobil.

"Oh yaa?"

Salsa mengangguk antusias.

"Then I can't wait to kick his ass too!" Jefri bergurau seraya masuk ke dalam mobil bersama Salsa.

**

Seminggu kemudian

"Saya terima nikahnya Ayunda Faza Maudya binti Didit Jasmedi Irawan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Adipati mengucapkan kabul satu nafas setelah Ayah Maudy mengucapkan ijabnya.

"Alhamdulillah." ucap semua orang yang menyaksikan akad nikah pernikahan Adipati dan Maudy, dilanjutkan dengan membaca do'a-do'a lain untuk kedua mempelai.

"Duh, aku jadi deg-degan sayang. Nanti kita gimana yaa?" bisik Rizky kepada Syifa seraya menyentuh dadanya.

"Awas yaa nanti kalo diulang-ulang ngucapin kabulnya!"

"Yeh, nggalah. InsyaAllah sama persis kaya Bang Adi, satu napas." Rizky tersenyum memperlihatkan deretan giginya dengan gemas.

Rizky dan Syifa kini sedang menikmati hidangan di acara akad nikah Adipati dan Maudy. Gadis itu sedari tadi memperhatikan Jefri yang juga datang bersama Salsa. Syifa merasa aneh dengan gelagat Jefri.Laki-laki itu belum menegurnya saat acara sudah berlangsung hingga sekarang. Jefri nya tidak seperti biasanya yang menghampirinya dan mengobrol asik seperti dahulu. Seperti saat ini, ketika tatapan Syifa dan Jefri bertemu, Jefri malah memilih mengalihkan pandangannya dari Syifa dan melihat Salsa kembali. Syifa merasa ada yang tidak beres dengan Jefri.

"Aku ke toilet bentar ya, Syif." ucapan Rizky menyadarkan Syifa dan langsung dianggukan olehnya.

Dilihatnya Salsa sedang sibuk berbincang dengan tamu undangan lain dan berada jauh dari Jefri. Syifa memberanikan diri untuk menghampiri sahabatnya itu.

Syifa berdehem sebelum memanggil Jefri.

"Hey Jeff."

Jefri sedikit terlonjak menyadari keberadaan Syifa.

"Hey Syif." Jefri tersenyum paksa, berusaha untuk bersikap sesantai mungkin.

"Selamat yaa. Lo punya kakak ipar." ucap Syifa asal. Tidak tahu harus berbasa-basi apa dengan sahabatnya yang mendadak kaku itu.

"Iyanih hahaha."

Mereka hening sejenak. Berkutat dalam pikiran masing-masing.

"Lo gapapa Jeff?" lagi-lagi ucapan dari bibir Syifa mengagetkan Jefri.

"Hah? Gapapa kok."

"Tapi kok kayanya lo ngehindarin gue gitu yaa?" Syifa bertanya jujur.

"Ng.. ngehindarin lo? Enggak. Perasaan lo aja kali, Syif." Jefri menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Hmm... maybe." Syifa masih merasa aneh dengan sikap Jefri.

"Gue kesana dulu ya, Syif." Jefri meninggalkan Syifa tanpa menunggu jawaban gadis itu, membuat Syifa menatapi punggung Jefri yang menjauh menghampiri Salsa.

**

"Kak? Kamu disini. Dari tadi aku nyari-nyariin kakak." Syifa menghampiri Rizky yang sedang berdiri melamun di depan tempat acara akad pernikahan Adipati dan Maudy.

"Aku mau pulang." Rizky membalikkan tubuhnya tanpa menatap Syifa.

"Hmm? Pulang?" tanya Syifa bingung.

Rizky menatap wajah tunangannya itu.

"Kamu kalo ragu nikah sama aku mending gausah nikah sama aku, Syif."

Syifa mencerna ucapan Rizky dengan susah payah. Detak jantungnya serasa ingin berhenti saat itu juga mendengar ucapan Rizky yang begitu menyakitkan. Matanya sudah berair.

"Kenapa lagi sih kak?" Syifa mencoba untuk terlihat tenang, tapi air matanya sudah mengalir deras.

"Nichol. Kamu pikir aku ngga tau sedari tadi kita sampe di tempat ini mata kamu ngga lepas merhatiin dia?!" nada bicara Rizky sudah meninggi.

"Sampe kamu tadi nyamperin dia, kamu pikir aku ngga liat kamu?!" bentak Rizky lagi.

"Kak aku—"

"Syif.."

Belum selesai Syifa berbicara, terdengar suara yang memanggil namanya dari arah belakang. Syifa menoleh. Ia mendapati Jefri disana.

"Jeff.." lirih Syifa.

Jefri yang mengerti tatapan Syifa membuka suaranya lagi. "Biar gue yang jelasin."

"Maaf, Syif. Gue ngelakuin ini karena emang gue pengen ngejauhin lo."

Syifa membulatkan matanya. Tidak percaya Jefri berkata seperti itu. Penjelasan macam apa ini?

Jefri buru-buru berbicara lagi sebelum Syifa berbicara.

"Dari kecil kita selalu sama-sama. Masuk TK bareng, SD, SMP dan SMA juga bareng. Cuma pas kuliah aja kita ngga bareng. Bener kata orang, ngga ada yang namanya persahabatan antara cowok dan cewek. Gue yakin kalo lo tau kalo gue sejak lama sayang sama lo lebih dari sahabat. Tapi lo ngga tau, kalo gue itu bener-bener sayang dan cinta banget sama lo, Syif. Iya, sedalem itu. Bahkan sampe sekarang." lirih Jefri.

Rizky menatap tajam Syifa. "See?" berkata bahwa ia benar akan selama ini. Jefri sangat mencintai Syifa.

"Setelah gue tau kalian akan menikah, gue rasa gue harus berhenti dan bener-bener ngelupain lo. Makanya gue dari tadi ngga mau nyapa atau nyamperin lo kaya biasa, karena gue ngga sanggup ngeliat lo Syif." lanjut Jefri.

Syifa benar-benar tidak menyangka bahwa Jefri selama ini masih sangat mencintainya. Ia pikir Jefri sudah benar-benar melupakan perasaannya sejak mereka putus berpacaran.

"Jadi gue bener-bener minta maaf Syif, kalo setelah ini kita ngga bisa kaya dulu lagi. Gue akan pergi jauhin lo." Jefri ingin sekali memeluk Syifa saat itu juga.

"Good, then!" Rizky melipat kedua tangannya ke depan dadanya, merasa menang.

Jefri beralih menatap Rizky yang melihatnya dengan tatapan sangat tidak suka.

"Tenang aja bang, gue ngga akan pernah ngerebut Syifa dari lo. Karena Syifa emang cuma milik lo. Lo punya hatinya dia. Ngga ada yang bisa ngerebut Syifa dari lo, sekalipun itu gue atau Bang Ali. Karena gue tau, seberapa besar cintanya Syifa buat lo." Jefri tersenyum miris, mengalihkan pandangannya kepada Syifa.

Rizky terpaku mendengar ucapan Jefri barusan.

"Cuma lo yang ada di hatinya Syifa, bang. Gue tau banget sifat dan sikap dia dari orok, yang sekarang perlahan bisa lo balikkin lagi sedeikit demi sedikit kaya dulu, bahkan sekarang semakin membaik. Dia rela lakuin apapun buat lo, sekalipun ngubah sifat buruknya dia, dia mati-matian nyembunyiin sesuatu cuma karena dia ngga mau lo khawatir karena dia. Yang mana dia udah gue larang, bahkan gue bentak. Tapi dia ngga dengerin gue. Dia cuma mikirin lo." Jefri menghela napasnya sejenak sebelum ia melanjutkan bicaranya lagi. "Next time gue ngga mau denger lagi kalian ribut cuman gara-gara gue atau cemburu-cemburu kaya gini ngga jelas. Kalian itu sama-sama mencintai. Wasting time banget kayanya kalo ngeributin hal kaya gini doang."

"Gue masuk ke dalem dulu. Inget, kalian itu sama-sama sayang. Jangan berantem-berantem lagi." Jefri hendak membalikkan tubuhnya, tetapi Syifa menahannya.

"Can you just forget your feeling? Dan bersikap seperti biasa kaya dulu ke gue." Syifa menatap Jefri memohon.

Jefri menatap Syifa sendu. "Gue ngga bisa, Syif. Gue sakit."

Syifa menunduk, tangannya masih menahan lengan Jefri.

"Maaf. Kalo gue berani-beraninya sayang sama lo sedalem ini. Gue tau ini rasanya ngga adil buat lo. Tapi gue bener-bener ngga bisa ngeliat perempuan yang gue sayang setengah mati ngga bisa gue milikin." mata Jefri sudah berkaca-kaca menatapi Syifa yang juga menatapnya. "Please, gue mohon lo bisa ngerti." ucapnya lagi penuh penekanan.

"Jeff, but we've been together. Kenapa harus kaya gini?" Syifa sedih sekali Jefri memutuskan untuk menghindarinya.

Dari belakang mereka terdengar suara tangis yang sesenggukan tiba-tiba. Semua menoleh kea rah sumber suara tersebut. Salsa. Sedang menangis sesenggukan seraya menutup mulutnya. Setelah menyadari keberadaanya telah diketahui, gadis itu berlari sekencang mungkin, menjauh dari Rizky, Syifa dan Jefri.

"Salsa!" Jefri melepaskan tangan Syifa dan berlari mengejar Salsa. Meninggalkan Rizky dan Syifa begitu saja.

Sementara Syifa, ia yang tidak tahu harus berbuat apa akhirnya menghampiri Rizky dan memeluknya dengan sangat erat. Menumpahkan segala tangisnya.

**

"Stop crying, Syifa!" Rizky memberhentikan mobilnya mendadak dan menyuruh Syifa untuk berhenti menangis.

Kini mereka sudah dalam perjalanan pulang usai tadi pamit pada semua yang ada di acara. Syifa tidak berhenti menangis sejak masuk ke dalam mobil. Syifa tidak ingin sahabatnya Jefri menjauhinya hanya karena perasaannya. Seharusnya Jefri tidak usah menyatakan perasaannya sejak dulu kepada Syifa kalau akhirnya seperti ini. Syifa sangat menyayangi Jefri, Syifa sudah menganggap Jefri seperti saudaranya sendiri. Sedih rasanya mengetahui Jefri menjauhinya hanya karena mempunyai perasaan yang mendalam terhadap dirinya.

"Kak, jangan marah-marahin aku. I need you." Syifa menghapus air matanya.

Rizky tidak tega melihat Syifa seperti ini. Di dalam lubuk hatinya, Rizky tahu bahwa Syifa hanya menganggap Jefri sahabatnya dan gadisnya itu merasa sedih sekali Jefri memutuskan untuk menghindarinya.

Syifa lagi-lagi memeluk Rizky, mencari kekuatan dari calon suaminya itu. Rizky membalas pelukannya, mengelus punggung Syifa, walaupun hatinya kini juga mengganjal karena Jefri juga dapat menyebabkan Syifa menangis seperti ini karenanya.

Sesudah agak lama mereka berpelukan, Syifa melepas pelukannya lalu beralih untuk memeluk lengan kiri Rizky dan menyandarkan kepalanya di bahu Rizky. Rizky mencium dahi Syifa sekilas lalu kembali melajukan mobilnya dengan satu tangannya.

**

Rizky menatapi wajah Syifa ketika gadis itu sedang tertidur di kamarnya. Mereka sudah sampai di rumah Syifa. Tadi saat sudah sampai, Syifa tertidur di mobil dan susah dibangunkan. Jadilah Rizky menggendongnya dan membawanya ke dalam kamarnya.

Rizky terduduk di tepi ranjang Syifa. Menatap sendu wajah cantik yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu. Berkutat dengan pikirannya sendiri. Bertanya-tanya. Apa Syifa mempunyai perasaan yang sama dengan Jefri? Secara dulu Syifa dan Jefri sempat menjalin hubungan. Rizky menggelengkan kepalanya, berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran negatif tentang Syifa. Didekatkan wajahnya pada gadisnya itu, lalu ia mencium kening Syifa. Baru saja Rizky ingin beranjak, lengannya tertahan oleh tangan mungil Syifa.

"Kak.."

"Syif. Kamu udah bangun?"

"Udah mau pulang yaa?" Syifa bangun, mendudukkan dirinya.

Rizky hanya mengangguk.

"Kamu ngga marah lagi kan sama aku?"

"Ngga kok, Syif."

Menyadari Rizky tidak memanggilnya dengan sebutan "sayang", Syifa merasa bersalah.

"Maaf soal tadi kak."

"Ngga usah dibahas lagi ya, Syif. Kamu sekarang istirahat aja."

"Kita harus bahas ini sebelum kita menikah kak. Aku ngga mau ada something yang belum clear antara kita."

Rizky membiarkan Syifa berbicara, merasa lelah untuk berdebat lagi.

"Aku ngga pernah tau dan kepikiran kalo Jefri segitu sayangnya sama aku. Dan kata-kata kamu tadi, aku sama sekali ngga ragu untuk menikah sama kamu kak." air mata Syifa sudah mulai turun mengenai pipinya.

"Udah tinggal dua minggu lagi kita akan menikah. Dan aku cuma pengen kamu tau, kalo aku sayang banget sama kamu kak. Ngga ada yang lain selain kamu."

Syifa menggenggam tangan Rizky. "Tapi kalo sekarang malah kakak yang ragu untuk nikah sama aku, aku ngga bisa berbuat apa-apa. Karena sikap aku sendiri yang bikin kakak kaya gini. Kayanya aku emang ngga pantes buat kakak dan Ka Rizky terlalu baik buat aku." Syifa tersenyum miris.

"Ssshhh kenapa ngomongnya jadi kemana-mana? Cuma kamu yang pantes buat aku. Gaada yang lain!" ucap Rizky penuh keyakinan, ia beralih memeluk Syifa erat.

Syifa menangis di pelukan Rizky. "Maafin aku kak. Jangan tinggalin aku."

Rizky merasa Syifa mengetahui isi hatinya dan membaca pikirannya tadi.

Rizky tidak mungkin dapat meninggalkan Syifa. Bahkan jika Syifa tidak mencintainya pun, Rizky akan tetap memperjuangkan Syifa.

"Ngga akan Syif, aku ngga akan ninggalin kamu." Rizky mengelus sayang rambut Syifa dan mengecup puncak kepala gadis itu.

Rizky melepas pelukannya. Dilihatnya Syifa masih menangis, ia menghapus air mata Syifa dengan ibu jarinya.

"Udahan yaa nangisnya."

Syifa menatap dalam manik mata Rizky. Air matanya malah terus bertambah deras.

"Syifa, hey, kok malah tambah banyak sih keluarnya. Udah dong."

"Kamu ada niatan ninggalin aku ya kak?"

"Syif, aku capek bener deh." Rizky merasa sangat lelah dengan Syifa. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi.

"Kak, maafin aku." tangis Syifa semakin pecah.

"Iyaa aku udah maafin kamu! Then, what else?!" Rizky mulai emosi kembali.

"Aku ngerasa kamu mau ninggalin aku kak." Syifa juga tidak mengerti mengapa perasaannya tiba-tiba menjadi tidak enak seperti ini.

"Itu perasaan kamu aja, Syif! Stop being overthinking!"

Syifa tidak menjawab Rizky lagi. Ia menangis menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Aku ngga ngerti kamu lagi kenapa sekarang, tapi aku ngga pernah berniat buat ninggalin kamu, Syifa." Rizky mengusap wajahnya gusar.

Syifa membuka wajahnya dari kedua tangannya, menatap Rizky. "Temenin aku dulu disini sampe aku tenang kak." pinta Syifa.

Rizky menatap Syifa cukup lama. Setelah itu hanya mengangguk menuruti permintaan Syifa.

**

"Diminum susunya, Syif. Kalo ngga aku yang minum nih."

Syifa melepaskan genggaman tangannya dari tangan Rizky.

Kini mereka sedang ber-movie marathon di ruang TV.

"Loh kok dilepas?"

"Kamu nyadar ngga sih, dari tadi kamu ngga manggil aku "sayang"?" Syifa bangkit dari duduknya. "Kamu masih marah kan sama aku?" ucapnya sambil menahan tangisnya, hendak beranjak meninggalkan Rizky.

Dengan cepat Rizky mengambil tangan Syifa hingga tubuh mereka bertabrakan karena posisi Rizky yang juga sudah berdiri.

"Ya ampun. Jadi muka kamu cemberut dari tadi karena itu? Karena aku ngga manggil kamu "sayang"?"

"Syif syif syif aja terus." Syifa berusaha melepaskan tangannya dari tangan Rizky. "Udah sana pulang!"

"Yeh tadi minta ditemenin, sekarang kok akunya jadi diusir, sayang?"

"Diingetin aja, baru inget!" Syifa merengut, membalikkan tubuhnya kembali hendak berjalan meninggalkan Rizky.

"Gemes banget sih, maaf ya sayang." Rizky mengambil tangan Syifa lagi lalu membalikkan tubuh gadis itu ke hadapannya.

"Lepasin ah!" Syifa berusaha melepaskan kedua tangan Rizky yang memeluk pinggangnya.

"Maaf sayang." bisik Rizky dengan lembut. Membuat tubuh Syifa meremang.

"Maaf yaa, sayangku, cintaku, babyku, Syifaleku." ucap Rizky sembari menghujani wajah Syifa dengan kecupan-kecupan kecil, membuat Syifa yang kegelian akhirnya tersenyum bersamaan dengan perasaannya yang kembali menghangat.

To be continued..

Akhirnya selesai part ini hehe;;)

Yang nungguin mereka nikah, sabar yaaaa:p

Don't forget to vote and comment:)

Thank you:)

Continue Reading

You'll Also Like

1.8K 118 4
THIS IS PURELY A WORK OF FICTION AND HAS NOT RELATION WHATSOEVER WITH THE REAL LIFE OF THE CHARACTERS. Mahendra Singh Dhoni, Rohit Sharma and Virat...
1.1M 37.9K 63
π’π“π€π‘π†πˆπ‘π‹ ──── ❝i just wanna see you shine, 'cause i know you are a stargirl!❞ 𝐈𝐍 π–π‡πˆπ‚π‡ jude bellingham finally manages to shoot...
2.9K 230 17
Dari kecil kita sudah dikenalkan oleh orang tua dengan sebuah perasaan bernama cinta. Namun, mau tidak mau akan tiba saatnya kita akan mengerti bahwa...
602K 9.4K 87
A text story set place in the golden trio era! You are the it girl of Slytherin, the glue holding your deranged friend group together, the girl no...