Another Side - Completed

By frncsh

144K 15.6K 2K

Kejadian yang menimpa Syifa 7 tahun lalu sangat merubah kepribadiannya. Syifa yang manis, lembut, dan ramah b... More

CASTS
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
NEW STORY!
Part 45
PROMO
Part 46
Part 47
Extra Part

Part 23

2.6K 314 43
By frncsh

Jefri yang baru saja keluar dari kampusnya merasa ada yang memperhatikannya sedari tadi. Ia mencoba untuk menoleh ke belakang, dilihatnya hanya ada sebuah mobil sedan putih yang tidak terlihat dalamnya karena jendela mobil tersebut dilapisi dengan kaca film. Jefri hendak ingin berlalu saja, tetapi bukan Jefri namanya kalau ia takut akan hal seperti ini. Akhirnya ia langkahkan kakinya untuk menghampiri mobil tersebut yang diyakininya telah memata-matai dirinya itu.

Sedangkan seseorang yang di dalamnya sedang berusaha untuk menghindari Jefri, tetapi ia terlambat kala Jefri melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah mobilnya. Dengan sulit ia menelan salivanya, tubuhnya mendadak berkeringat dingin bersamaan dengan Jefri yang semakin mendekat.

Jefri mengetuk kaca jendela mobil tersebut.

Tuk tuk tuk

"Hey, buka!" Jefri masih mencoba untuk bersikap sopan dan santai. Dari luar kaca jendela tersebut ia fokuskan matanya untuk melihat siapa seseorang yang ada di dalamnya.

Seseorang itu merasa terdesak saat ini, hingga akhirnya ia pasrah dan membuka kaca jendela tersebut.

"Hai, Nichol." ucapnya dengan tenang yang padahal jantungnya sudah berdetak tidak karuan.

"Salsa?" Jefri mengerutkan dahinya saat ia mendapati bahwa ternyata teman sekolahnya dulu yang berada di dalam mobil tersebut.

Salsa hanya tersenyum kecil sambil mengangguk, canggung rasanya.

"Lo ngapain ada disini?" tanya Jefri kepada Salsa. Pasalnya rumah gadis itu jauh jaraknya dengan kampus Jefri.

"Emm.. tadi gue lagi pengen banget beli bakso deket kampus lo.. jadi yaa.. gue kesini aja deh.." jawab Salsa gelagapan.

"Ohh. Lo masih disini? Gue kira lo udah pulang sama Bryan." Jefri bertanya kepada Salsa. Karena setahu Jefri, Salsa satu kampus dengan Bryan di Singapura.

"Iyaa sebenernya kita masih libur sampe minggu depan. Tapi Bryan pulang duluan, kalo gue masih disini, tapi besok udah balik kesana lagi kok."

Dahi Jefri mengernyit ketika mendengar jawaban dari Salsa. "Kok dia balik duluan? Bukannya kalian pacaran yaa?" tanya Jefri santai.

Salsa tersenyum kecil lalu menjawab "Kita udah putus, Nic."

"Hah? Kok bisa?"

"It's a long story." Salsa lagi-lagi tersenyum kecut. "Lo ngga panas di luar? Mending lo masuk mobil gue, kalo lo buru-buru gapapa kok. Next time gue bakal cerita." Salsa mengajak Jefri untuk masuk ke dalam mobilnya.

Jefri menggelengkan kepalanya lalu ia langsung membuka pintu mobil Salsa dan masuk ke dalamnya. "No, no. Lo kan sahabat gue juga, jadi gue pengen denger cerita lo sama Bryan." ucap Jefri dengan mantap.

"Lo ngga mau kemana-mana emang? Gaada perlu?" tanya Salsa memastikan.

"Ngga kok, kita ngobrol di resto deket sini aja ya sambil makan, gue laper." kekeh Jefri, setelah itu Salsa langsung melajukan mobilnya.

**

"Ali? Assalamu'alaikum."

Ali yang sedang merokok di halaman belakang rumahnya terlonjak kaget saat ia mendengar suara tak asing yang memanggil namanya. Dengan terburu-buru ia matikan puntung rokok tersebut dan tangannya ia layang-layangkan ke udara agar asap rokok tersebut menghilang di sekitarnya.

"Wa'alaikumsalam. Syif?" jawab Ali yang menyembunyikan asbak di atas meja halaman tersebut dengan benda apapun yang ada di sampingnya.

"Tadi gue ngetuk pintu ngga ada yang nyaut terus ternyata pintunya ngga dikunci ya gue masuk ajadeh. Di rumah cuma ada lo doang?" Syifa melirik tangan Ali yang mencoba menyembunyikan sesuatu darinya.

"Iya gue di rumah sendiri. Ayah kerja, Jefri ngampus, Bang Adi lagi ketemu klien yang mau beli lukisannya."

Syifa mengangguk pelan. "Lo ngumpetin apasih..." mata Syifa kini menangkap jelas apa yang sedari tadi disembunyikan oleh Ali. "Li! Lo masih ngerokok ya?!"

"Ng.. ngga." Ali mengurungkan niatnya untuk berbohong dengan Syifa. Menghela napas sejenak, ia berkata "Iya Syif, gue masih ngerokok. Tapi kadang-kadang doang kok kalo lagi stress."

"Yaaa.. itu terserah lo sih. Yang penting gue udah ingetin dan nasehatin lo dari awal." Syifa melipat kedua tangannya di depan dadanya.

"Iya ini terakhir. Janji!"

Syifa menggeleng pelan "Gausah janji sama gue, janji sama diri lo sendiri."

"Iya Syif iya. Eh iya, lo ngapain kesini?"

Syifa menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada siapa-siapa selain dirinya dan Ali. "Gue.. gue.. Tapi please lo jangan bilang Ka Rizky yaa kalo gue kesini dan minta tolong sama lo?" mohon Syifa kepada Ali.

"Eh eh, apa-apaan nih? Lo mau minta tolong apaan emangnya?" tanya Ali heran.

"Gue boleh minta alamat Tante Lusi yang kemarin kalian datengin? Please li, gue cuma mau tau ajaa, gue ga akan kesana." Syifa menelungkupkan kedua tangannya tanda ia memohon kepada Ali.

"Syif, ngga mungkin kalo lo minta alamat ini cuma mau tau doang, lo pasti mau kesana kan?" selidik Ali.

"Ngga li, please, kasih tau gue. Gue akan kesana kalo sama kalian. Serius, gue cuma pengen tau ajaa itu dimana."

Ali masih kekeuh untuk tidak memberitahu Syifa. "Ngga Syif, nanti lo yang kenapa-kenapa gue bisa mati sama Rizky. Dan gue juga gamau lo kenapa-napa." jelas Ali.

Raut wajah Syifa terlihat sedih. Sebenarnya ini adalah strategi dia agar Ali tidak tega melihatnya.

"Gausah akting deh, sok-sok sedih gitu. Gue udah apal! Lo mau kesana? Ayo sekarang gue anter, tapi kalo lo sendiri.... No!" Ali melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumahnya.

Syifa belum putus asa. Ia tahan Ali untuk masuk ke dalam. "Ali.. Ali tunggu! Sekali ini aja, gue gaakan pergi kesana sendirian, beneran li please..." Lagi-lagi Syifa memohon kepada Ali.

Menghembuskan napas keras Ali mengeluarkan handphone dari saku celananya. "Gue share locationnya ke lo."

Senyum Syifa langsung mengembang. "Thanks, li! Thanks so much." Syifa segera merogoh handphonenya yang ia taruh di dalam sling bagnya.

"Yaudah gue pamit yaa. Makasih banyak li!" Syifa hendak keluar dari rumah Ali tetapi Ali menahannya.

"Kenapa lo ngga minta langsung sama Rizky aja sih?"

"Nih anak kadang suka pinter deh, ya kali Li, Ka Rizky mau kasih alamat ini ke gue!" sewot Syifa kepada Ali.

"Songong banget sih lu adek kelas!" Ali memukul pelan lengan Syifa.

"Yeeehhh adek kelas adek kelas tapi pernah sayang kan? Hahaha." Syifa meledek Ali sambil tertawa.

"Iya iya dan alhamdulillahnya udah move on sih gue." tanggap Ali dengan santai.

"Alaaah, belum bisa move on sepenuhnya ajaa!" ucapan Syifa membuat Ali menoleh ke gadis itu dan menatapnya.

"Itu tau." ucap Ali tanpa sangka yang kini malah Syifa yang menoleh kepada Ali dan mereka sempat bertatap-tatapan sesaat.

Menghilangkan rasa canggung di antara keduanya, Syifa langsung berbicara "Apaan sih. Eh by the way, lo lagi ngerjain apa sekarang? Maksud gue.. kan lo udah lulus. Apa kerjakah atau kuliah lagi?" Syifa bertanya kepada Ali.

"Gue minggu depan mulai kerja kok di kantor temennya Bang Adi. Kemarin baru interview, dan yup, alhamdulillah gue diterima disana."

"Waaaah selamet yaa! Semoga sukses broooo." Syifa meninju pelan lengan Ali. "Gue balik yaa. Makasih loh, Li. Lo terbaiiiik!" Syifa menepuk bahu Ali sambil memperlihatkan muka gemasnya.

"Eitsss ntar dulu, jangan bilang Rizky kalo gue kasih tau lo alamat itu dan jangan pernah lo sendirian dateng kesana!" perintah Ali.

"Iya Ali, iyaaaa. Masa iya gue kasih tau Ka Rizky."

"Yaudah. Lo kesini tadi naik apa?"

"Naik taksi. Mobil gue dipinjem sama Bang Nawa hehe." kekeh Syifa.

"Gue anterin lo balik yaa. Rizky nitipin lo sama kita-kita, jadi gausah nolak-nolak!" baru Syifa ingin berbicara, Ali sudah berbicara kembali dan mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu rumahnya. "Lo duduk sini dulu, udah Ashar, gue mau sholat dulu terus abis itu gue anter lo pulang." ucap Ali yang langsung berlalu dari hadapan Syifa.

"Perlakuan lo ngga berubah dari dulu ya, Li." ucap Syifa dalam hati sambil tersenyum.

20 menit kemudian.

Syifa yang merasa bosan menunggu Ali hendak menghampiri Ali yang sedang berada di kamarnya. Kakinya ia langkahkan menuju lantai dua rumah itu, lalu setelah ia ingin memanggil Ali, ia merasa kaget dan kagum dengan apa yang sedang dilakukan Ali saat ini.

"Shadaqallahul 'azhim.." Ali menutup Al-Qur'an nya setelah ia selesai membacanya. Sedangkan Syifa yang menyadari bahwa Ali telah selesai membaca Al-Qur'an langsung buru-buru turun ke bawah seakan ia tidak ingin Ali mengetahui bahwa ia tahu Ali tadi sedang mengaji.

**

Syifa langsung bergegas untuk pergi lagi saat ia melihat mobil Ali sudah benar-benar pergi dan menjauh dari rumahnya. Usai Syifa diantar pulang oleh Ali, ia ingin ke tempat Tante Lusi dan Gita. Syifa ingin menyelesaikan semua permasalahannya tanpa melibatkan orang-orang yang ia sayang. Sudah cukup selama ini mereka terluka karenanya. Maka dari itu, dengan sedikit ragu dan keberaniannya, ia bulatkan tekadnya untuk menuju tempat apa itu sebenarnya.

30 menit kemudian Syifa sampai di lokasi tersebut dengan menggunakan Taksi. Dilihatnya tempat itu dengan seksama. Luas sekali dari luar. Lalu perlahan ia langkahkan kakinya untuk masuk ke dalamnya. Gelap dan hening. Tidak ada satu pun orang disana.

Syifa semakin melangkahkan kakinya untuk ke dalam tempat itu. Dilihatnya terdapat satu ruangan kosong dengan pintu yang setengah agak terbuka. Ia langkahkan kakinya menuju ruang itu. Hingga ia sampai di dalamnya, mata terbelalak saat ia mendapati foto-foto keluarganya dan keluarga Rizky. Saat ia ingin menelusuri barang-barang yang terdapat dalam ruangan itu, langkah dan napasnya terhenti saat ia mendengar suara beberapa orang pria yang sedang berjalan ke dalam tempat tersebut. Terdengar mereka sesekali tertawa-tawa dan berbicara agak ngelantur. Syifa buru-buru memposisikan dirinya di balik pintu di dalam ruangan tersebut. Dengan sulit ia menelan salivanya, ia juga mengatur napasnya, dan mendekap mulut dan hidungnya agar napasnya tidak sampai terdengar oleh mereka.

Salah satu dari mereka mencium bau parfum Syifa yang menurutnya ada orang lain di dalam tempat itu.

"Woy woy woy. Gue kaya nyium bau parfum cewek deh." laki-laki itu mengendus sembari melangkahkan kakinya menuju ruangan tempat Syifa bersembunyi.

"Alah gaada siapa-siapa disini! Udah ayooo." ajak salah seorang dari mereka. Kemudian mereka kembali berjalan ke dalam.

Syifa panik, ia buru-buru mengeluarkan handphonenya dari sling bagnya dan menelepon siapa saja yang dapat mengeluarkannya dari tempat itu. Dihubunginya Rizky tanpa berpikir lagi, lalu Syifa baru tersadar "Ah, gue kan kesini ngga bilang-bilang sama Ka Rizky! Bodoh bodoh bodoh! Aduh mana udah kepencet dial lagi!" Syifa merutuki dirinya sendiri. Dan benar saja, selang beberapa detik kemudian Rizky langsung menelepon balik Syifa. Kemudian Syifa mengangkatnya untuk menghindari rasa keingintahuan Rizky mengapa ia meneleponnya. Berusaha untuk terdengar biasa saja, Syifa berbicara sangat pelan.

"Assalamu'alaikum kak, aku lagi mau sholat nih. Nanti aku telpon lagi yaa." ucapnya buru—buru dan langsung menutupnya tanpa terlebih dahulu mendengar jawaban dari Rizky.

"Huh.." Syifa menghembuskan napas lega. Lalu ia kembali mencari nama seseorang yang dapat membantunya di list contactnya. Terbaca salah satu nama yang tidak sama sekali muncul di pikirannya saat ini. "Papa". Ia memang menyimpan nomor papanya diam-diam saat beberapa waktu lalu papanya memberikan kartu nama kepadanya. Sebelum menelepon papanya, Syifa melihat keluar sebentar berusaha untuk keluar dari tempat itu lalu ternyata dari arah masuk sudah terdapat banyak preman, tidak hanya di luar, beberapa dari mereka juga terdapat di dalam. Syifa semakin panik. Tanpa pikir panjang ia langsung menghubungi papanya.

"Halo assalamu'alaikum, pa..pa.." ucap Syifa gemetar.

"Wa'alaikumsalam.. Syifa? Ini kamu nak?"

"Iy.. iya pa. Pa, papa bisa tolong jemput aku di... nanti aku kirimin locationnya ya pa di WhatsApp." Syifa berbicara dengan suara pelan yang hampir berbisik.

"Syifa? Kok kamu ngomongnya pelan banget sih nak? Ada apa?" tanya Romel khawatir.

"Pa, nanti papa langsung kesini ya pa kalo aku udah share location ke papa. Tolong jemput aku pa. Assalamu'alaikum." Syifa menutup teleponnya sepihak karena ia mendengar beberapa preman tersebut ada yang ingin melewati ruangan itu di depan. Ia tutup lagi mulut dan hidungnya dengan tangannya agar deru napasnya tidak terdengar oleh mereka.

"YaAllah lindungi Syifa yaAllah.." ucap Syifa dalam hati.

30 menit sudah Syifa bersembunyi dan menunggu kedatangan papanya.

Sembari menunggu papanya datang, tiba-tiba mata Syifa menangkap sebuah buku di atas sebuah meja yang bersebrangan dengannya. Rasanya ia ingin sekali mengambil buku itu dan keluar dari sini. Feelingnya mengatakan bahwa ia dapat menemukan sesuatu lewat buku itu. Setelah dirasa saat ini sedang aman, Syifa berjalan ke arah seberang untuk mengambil buku tersebut. Lalu setelah Syifa ingin kembali bersembunyi lagi, tangannya menyenggol sebuah benda yang juga terdapat di atas meja tersebut. Sontak Syifa kaget dan panik bukan main. Dengan langkah yang cepat ia berlari ke balik pintu untuk bersembunyi. Tetapi langkahnya kalah cepat dengan seseorang yang kini sudah melihatnya dari ambang pintu ruangan tersebut.

"Hey! Siapa kamu?!" teriak salah satu preman yang menemukan Syifa berada di ruangan tersebut.

Alhasil Syifa membeku di tempatnya. Entah apa yang harus dilakukan saat ini, ia sudah berada dalam kerumunan para preman tersebut. Salah satu preman tersebut ada yang menghubungi Lusi sepenglihatan Syifa. Saat mereka ingin mendekati dan menangkap Syifa, Romel dan beberapa polisi datang menangkap preman-preman tersebut. Dilihatnya Syifa menangis dan sangat ketakutan, Romel langsung memeluk erat anak gadis satu-satunya itu. Setelah mencoba untuk menenangkan Syifa, Romel bertanya kepada para preman yang sudah dalam dekapan polisi.

"Dimana Lusi?!" teriak Romel kepada mereka. "Tolong salah satu dari kalian hubungi dia supaya dia bisa kesini!" ucap Romel lagi. Salah satu dari mereka pun menghubungi Lusi dan tak lama setelahnya Lusi datang tanpa ia tahu bahwa ada polisi di dalam tempat itu.

"Ro.. romel? Sedang apa kamu disini?" Lusi kaget ketika ia melihat ada Romel, juga Syifa di sebelahnya.

"Maaf Lus, kesabaranku udah abis. Sudah cukup kamu ngancurin keluarga aku. Aku emang cinta sama kamu, tapi aku lebih cinta sama anak-anakku, dan aku ngga akan pernah menyakiti dan meninggalkan mereka lagi." Romel sempat melirik ke belakang Lusi, ia melihat polisi sudah siap menangkap Lusi saat itu juga. Tak disangka Lusi pun menoleh dan melihat ke arah lirikan Romel lalu ia sangat terkejut karena terdapat beberapa polisi yang ingin menangkapnya.

"Apa-apaan ini? Hey saya ngga salah!" teriak Lusi seperti orang kesetanan. "Eh jangan lancang pegang-pegang tangan saya ya pak!" Lusi meronta saat polisi memegang dan menangkapnya.

"Maaf ibu Lusi, anda kami tahan karena anda telah melakukan bisnis terlarang, juga menjebak saudara Pak Romel yang terlibat kasus korupsi. Mari ikut kami ke kantor, semuanya bisa dijelaskan di kantor." ucap polisi itu sembari menarik dan menyeret Lusi.

Lusi menatap tajam Romel. Ia sungguh benci dengan Romel karena telah menjebaknya dan menyebabkan dirinya masuk ke dalam penjara. Lusi kembali berteriak dan meronta saat polisi terus menariknya. Beberapa polisi yang lain terlihat sedang mengambil obat-obatan terlarang dan minuman keras yang ada di tempat itu. Benda-benda itu ditemukan sangat banyak jumlahnya setelah dibongkar oleh para polisi.

Syifa yang masih menangis dalam dekapan Romel mendadak tersedak karena tangisnya. Dilihatnya laki-laki yang sangat ia kenali dari jauh sedang berjalan menghampirinya. Syifa langsung melepaskan pelukan Romel. Romel mengikuti kemana pandangan Syifa mengarah, lalu ia kembali menatap Syifa seakan raut wajahnya bertanya siapa laki-laki itu. Syifa yang mengerti akan raut wajah Romel pun mengangguk pelan.

"Pa, itu Ka Rizky. Dia pacar aku. Aku ngomong sama dia dulu bentar ya pa." ucap Syifa pelan.

Bersamaan dengan langkah Romel yang menjauh dari Syifa dan mulai melihat dan mengecek apa saja yang ditemukan polisi, Rizky tiba di hadapan Syifa dengan wajah yang penuh amarah.

Syifa langsung memeluk Rizky saat Rizky sudah di hadapannya. Tak ada balasan pelukan dari Rizky. Rizky malah melepas pelukan dari Syifa.

"Kenapa kamu kesini sendirian, Syif? Tau dari mana kamu alamat tempat ini?!" Rizky berteriak memarahi Syifa. Syifa hanya dapat menangis sesenggukan.

"Untungnya papa kamu buru-buru dateng dan untungnya aku bisa ngeliat kamu ada dimana. Kamu mikir nggak sih Syif, kalo papa kamu telat semenit aja kamu bakalan kaya gimana?! Apa gunanya aku sebagai pacar kamu yang ngga bisa ngelindungin dan nyelesaiin masalah yang lagi menimpa kamu? Kamu tuh segalanya buat aku Syif. Tolong, dengerin dan turutin perintah-perintah aku untuk kebaikkan kamu sendiri!" emosi Rizky meluap. Setelah Syifa menelepon Rizky tadi, Rizky langsung melacak dimana keberadaan Syifa melalui aplikasi dan GPS yang ada di handphonenya. Ia panik dan ingin mati saja saat ia melihat gadisnya itu berada di tempat Tante Lusi. Detak jantungnya seakan berhenti dan sekujur tubuhnya merasa lemas. Dengan langkah cepat, ia lajukan motornya dengan sangat cepat dan menuju ke tempat ini.

"Kamu ngga tau seberapa paniknya aku tadi! Aku hampir aja mau ditabrak mobil pas kesini." Rizky masih menatap tajam mata Syifa. Syifa yang ditatap seperti itu hanya bisa menangis ketakutan.

"Ma.. maaf.. maafin aku kak.." Syifa menunduk tidak berani menatap Rizky.

Rizky yang melihat Syifa ketakutan akhirnya tidak tega. Ia tarik tubuh Syifa ke dalam dekapannya. Ia elus punggung dan rambut gadisnya itu. "Tolong, janji sama aku kalo ini yang terakhir kamu buat aku kaya gini." ucap Rizky gemetar. Tak sadar ia mengeluarkan setetes air mata. Syifa hanya mengangguk dalam dekapan Rizky.

"Sekarang kamu gapapa kan? Kamu ada yang luka ngga?" Rizky melepaskan pelukannya, ia mengecek dan meneliti tubuh Syifa, takut-takut jika ada yang luka.

"Aku gapapa kak. Tadi papa keburu dateng pas mereka ngeliat aku di dalem." Syifa menjelaskan kepada Rizky.

"Alhamdulillah yaAllah." Rizky benar-benar lega dan bersyukur karena Syifa baik-baik saja. "Tante Lusi gimana? Mereka udah ditangkep?" tanya Rizky dan dianggukan oleh Syifa.

Rizky benar-benar lega saat ini. Ia kecup dahi Syifa dalam dan penuh sayang, Rizky sangat khawatir. Ia tidak ingin siapapun berani menyakiti gadisnya. Rizky yang melihat Romel sedang menghampiri mereka, melepaskan kecupannya dari dahi Syifa. Rizky tersenyum dan mengelus rambut Syifa.

"Om... saya Rizky om." Rizky mencium tangan Romel.

Romel mengangguk pelan. "Jadi kamu pacar anak saya?" tanya nya kepada Rizky.

Rizky melirik Syifa sekilas lalu mengangguk setelahnya. "Iya om. Saya pacarnya Syifa."

"Yaudah, lebih baik kita pulang sekarang. Biar Syifa istirahat dulu." Romel melihat Rizky dan Syifa bergantian. "Kamu udah gapapa sayang?" Romel mengelus rambut Syifa. "Kamu pulang sama Rizky yaa. Papa ada kerjaan yang masih harus diselesaikan di kantor. Papa akan pulang ke rumah nanti dan ngomong sama abang-abangmu."

Syifa yang mendengar Romel berbicara seperti itu memeluk Romel dengan erat. "Makasih banyak ya pa. Syifa gatau kalo tadi gaada papa Syifa gimana." Syifa kembali menangis.

"Udah tugas papa buat lindungin kamu sayang, justru papa yang harusnya minta maaf sama kamu. Karena papa, kamu jadi ada di dalam bahaya. Maafin papa ya sayang." Romel melepas pelukan Syifa dan menatap lekat-lekat mata gadis itu. Syifa nya kini sudah tumbuh dan beranjak dewasa. Syifa yang ia kenal bukan anak kecil lagi. Gadisnya itu semakin besar semakin cantik dan... mirip seperti ibunya.

"Syifa udah maafin papa, pa.."

Romel mengecup dahi Syifa dalam. Ia sangat bahagia Syifa telah menerima permintaan maafnya. Kini ia tinggal meminta maaf kepada Randy dan Anwar sebelum mereka benar-benar kembali bersatu. Rizky yang melihat pemandangan tersebut hanya tersenyum haru. Ia merasa lega dengan keadaan Syifa saat ini. Dengan kehadiran papanya, hidup Syifa akan jadi lebih baik dari sebelumnya.

"Kamu sekarang pulang ya sayang. Nanti malam insyaAllah papa akan ke rumah. Kamu kasih tau papa alamat rumahnya yaa." Romel mengelus pelan lengan Syifa. "Dan kamu, saya percayakan anak saya untuk mengantar dia sampai rumah dengan selamat." Romel berbicara kepada Rizky.

"Siap om! Akan saya laksanakan dan akan saya terapkan itu hingga hembusan napas saya yang terakhir." Rizky meladeni ucapan Romel. Mereka tertawa melihat Syifa yang merasa salah tingkah.

**

Rizky memeluk pinggang Syifa posesif saat mereka sudah sampai di rumah Syifa. Kedua abangnya kini belum pulang, jadilah Rizky dan Syifa berdua saja dengan asisten rumah tangga Syifa.

"Kak, kita udah sampe rumah ini. Lepasin dong tangan kamu." Syifa menatap Rizky.

Rizky menggeleng pelan. "No, no. Aku masih kangen." bisiknya di telinga Syifa.

Mereka menghampiri teras belakang rumah Syifa dan duduk disana. Rizky meminum teh yang baru saja dibuat dan ditaruh di atas meja oleh asisten rumah tangga Syifa. Lalu ia kembali merangkul Syifa yang juga sedang duduk di sebelahnya lalu menyenderkan kepala gadis itu di dada bidangnya.

Tak ada pembicaraan di antara mereka berdua saat ini. Rizky yang menoleh sedikit untuk melihat Syifa langsung tersenyum saat ia mendapati Syifa tertidur dengan pulas dalam dekapannya. Ia telusuri setiap rinci wajah Syifa, ia elus pelan menggunakan jemarinya.

"Aku sayang kamu, Syifaku." gumam Rizky pelan. Ia tidak tahan dan gemas dengan wajah Syifa yang sedang tertidur. Ia kecup dahi, hidung, kedua mata dan pipi Syifa, dan yang terakhir, ia berhenti sejenak dan menatap bibir mungil Syifa, lalu ia mendaratkan bibirnya tepat di bibir Syifa, dirasanya bibirnya telah menyentuh dan menempel, Rizky melepaskan kecupannya, lalu ia tersenyum manis, setelah itu ia tatap lagi gadisnya itu yang masih tertidur dengan pulas. Setelahnya Rizky meletakkan kepalanya di atas kepala Syifa dan ikut tidur menyusul Syifa ke alam mimpi.


To be continued..

Yasssss. Akhirnya selesai juga part ini:") Fyi ajasih, ini udah dari 2 hari yang lalu aku kerjain tapi sempet kesendat-sendat dikarenakan banyak kerjaan wkwk but here it is... hehe. Finally, Tante Lusi ditangkep juga. Duh, Rizky selalu gemesh yaaa sama Syifa, kapan nggak gemeshnya coba wkwk. Well, see you in the next part!

Don't forget to click vote and comment down below.

Thank youuu:)


Continue Reading

You'll Also Like

8.7K 490 40
in which sungjin falls in love with wonpil's girlfriend . . when she only has a few months left to live, who will she choose to spend it with? - refe...
Inverted (COMPLETE) By Cags

Mystery / Thriller

75.3K 4.9K 20
Ashley Everson had cheated death, but not on his own. After a miraculous recovery, he discovers he's not alone in his body anymore. Something lurks...
605K 9.4K 87
A text story set place in the golden trio era! You are the it girl of Slytherin, the glue holding your deranged friend group together, the girl no...
320K 9.6K 101
Daphne Bridgerton might have been the 1813 debutant diamond, but she wasn't the only miss to stand out that season. Behind her was a close second, he...