"Tangguh juga," kata Julio yang bergulat melawan srayuda penyihir.
Beberapa srayuda mengganggu pertarungan Julio dan srayuda. Namun, Andre dan Adel tidak membiarkannya. Mereka berdua sedikit demi sedikit bergerak dengan tiarap mendekati Julio sambil membunuh beberapa srayuda yang mengganggu Julio. Satu per satu srayuda pengganggu mereka bunuh. Andre dan Adel belum bisa menggunakan serangan area seperti sebelumnya karena kehabisan energi.
"Lelah?" kata Andre.
Adel tersenyum sambil menyeka keringat di keningnya, "Jelas, sayang."
"Entah kenapa teman kita di sana itu terlihat sangat berenergi,"
"Mungkin dia habis minum susu kuda liar."
Tidak tahan dengan pertahanan srayuda betina dan tongkat sihirnya, Julio menciptakan sebuah sabit besar sepanjang tiga meter. Dia langsung mengait tongkat sihir srayuda dan membuangnya. Dengan memanfaatkan terbukanya pertahanan lawan, Julio melompat bagaikan harimau dan mengoyak leher si srayuda hingga tewas dengan cakar peraknya.
"SEPULUH!!!" teriak Julio.
"Tadi kita membunuh enam belas," kata Adel, "Totalnya sekarang seratus enam belas."
"Ini tidak terbatas waktu kan?" tanya Andre.
"Tidak," jawab Adel, "Masih seratus lebih untuk berlibur ke Hawai."
Melihat kesungguhan Adel, hati Andre malah terketuk. Andre dari awal tahu bahwa Dun memotivasi seperti itu karena gurunya itu tahu bahwa timnya tidak akan bisa menyentuh seperempat atau dua ratus lima puluh srayuda. Jadinya Andre tidak terlalu ingin. Untuk Julio, Andre tahu sahabatnya itu hanya suka bertarung dan mendapatkan uang saja. Entah apapun yang terjadi yang penting bertarung dan mendapatkan uang. Bahkan jika jadi liburan, Julio mungkin mencari tempat para hewan mitologi di Hawai dan malah menantang mereka bertarung. Adel terlihat sangat serius untuk berlibur ke Hawai. Meskipun kondisinya lelah seperti ini, dia terus membantai para srayuda.
"Sayang, tadi totalnya berapa?" tanya Andre.
"Seratus enam belas," jawab Adel.
"Akan kubuat jadi dua ratus lima puluh. Bisa lebih juga. Apapun asal kita bisa pergi ke Hawai. Tolong kerjakan bagianku selama tiga menit dulu. Serang mereka dan lindungi aku."
"Apa yang akan kau lakukan?"
Andre tidak menjawab pertanyaan Adel tapi malah mengambil posisi meditasi. Dia duduk bersila, memejamkan mata dan meletakkan tiap telapak tangan di tiap lututnya. Entah apa yang akan dilakukan Andre, Adel tidak paham. Adel juga tidak mempedulikan Dun yang berteriak-teriak agar Andre menghentikan tingkahnya. Adel kembali menghajar para srayuda yang menyerang Julio. Gadis itu mengira Andre mengumpulkan energi untuk melakukan serangan area lagi. Baru dua menit tiga puluh detik kemudian, ketika Adel kembali menoleh ke Andre, gadis itu baru paham. Tubuh Andre menyala kemerahan seperti mendidih. Meski tahu ini sudah terlambat, Adel tetap berusaha menghentikan Andre.
"Hentikan, Ndre!!!!" kata Adel, "Kau tidak perlu sejauh ini! Ini hanya latihan! Kau belum melakukan ritual juga kan??"
Andre mendengar perkataan Adel. Tapi dia baru menjawab setelah tepat tiga menit dia bermeditasi, "Kau ingin ke Hawai kan? Aku tidak memiliki uang untuk membawamu ke sana. Mungkin melalui tawaran Dun, kau bisa ke sana."
"Kau tidak perlu sejauh iniiii ...," kata Adel.
"Seperti katamu, ini hanya latihan. Dan ini tidak berpengaruh ke tubuhku. Dan aku semakin bergairah untuk membunuh para srayuda.
"Tidak!! Ini berpengaruh!! Memaksa tubuh akan berpengaruh ke otak!! Kau belum ritual, Ndre!! HENTIKAN!!" teriak Dun.
"Kenapa kalian berhenti???!!!!" teriak Julio dari kejauhan, "BANTU AKUU!!!"
"Aku datang, Julio!!" teriak Andre.
Teriakan Dun sia-sia karena Andre tidak menghiraukannya. Andre merobek kulitnya sendiri dengan rantingnya yang tajam. Lalu menaburkan tetesan darah ke beberapa pohon. Ajaib, pohon-pohon itu tiba-tiba keluar dari akar-akarnya lalu saling bergabung dan membentuk seperti manusia setinggi dua puluh kaki. Kaki-kakinya terdiri dari kumpulan akar-akar dan ranting-ranting runcing. Sementara dua tinjunya yang menggumpal terdiri dari kumpulan batang. Daun-daunnya warna-warni karena gabungan dari pepohonan. Manusia pohon itu berlari menolong Julio. Diikuti oleh Andre di belakangnya.
"Ndre ...," kata Adel yang menggigit bibir bawahnya karena cemas. Tahu bahwa nasi sudah menjadi bubur.
"Maaf, sudah terlanjur, Del," kata Andre, "Bantu aku menghabisi para srayuda itu."
Julio hanya bisa menjauh melihat apa yang sedang terjadi. Wajahnya menganga takjub melihat amukan sang manusia pohon. Menginjak, menendang, meninju dan apapun tindakannya. Semua manusia ular itu terhempas dan terlempas ke segala arah. Paling baik kembali masuk ke perairan dan paling buruk tertusuk ke ranting-ranting runcing buatan Andre serta kepalanya pecah membentur batu. Manusia pohon itu berlari-lari dan bertarung secara ngawur. Meskipun ngawur, kerusakan areanya juga luar biasa. Banyak juga srayuda yang mati terinjak-injak oleh injakan sang manusia pohon. Barisan srayuda yang teratur tadi kini tercerai-berai. Julio melihat Andre dari kejauhan. Pengendali tanaman itu mengendalikan manusia pohon.
"Wow, Transformer made from tree!!" seru Julio.
"Dapat berapa?" tanya Andre.
"Seratus delapan puluh empat!"
Inilah kemampuan marga Bloodmoon, marga yang mampu memanfaatkan darah sebagai energi tambahan dan mengendalikan darah. Ya, mengendalikan darah seperti mengendalikan air. Yang dilakukan Andre adalah contoh memanfaatkan darah sebagai energi. Hanya dengan tetesan darah Andre pada pepohonan yang dipilihnya, dia sudah terhubung dan mampu mengendalikan elemen tanaman seperti memainkan boneka. Yang penting sesuai elemen utamanya. Jika Andre adalah pengendali logam, dia mampu menggabung-gabungkan pecahan logam dan membentuknya seperti boneka. Untuk kakak Andre, dia sudah mampu mengendalikan darah seperti air. Tapi kemampuan pengendalian darah ini harus diaktifkan dulu di upacara bulan darah. Jika dipaksa, maka kondisi fisik atau mental manipulator menjadi tidak stabil.
"Bagus!! Sekarang menjauhlah dari boneka pohonku!!" perintah Andre.
"Eh???" kata Julio keheranan.
"Menjauh, Julio!! Kemarilah!!" teriak Andre lagi.
Tidak banyak bicara, Julio segera kembali ke rekan-rekannya, "Apa yang terjadi, Andre."
"Kuserahkan sisanya pada kalian," kata Andre yang menepuk bahu Julio dan Adel lalu roboh. Adel berhasil menangkap kepala Andre dan menidurkan pengendali tanaman itu di pahanya.
Julio akhirnya tahu apa yang terjadi. Manusia pohon raksasa itu menjadi di luar kendali. Serangannya lebih ngawur dan membabi-buta daripada sebelumnya. Entah berapa srayuda yang sudah terbunuh. Bahkan tanpa diduga, manusia pohon itu membelah diri menjadi dua masing-masing setinggi dua puluh kaki. Keadaan juga semakin memburuk ketika para srayuda menggunakan sihir api untuk membakar dua manusia pohon itu. Hanya butuh beberapa menit untuk merobohkan keduanya.
"Seratus delapan puluh empat ... kurang enam puluh enam lagi. Jangan sia-siakan pengorbanan Andre," kata Dun.
Para manusia ular semakin mendekat dan kepungannya sedikit demi sedikit semakin erat. Adel meletakkan Andre di dekat pohon dan membantu Julio menghajar semuanya. Dua manipulator ini sudah kelelahan. Tapi melihat pengorbanan Andre, mereka memaksa stamina dan kecerdasan untuk menghadapi para srayuda. Adel sudah tak bisa melakukan serangan area lagi. Bahkan untuk membunuh satu srayuda, Adel harus menembakkan pasirnya beberapa kali. Serangan Julio sendiri hanya mampu membunuh satu per satu dan sebagian besar dilakukan di jarak dekat. Karena lelah, pengendalian perak dan air Julio sudah mulai kacau. Dia ditikam dengan pedang dari belakang. Lalu satu srayuda memenggal leher Julio hingga kepalanya menggelinding ke kaki Adel. Kini tinggal Adel yang terus menyerang sendirian. Pertahanan pasirnya sudah tidak keras lagi. Sebuah panah beracun menembus pertahanan pasir dan menusuk tulang selangkanya. Efeknya memang tidak langsung, Adel masih bisa membunuh tiga srayuda lagi. Hingga srayuda keempat, kaki Adel merasa bergetar. Serasa tidak kuat menopang tubuhnya. Setelah srayuda keenam, Adel roboh dan tak bisa merasakan kakinya lagi. Setelah membunuh srayuda kedelapan, sebuah kapak membelah kepala Adel secara vertikal.
Latihan pun selesai dan tim Julio kembali ke realita. Mereka melepas helm dan mengatur nafas perlahan. Kematian barusan lumayan membuat mereka syok. Begitulah kehebatan mesin ini. Rasa sakit, ketakutan, panik, terror dan semuanya terasa begitu nyata. Mesin ciptaan Departemen Sains ini menggabungkan sihir dan sains sehigga efeknya terasa begitu nyata. Hanya Dun yang biasa-biasa saja karena tadi dia hanya mengamati. Mantan jenderal dari Dinasti Wei itu langsung bangkit dan mengambil ponselnya.
"Kak Bianca tidak ikut latihan?" kata Andre.
"Malas katanya. Sudah biasa menghadapi Srayuda," jawab Dun.
"Huh. Mentang-mentang sudah level A."
"Nih, fotonya," kata Dun seraya menyodorkan foto di chat WAnya.
Di foto itu ada seorang wanita berambut pendek duduk di atas punggung seekor kadal besar yang tingginya seukuran jerapah. Dia memakai celana jeans pendek selutut, tank top berwarna pink yang ditutupi blazer dan kacamata hitam. Umurnya sekitar dua puluh enam. Wanita itu tersenyum sambil mengacungkan ibu jari. Wanita ini adalah kakak Andre yang bernama Bianca Fanny Bloodmoon.
"Brontosaurus!!!" seru tim Julio
"Salah satu keluarga Sauropoda lebih tepatnya. Aku sendiri lupa namanya," kata Dun, "Kepercayaan penduduk lokal di Kongo, mereka menyebutnya Mokele Mbembe."
"Muke lu mbek ... apa???" kata Julio.
"Mokele Mbembe," kata Dun yang melanjutkannya dengan penjelasan, "Bukan hewan mitologi. Setelah diteliti, makhluk ini ternyata termasuk jenis dinosaurus yang berhasil bertahan hidup. Dunia paleontologi menyebutnya dengan fosil hidup. Aku yakin kalian sudah tahu istilah itu ketika di kelas atau seminar. Bentuknya memang mirip brontosaurus. Tapi ukurannya tidak sebesar brontosaurus. Rata-rata sih sebesar gajah dewasa. Dan makhluk itu suka berendam di air. Mirip kerbau lah. Sekarang, Association of Mythical Beast memindahkannya ke sebuah planet di Alfheim untuk menjaga kelestariannya."
"Berapa jumlah fosil hidup di dunia ini?" tanya Adel.
"Hewan darat sedikit, hewan udara biasa, hewan laut sangatlah banyak," jawab Dun.
Baru Andre akan membuka mulut untuk bicara, tim Sandra masuk ke ruangan. Kini giliran mereka yang akan menggunakan mesinnya untuk latihan menghadapi para Srayuda. Andre dan timnya segera menyingkir dari mesin itu.
"Kalian dapat berapa?" tanya Marcell.
Andre mendengus sebal, "22,6 persen."