Gyula, Garla dan Kyoka berdiri di koridor tanpa mengucapkan sepatah katapun. Mereka berdiri menatap lantai sambil menahan kecemasan yang melanda pikiran. Bagaimana tidak, setelah ini Ezio dan Hinata akan mengevaluasi dua kegagalan yang berturut-turut. Mereka menunggu Ezio yang sedang berdiskusi dengan rekan bisnisnya.
Lima belas menit dalam keheningan, akhirnya ruang kerja Ezio terbuka. Keluarlah seorang vampire wanita dengan rambut pirang yang sangat panjang. Dengan tas hermes dan gaun mahal, penampilannya seperti para sosialita. Dia menatap tiga sosok frustasi di koridor. Ketika matanya beradu dengan mata hitam Kyoka, dia bergidik dan menunduk. Kemudian vampire itu bersalaman dengan Ezio lalu bergegas pergi.
"Masuklah!" Perintah Ezio pada tiga sosok frustasi setelah rekan bisnisnya tidak terlihat lagi.
Gyula, Garla dan Kyoka masih dilanda kecemasan. Mereka dipersilahkan duduk di hadapan meja dan empat cangkir kosong. Ezio menutup pintu lalu duduk di hadapan mereka. Mereka menelan ludah karena ketakutan. Wajar saja karena dua penyerbuan ini, kerugian biaya ditaksir mencapai lima puluh ribu rupiah. Belum lagi perhitungan kerugian personil.
Gyula mengamati kondisi ruang yang hanya diterangi oleh cahaya bulan ini. Garla dan Kyoka dari tadi hanya menunduk menatap cangkir teh. Seolah menatap cangkir teh, tapi Gyula tahu pikiran mereka menerawang jauh. Memprediksi kalimat-kalimat pertanyaan dari Ezio dan Kyoka beserta jawabannya. Sedangkan Ezio dan Hinata terlihat santai. Ezio sibuk meracik teh cengkeh ke teko. Hinata yang duduk sejauh sepuluh meter di belakang Ezio, sibuk menghembuskan asap tembakau. Seperti sebelumnya, Gyula tidak bisa melihat wajah Hinata. Yang terlihat hanya asap yang diterangi cahaya bulan dan bara api yang menyala di kegelapan.
Ezio menuangkan teh ke empat cangkir kosong. Kemudian dia menyandarkan punggungnya ke kursi lalu berkata singkat, "Ceritakan ..."
Setelah terbisu selama beberapa detik, akhirnya Gyula yang bercerita. Ceritanya sangat detail. Membuat Kyoka kebingungan karena menurut gadis itu, seharusnya yang tidak perlu ditutupi saja. Kekalahan mereka memang memalukan. Tapi menceritakan semuanya terlalu detail membuatnya tambah memalukan.
"So, everything got uncontrolable after Dun and Beethoven appear?" tanya Hinata.
"Positive. We must fell back to avoid total destruction of our troops," kata Kyoka.
"Yes. I agree in that point," kata Ezio, "But, you have one fatal mistakes. First, why Gyula and Garla have to faced Mieszko? Kyoka, you are strong. Even Gyula and Garla can't defeat you if they team up."
"I know. I am stronger than Gyula and Garla," jawab Kyoka, "But, one cerberus and three minotaurs are stronger than one crystal manipulator."
"Clear," kata Hinata, "You overestimated the mythic beasts and underestimated Mieszko. At first, yes, you must defense your troops againts cerberus. But after Gyula and Garla defeated magicians who manipulate the cerberus, you should change. Mieszko will be killed and we can seize the Black Unicorn. And then, easier to defeat, or at least, push back the Paladins.
Penjelasan Hinata yang masuk akal cukup membuat mereka bertiga terdiam. Kalau saja bertukar posisi pada waktu itu, banyak hal yang bisa dihindari. Mereka tidak perlu bertarung melawan Mieszko hingga sekarat, hanya kehilangan sedikit pasukan, menahan para Paladin dan yang terbaik adalah memenangkan pertempuran.
"Ada lagi?"
"Kare wa watashitachi ga koko ni iru koto o shitte iru, Hinata-sama (Xiahou Dun tahu kita di sini, Nona Hinata)," kata Kyoka. "Dono yo ni? (Bagaimana?)" tanya Kyoka balik. "Wakaranai. Watashi wa chōdo sore to tatakau... Soshite.. (Tidak tahu. Aku hanya melawannya ... lalu ...)," jawab Kyoka. "Rikaisareta. Heapin desu, Kyoka-chan (Dari jepitan rambut yang kuberikan padamu, Kyoka)," kata Hinata sambil menghembuskan asap. "Anything else?" tanya Ezio lagi.
"I have a report," kata Gyula sambil menceritakan pengalamannya dengan Garla ketika menghadapi babi hutan mitologi beberapa hari yang lalu. Termasuk pertemuannya dengan sosok misterius berjubah.
"Do you have any idea, Hinata?" tanya Ezio.
"You said ... he wear skull mask, black cloak and big scythe?" tanya Hinata.
"Right, Hinata-sama," jawab Gyula, "And his eyes ... blood red ..."
"I understand," kata Hinata, "He is Kingheart Darkwing."
"Fukano. Naze???"
"I am wandering too."
"Who is Kingheart??? I don't know him," kata Garla.
Ezio menjelaskan siapa sebenarnya Kingheart Darkwing. Dia adalah mantan anggota Paladin dari Departemen Sejarah dan Arkeologi yang sangat kuat. Ahli mengendalikan api dan kegelapan. Ahli genetika dan strategi. Punya teman-teman yang baik. Punya istri yang cantik dan penurut. Kehidupannya nyaris sempurna hingga tiga Dark Path membunuh istri, anak dan sahabat-sahabatnya. Dikuasai dendam, dia menjadi Dark Path seperti Hinata dan Kyoka. Bahkan lebih dari Dark Path. Berkat penelitian genetikanya, dia sudah menjadi semacam vampire-mutan. Manusia yang memiliki kelebihan vampire tapi tidak memiliki kelemahannya. Sudah lama sekali dia tidak pulang ke Indonesia. Bukan karena dia takut. Tapi kenangan-kenangan bersama sahabat dan istri yang terukir di Indonesia ini membuat dia sakit.
"He said something?" tanya Ezio. Ezio, Gyula dan Garla sebenarnya bisa Bahasa Indonesia. Tapi dia tetap menggunakan Bahasa Inggris agar Hinata dan Kyoka mengerti.
"He already know about our black unicorn operation. He advised you, Ezio, to stop this operation and try to extract manticore poison. The profit is better than black unicorn."
"Kingheart maybe know this operation but he doesn't know about ten million rupiahs," tawa Ezio. Harga jual unicorn hitam itu memang sangat mahal di pasar gelap.
"You talk like you know about Kingheart. Is he your friend??"
"Yeah. But not close. Talk to Hinata. He know more about Kingheart," jawab Ezio.
"I relieve. He is not our enemy."
"Okay. One more chance, my friends. But I must take full command," kata Ezio, "Anything else?"
Tiba-tiba saja cahaya bulan menghilang. Ruang kerja Ezio diselimuti kegelapan. Semua orang di ruangan menoleh keluar. Sebuah awan gelap dan besar menutupi bulan purnama. Baru beberapa detik kemudian, cahaya bulan muncul lagi. Namun segera digantikan lagi oleh awan gelap yang baru. Bintang-bintang pun sudah tak terlihat. Awan mendung menandakan akan hujan.
"I must collect information about black unicorn," kata Ezio, "Keep training and training."
Pertemuan pun bubar. Kyoka berjalan menghampiri Hinata. Tuannya itu masih duduk santai sambil menghisap tembakau melalui pipanya. Mereka berbicara dengan Bahasa Jepang. Entah apa yang mereka bicarakan, Gyula dan Garla tak bisa memahami. Hanya Ezio yang mengerti dan dia hanya tersenyum sinis saja. Ezio mengajak Gyula dan Garla meninggalkan ruang kerjanya yang gelap itu. Kini tiga orang Serpente itu berdiri di koridor. Gyula mengerjap-ngerjapkan mata. Wajar saja karena dari tempat gelap langsung berpindah ke tempat bercahaya. Tidak ada masalah dengan mata Ezio dan Garla karena mereka memang bukan manusia.
"Akhir-akhir ini ruang kerja anda terlihat tanpa penerangan, Tuan Ezio. Apakah lampunya mati??? Kalau benar, saya akan membeli beberapa bola lampu dan menggantinya," kata Garla.
Ezio menggeleng, "Tidak. Lampunya masih bisa, Garla. Aku sengaja mematikan lampu karena permintaan Hinata. Dia sedang bermeditasi. Latihan untuk mengendalikan kegelapan."
"Setahuku dia dari marga Asakura. Bukan Darkwing," kata Gyula.
"Memang benar. Tapi katanya dia ingin lebih kuat," jawab Ezio.
"Padahal dia sudah punya seekor Dark Kirin yang sangat kuat. Masih kurang?" tambah Garla.
"Dia dan aliansinya, yang bernama William Campbell, baru saja menggali situs bersejarah peninggalan Atlantis. Ketika mereka terus turun ke dalam. Mereka bertemu sesuatu yang mengerikan. Bahkan kombinasi dua Dark Path plus seekor Dark Kirin tak bisa mengalahkan makhluk itu. Kewalahan, mereka pun terpaksa mundur. Tapi mereka berdua berniat kembali untuk mengalahkan makhluk itu. Karena itulah Hinata harus mengasah kemampuannya."
"Makhluk macam apa yang bisa memaksa tiga kombinasi kuat itu mundur?" tanya Gyula.
Ezio mengangkat bahu, "Hinata berkata padaku, dia menghadapi seorang gadis kecil kira-kira berumur sepuluh tahun. Dari penampilan fisiknya kira-kira sepuluh tahun maksudku. Tentu umur sebenarnya ... yaaa ... hitung saja runtuhnya Atlantis hingga sekarang."
Tentu mulut Gyula dan Garla menganga mendengar penjelasan Ezio. Bahkan taring-taring Garla sampai terlihat. Ezio hanya tersenyum melihat dua anggotanya seperti itu. Wajar saja. Mana mungkin dua Dark Path yang harga buronannya mahal plus satu hewan mitologi legendaris dari daratan Asia kalah melawan nenek-nenek sok imut dari jaman Atlantis. Tentu itu melawan akal sehat.
"Apa Hinata tidak menceritakan lebih lanjut?" Garla masih penasaran.
"Gadis kecil itu tidak melakukan apa-apa. Dia hanya tersenyum. Tapi Hinata merasakan jantungnya ditusuk-tusuk. Sedangkan William merasakan kepalanya dipelintir ke belakang. Tahu sedang menghadapi makhluk yang sangat kuno, mereka berdua segera mundur."
Ponsel Ezio berdering. Ezio buru-buru meraih ponsel di sakunya dan mulai berbicara. Gyula dan Garla tidak paham satu kalimat pun karena Ezio memakai Bahasa Jepang. Entah apa yang dibicarakannya. Yang dipahami oleh Gyula dan Garla hanyalah kabar buruk dilihat dari perubahan muka Ezio. Bahkan pria Italia itu hampir saja berubah menjadi serigala.
"Ada apa, Tuan Ezio?" tanya Garla.
Ezio menoleh ke Garla dan berkata, "Cabang kita di Shibuya hancur oleh kelompok yakuza Aokigahara."