Lost In Time: Martyrs (BOOK 2)

De lunariafe

20.1K 3.2K 444

COMPLETED. Buku ke-2 dari seri Lost In Time. Sejak perjalanan terakhir di Narnia, mereka tahu waktu akan menj... Mai multe

Chapter 2: Library
Chapter 3: Changes
Chapter 4: The L & L Diner
Chapter 5: An Offer That Can't Be Refuse
Chapter 6: I Will Find You
Chapter 7: The Other Pevensie Boy
Chapter 8: Speechless
Chapter 9: Destined to Stay
Chapter 10: Counting Down
Chapter 11: Don't Let Them Know
Chapter 12: Hi! I Don't Know You Were There!
Chapter 13: Things Have Changed
Chapter 14: The Driver
Chapter 15: It All Begin
Chapter 16: We Will Be Safe
Chapter 17: Here You Are
Chapter 18: The Mathieus
Chapter 19: Phylarchus
Chapter 20: Trust No Calm Water
Chapter 21: Encounters
Chapter 22: Caspian and His Royal Feast
Chapter 23: Preparing
Chapter 24: The Masquerade
Chapter 25: Emerald Green Eyed
Chapter 26: The Pale Crow
Chapter 27: The Truth
Chapter 28: My Queen's Nightmare
Chapter 29: Sides
Chapter 30: Getting Ready
Chapter 31: Truth or Lie
Chapter 32: Most Important
Chapter 33: Different Path
Chapter 34: La Biblioteca del Castello di Anvard
Chapter 35: My Little Lord, Erwin
Chapter 36: The Merchant
Chapter 37: Royals of the Past
Chapter 38: For the New Golden Age
Chapter 39: Queens
Chapter 40: The Other Side of the Horizon
Chapter 41: Your Future Queen
Chapter 42: The War to Come
Chapter 43: Love and War
Chapter 44: No More Reason
Chapter 45: Aslan's How
Chapter 46: The Scent of War
Chapter 47: Sacred
Chapter 48: Beyond the Iron Gate
Chapter 49: Devoted to One and All
Chapter 50: In the Dead of Night
Chapter 51: The Golden Eagle
Chapter 52: Avenge the Fallen
Chapter 53: The Duel
Chapter 54: Halvor Hamid
Chapter 55: No More Blood, No More Martyr
Chapter 56: The Fate of One and All
Chapter 57: At the End of the Horizon
Chapter 58: All That Matters
Chapter 59: The 'What If'
Chapter 60: If You Love Me for Me
Chapter 61: Final Gathering
*PENGUMUMAN 14 OKTOBER 2021*
Chapter 62: A New Age
*BUKU KE-3 SUDAH TERBIT*
*SPOTIFY PLAYLIST*

Chapter 1: Throughout the Years

1.6K 134 9
De lunariafe

Cambridge, Britania Raya - 1949

Di perjalanan menuju Cambridge, Inggris, dua orang kakak beradik duduk menunggu kereta dengan beberapa koper di samping kereta uap yang lama kelamaan membuat mereka mengantuk. Dengan buku ditangannya, salah satu dari mereka memecahkan keheningan.

BUKK!

Suara buku bersampul tebal tertutup kencang ditangan sang kakak.

"Kau tahu kita bisa saja ikut ke Amerika," ucap sang adik.

"Perbatasan. Mereka akan sulit menyebrangkan kita. Aku juga berharap tidak akan terlalu lama. Aku yakin aku harus sekamar dengan si cerewet," jawab sang kakak yang langsung bersender ke tembok stasiun. Ditangannya ia terus memainkan sebuah liontin.

Sang adik yang paham betul kenapa sang kakak seringkali memainkan liontin itu dengan gelisah pun berusaha menghentikannya. "Sudah tiga tahun berlalu, Edmund. Kau tidak bisa hidup di masa itu selamanya," keluhnya.

Edmund menghela nafas berat dan panjang sambil menyimpan liontin itu kembali ke kotaknya. "Lucy, tolong jangan buat aku putus asa. Tahun ini adalah tahun perjalanannya. Ia akan tahu aku ada."

Untuk sesaat Lucy terdiam, namun ia tidak bisa berdiam terlalu lama. "Kau ingat kata Susan, dia selalu bilang untuk menjalani realita. Ed, aku tahu kau peduli padanya tapi sedekat atau sejauh apa pun kau dengannya, belum tentu semuanya akan berakhir seperti yang kau harapkan," jelas Lucy.

"Sejak kapan aku mau mendengarkan apa kata Susan," jawab Edmund.

Saat kereta tiba, mereka langsung masuk ke dalam gerbong dan Edmund tertidur. Di dalam mimpinya, ilusi demi ilusi tentang 'cintanya' tidak bisa berhenti menghantui. Edmund sadar kalau setelah bertahun-tahun tinggal di Narnia sebagai orang dewasa membuat hidupnya lebih sulit saat berada di sini sebagai remaja biasa. Dia ingin pergi, bebas dari pemikiran orang-orang sekitarnya yang ia rasa sangat merugikan. Adik dan kakak-kakaknya membuatnya makin putus asa karena untuk sesaat, dia kira dia sudah memenangkan peperangannya, namun kenyataannya, akan selalu ada pertarungan di dalam hidupnya.

Setelah cukup lama, akhirnya mereka sampai stasiun dan pergi untuk tinggal di rumah saudara mereka, keluarga Scrubb. Mereka mengetuk pintu rumah keluarga Scrubb dan dibukakan oleh bibi mereka, Alberta. Masing-masing dari mereka sudah diberikan tempat tidur tersendiri. Saat Lucy memiliki kamarnya sendiri, Edmund terperangkap setiap hari di kamar yang sama dengan saudaranya, Eustace Scrubb. Bocah yang Edmund seringkali deskripsikan sebagai 'bocah tengil'. Meski begitu, ia tidak punya pilihan lain.

Saat ia masuk dan berjalan ke kamar Eustace, ia mulai merapikan barang-barangnya. Menyusun baju-baju di lemari kecil kosong disudut kamar sambil mendengar suara nyaring Eustace yang mengeluh di lantai bawah. Lucy datang untuk membantunya, namun Edmund bisa merasakan kejengkelan yang Lucy rasakan dan ia bertanya, "Ada apa, Lu? Apa yang dia lakukan?"

Lucy melemparkan tubuhnya ke atas kasur Edmund dan berkata. "Ugh! Dia hanya mengeluh saat bibi Alberta bilang aku yang akan memasak makan malam sebelum dia pulang kerja setiap hari kerja," keluh Lucy.

Lucy sangat pintar memasak, pikir Edmund. Masakannya selalu enak tapi Eustace bahkan belum pernah mencobanya tapi sudah mengeluh. "Tenanglah. Dia akan terbiasa... mungkin... sisi baiknya kita bisa jalan-jalan diluar dan berbelanja bahan sebelum bibi Alberta pulang setelah jam bubar sekolahmu." Edmund mencoba berpikir positif demi mereka berdua selama sisa hari menjengkelkannya itu.

Keesokan harinya setelah mengantar Lucy pergi ke sekolah, Edmund menyusuri jalanan sekitar bangunan. Suasana cukup tenang meski banyak pesawat tempur yang menumpang lewat. Semua pesawat itu terbang dan kembali ke satu titik nantinya. Itu yang Edmund tahu, Mungkin mereka menerbangkannya supaya tidak terbengkalai begitu saja setelah perang usai, pikirnya. Saat ia melewati sebuah bangunan dengan relief dan patung, ia langsung teringat dengan Luna. Ia teringat saat pertama kali membawanya ke ruang bawah tanah Cair Paravel, Luna langsung tahu yang mana patung putih berdebu milik Edmund. Ia teringat saat Luna mengelilingi dan menyelidiki patungnya, bagaimana jari-jari tangannya menari menyentuh patung itu dengan lembut. Mengingat suara Luna yang bertanya apa ia bisa setinggi dan setampan patung yang ada di hadapannya. Ingatan itu membuatnya terkekeh dan menarik perhatian beberapa orang yang melewatinya.

Tiba-tiba seseorang menyebut namanya dari arah samping. "Edmund Pevensie?"

"Lucille Belgrave?"

Edmund mengenali wanita itu. Teman lama yang tidak pernah ia kira akan bertemu lagi. Wanita yang pernah menaruh hati padanya sampai jadi bahan perbincangan seiisi sekolah. Tak bertemu dengannya selama beberapa tahun, yang Edmund ingat darinya adalah ia satu-satunya anak perempuan yang membuat Edmund ingin lari sekencang mungkin dan menghilang dari peradaban. Sial... Dia memelukku. Pikirnya. "Eh, umm... Hai." Edmund mencoba melepaskan pelukannya.

Saat wanita itu melepaskannya, wanita bernama Lucille itu tersenyum. "Sudah lama sekali sejak kita terakhir bertemu! Bagaimana kabarmu dan yang lain?" tanyanya sok dekat.

"Um, aku dan Lucy baik, Susan dan Peter baik juga... Di Amerika," jawab Edmund gugup. Kalau saja Luna melihat ini, dia akan meledak, atau bahkan mungkin menggodaku dan kabur begitu saja untuk menjahiliku.

"Sekarang kau tinggal d isini ya? Wah! Senangnya! Aku bertemu Eustace tadi dan dia bilang kau tinggal dirumahnya jadi mungkin kita bisa jalan-jalan bersama ya."

Saat bibirnya tersenyum, dalam hatinya yang geram ia berkata, "Hancur sudah. Hidupku hancur. Dasar bocah ingusan sialan itu, kalau saja ibunya bukan bibiku, sudah ku buang dia jauh-jauh. ARRRGGGHHH! Dia pasti ingat kejadian yang dulu."

"Umm, maaf, besok aku harus bantu Lucy dan aku harus pergi mencari... kerja. Ya! Kerja... Di kantor pos! Jadi aku akan sangat sibuk. Sangat-sangat sibuk," tolak Edmund gelagapan.

"Kalau begitu, kenapa tidak bekerja dengan ayahku? Mengantar koran ke rumah-rumah pelanggan. Ayah kan sudah kenal denganmu, dia pasti senang. Ikut aku saja, yuk!" tawar Lucille.

"Ti... Tidak, terima kasih. Aku harus pulang sekarang. Banyak hal yang harus aku lakukan. Maaf. Senang bertemu denganmu. " Edmund pamit dan berjalan pergi, berutungnya si Belgrave tidak mengikuti.

Batinnya ingin berteriak namun terlalu lelah untuk melakukannya meski hanya didalam hati, huft... Ini baru permulaan.

Baru Permulaan.

Continuă lectura

O să-ți placă și

107K 10.4K 27
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
521K 18.3K 146
List bacaan Age Gap,romance,chicklit & metropop. Ngintip boleh Nyinyir jangan😎. Happy Reading Everyone
225K 33K 35
• 𝓼𝓽𝓲𝓵𝓵 𝓻𝓮𝓶𝓮𝓶𝓫𝓮𝓻 𝓽𝓱𝓮 𝓽𝓲𝓶𝓮 𝔀𝓱𝓮𝓷 𝔂𝓸𝓾 𝓯𝓮𝓵𝓽 𝓵𝓲𝓴𝓮 𝓱𝓸𝓶𝓮 • ◾◾◾◾◾ Rasanya berjalan saja tak mampu. Kakinya tidak kuat...
1.7K 457 10
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤApocryphal ; (of a story or statement) of doubtful authenticity, although widely circulated as being true. Jake merupakan seorang penulis yg be...