The Truth

By ryylme

57.4K 6.7K 1K

Kisah tentang hubungan rumit Kim Jongin dengan mantan sahabatnya, Oh Sehun. Tentang Jongin yang mengorbankan... More

Me
How
Just...
Lose Control
Broken
Not Me anymore
Comeback
I dont know
Us
We get the Chance?
What happen?
Real Pain
I Lose you?
Final Of Us?
Am I hurt you?
The Start of feeling
Chanyeol
What Should I do?
??
Trying
Misunderstanding
The start or The ending?
Pleasure & Heartbreak
When Trusted Being Destroy
Feeling
Heartbreak pt. 1
Heartbreak pt. 2
The Turth
flashback (Special Chap)

Sehun, Eomma & Jongin

1.4K 227 51
By ryylme

#Sehun's

Sejuk...

Rasanya...

Sangat damai...

Tubuhku...

Aku bisa merasakan sapuan angin dan juga suara berisik yang menenangkan.

Perasaan damai macam apa ini...

Pandanganku memburam ketika aku mulai membuka mata.

Perlahan....

Cahaya mulai menjadi jelas. Semua mulai menjadi jelas. Dari mataku aku bisa melihat pohon mapel yang bergerak tersabu angin di atasku.

Pohon...

Angin sejuk,

Dan juga perasaan damai ini....

Dimana ini?

Aku bangun dan mendudukkan diriku.  Dan setelahnya,  sulit untuk percaya dengan apa yang kulihat didepan mataku.

Didepan sana,  begitu luasnya hamparan rumput hijau yang bergelombang diterpa oleh angin.  Dan langitnya...  Benar-benar biru tanpa awan.

Dan saat itu lah aku sadar,  jika aku sedang bermimpi.

Hah...  Jika saja apa yang kulihat dan yang kurasakan ini nyata...

Pasti rasanya sangat melegakan.

Rasanya sangat damai....

Kupejamkan kembali mataku untuk menikmati semua ini. 

Angin yang menyapu tubuhku benar-benar terasa nyata.

Apa benar ini hanya mimpi?

Tapi sesuatu yang tiba-tiba menyentuh bahuku dari belakang membuatku terkejut.

Tapi...

Saat menatap sosok itu...

Aku....

Aku....

Tidak mungkin....

"oereumaniya,  Sehun".

Wajah itu...

Senyum itu...

"eomma.. "

Dan lagi,  aku melihat senyum tulus yang selama ini kurindukan.

Aku tau ini mimpi...

Jika bisa melihatnya terus seperti saat ini,  aku ingin terus bermimpi.

Sudah sangat lama,  ini pertama kalinya sejak kejadian malam itu aku kembali merasakan hangatnya akan kehadirannya. 

Dia tidak berhenti mengelus kepalaku yang kini bersandar pada pangkuan kakinya.

Aku benar-benar tidak ingin ini berakhir.

Memejamkan mataku menikmati semuanya.  Ini membuatku mengingat semua tentangnya dimasa lalu.

Dia ibu yang sangat hangat. 

Aku bahkan tidak pernah melihatnya marah.

Dia ibu yang sangat tulus.

Penuh kasih sayang pada siapapun.

Dan karena hal itu....

Dia terbunuh.

Fuck! 

"Sehun".

Suara lembut itu membuatku membuka mata.  Dan aku melihat wajahnya diatasku.

"apa Sehun makan dengan baik?".

"kenapa?  Khawatir padaku?".

"ani.  Untuk apa menghawatirkan anak nakal sepertimu".

"eiy.  Yang kau katakan anak nakal itu adalah anak keseyanganmu".

"hhha dasar".

Dan aku senang ketika bisa melihat senyumnya lagi.  Aku benar-benar tidak bisa berpaling dari wajah dan senyum itu.

Aku senang bisa membuatnya tersenyum seperti ini.

"eomma"

"hem?". Mata teduhnya menatapku.  Ah...aku benar-benar merindukannya.

"bagaimana kau ada disini?  Apa ini semacam keinginan terakhir?".

Aku penasaran dengan itu.  Karena dia tiba-tiba datang di mimpiku.  Sebenarnya aku tidak berpikir tentang hal-hal yang seperti ini.  Tapi mungkin saja memang Tuhan menyuruhnya datang menemui ku?

"apa yang kau bicarakan?".

Lihat?  Aku terlihat konyol. 

"lupakan"

Kali ini aku mendengar tawa kecilnya yang benar-benar terasa hangat dihati.

"ini hanya mimpi Sehun.  Ibu datang karena itu mimpimu".

Apa maksudnya?

"jadi... Apa ini hanya sekedar keinginanku?  Halusinasiku dalam mimpi?  Atau kau benar-benar datang?".

"hm... Sejak kapan anak ibu menjadi type yang ingin tau?".

Ah... Aku terlihat keluar dari sifatku biasanya tanpa kusadari.

Aku bahkan tidak tau kenapa begini.  Mungkin....

Karena aku tidak pernah bertemu dan bicara dengannya seperti ini.

"Sehun".

Aku menatapnya ketika dia memanggil namaku lagi.  Tapi kini berbeda,  tatapan melihat begitu jauh pada hamparan rumput hijau didepan sana.

"Apa Sehun marah karena ibu pergi?".

Mwoya...

Kenapa tiba-tiba?

Aku harus menjawab apa?

Aku tidak bisa mengatakan tidak karena pada dasarnya aku memang marah.

"Ibu tau,  kau sedih dan juga marah karena ibu pergi.  Tapi, apa Sehun akan terus seperti ini?".

Tsk.  Kenapa dia tiba-tiba membahas ini? 

Aku benci karena akan sulit rasanya menahan setiap kejolak perasaan dalam diriku.

Aku sendiri tidak ingin terus seperti ini,  tapi...

"Sehun belum benar-benar bisa melepaskan ibu?".

Sial.  Aku benci pembicaraan ini.

"kenapa tiba-tiba membicarakan ini?". Ucapku dengan nada sedikit meninggi setelah aku duduk dan menatapnya.

Aku hanya tidak suka pembicaraan ini.

"ini pertama kalinya aku bertemu lagi denganmu. Aku tau ini hanya mimpi,  tapi tidak bisakah nikmati saja?"

Aku benar-benar tidak bisa menahan gejolak dalam diriku. 

Aku marah padanya...

Dan dia hanya diam menatapku.

"Ibu hanya tidak ingin kau terus seperti ini Sehun"

Sial...  Aku tidak bisa menahan ini.  Emosiku semakin memuncak ketika aku mendapatinya yang tak juga berhenti dan terus membahas ini. 

Semua yang dia katakan...

Dia pikir itu mudah?

Apa dia tau apa yang ku lalui?

Apa dia tau seberapa beratnya itu?

"Ibu mohon Sehun... Berh-"

"Aish jinjja!!  Berhentilah memohon!!".

Aku hanya ingin dia berhenti dan diam.  Aku tidak ingin seperti ini padanya.  Tapi percuma....

"Kenaa kau terus menyuruhku untuk berhenti dan merelakanmu begitu saja?!  Kau pikir itu mudah!?"

"Apa kau tau bagaimana sulitnya hidupku!? Kau pikir mudah menerima begitu saja semuanya?!  Ya,  benar! Aku belum merelakanmu, geureso wae!?  Kau membencinya!? Kalau kau benci, KEMBALILAH!  HIDUPLAH KEMBALI DAN JANGAN MEMBUATKU MERASA SEPERTI INI!".

Aku marah padanya. Tidak,  aku tidak tau marah pada siapa.

Aku...

"Sehun-ah,  ibu mohon dengarkan i-"

"AH!  JINJJA! GEUMANHARAGOO!!"

Kenapa dia tidak juga mengerti?

Kenapa dia tidak juga mengerti bahwa semua ini sulit bagiku,  meski aku sendiri juga ingin berhenti.

Semua kejadian tentang masa lalu teringat kembali di benakku.  Bagaimana awal aku berteman dengan Jongin, membawanya kerumah dan mengenalkan pada semuanya. 

Semua tentang ibuku yang menyayangi Jongin sepertk bagian dari keluarga kami. 

Semua kasih sayangnya pada Jongin..

Perhatiannya,  senyumnya...

Bahkan meminta Jongin untuk memanggilnya ibu.

Semua itu....

"Jika saja...Jika saja kau bukan orang yang begitu baik pada setiap orang. Jika saja kau bukan orang sangat menyayangi Jongin. Jika saja kau bukan orang yang begitu bahagia bersama Jongin...."

"Kau tidak akan ada disini sekarang. Dan aku tidak akan semenyesal ini".

"Sehun"

"katakan apa yang sebenarnya terjadi padaku.  Apa yang dia lakukan padamu?".

"Tidak,  Se-"

"JUST SAY IT, CAN YOU?!".

Aku membentaknya....

Aku hanya...

Hanya...

Entahlah.

Aku muak,  marah,  benci dan entahlah. 

Kemarahan dan rasa benciku selama ini,  tidak seharusnya aku melampiaskan itu padanya.

Apa yang ku lakuakan?  Aku tidak pernah seperti ini padanya....

membuatku menyesal persikap seperti ini.  Karena itu lah aku membuang tatapanku pada yang lain asalkan tidak melihat wajahnya.

Aku...

Saat aku mulai kehilangan semua arah,  saat itu lah aku merasakan tangannya menggenggam tanganku. 

Dan tatapannya yang teduh membuatku benar-benar menyesal kenapa aku harus melakukan semua ini.

Aku pun memilih duduk kembali,  berhadapan dengannya tanpa berani menatap matanya.

"Sehun...Sehun tau kan bagaimana hati ibu pada Sehun?  Ibu yakin Sehun pasti tau tanpa ibu harus mengatakan dalamnya perasaan ibu pada Sehun.  Ibu pergi sudah sejak lama Sehun,  ibu mungkin tidak bisa melihat bagaimana sulitnya hidup Sehun disana.  Tapi ibu bisa merasakan semuanya, Sehun-ah".

Dan suara lembutnya benar-benar membuatku gila.  Saat itulah aku tidak lagi bisa menahan air mataku.  Aku terus menunduk,  aku benar-benar tidak bisa menatapnya.  Dan aku berusaha untuk menahan agar aku tidak melepas semua rasa sakitku,  atau aku akan menangis sepenuhnya disini.

Dihadapannya.

"Jika ibu merasakan sakit dan melukai diri ibu sendiri,  apa Sehun akan baik-baik saja?".

Seumur hidupku aku bahkan berusaha untuk tidak membuatmu terluka sekecil apapun itu.  Karena aku tidak bisa melihatmu terluka sekecil apapun itu.

Karena aku terlalu menyayangimu.

Seharusnya,  semua itu keluar dari mulutku.  Tapi pada kenyataannya, aku tidak mengatakan apapun. 

Aku merasa...

Jika aku membuka sedikit saja bibirku,  maka aku akan benar-benar menangis. Dan aku hanya bisa membalas genggaman erat tangannya.

Dan saat itulah aku merasakan senyumnya,  dan setelah sekian lama,  aku bisa merasakan hangat dan tenangnya pelukannya.

"Gomawo.  Terima kasih karena telah menjaga ibu dengan hatimu selama ini".

"Ibu tahu,  apalagi setelah melihat Sehun.  Rasanya pasti sangat sakit.  Ibu tidak ingin,  Sehun terus seperti ini.  Melukai diri Sehun sendiri terus menerus.  Melihat Sehun seperti ini juga melukai ibu sangat dalam.  Sama rasanya, seperti saat Sehun melihat ibu terluka".

"Tapi.... "

Sial...  Sulit rasanya untuk bicara.  Tapi aku harus bicara.

"Sulit untuk memaafkannya. Kau sangat menyayanginya,  kau memperlakukannya seperti  dia bagian dari keluarga kita".

Rasa benar-benar sulit mengatakan semua ini.  Karena sangat menyakitkan.

"Bahkan kau membiarkannya memanggilmu ibu".

"Tapi apa yang dia lakukannya padamu? Kenapa?  Hanya saja,  kenapa dia melakukannya?  Apa yang salah darimu? Kau bahkan sangat menyayanginya".

Aku tidak bisa berhenti menangis.

Aku hanya tidak mengerti.  Kenapa Jongin melakukan semua itu.

Dan saat itulah aku kehilangan rasa hangat dari pelukaannya yang menjaub dari tubuhku.

"Sehun tau?".

Aku pun perlahan menatap matanya,  karena tangannya yang membingkai wajahku,  menuntunku untuk menatapnya.

"Jongin anak yang baik. Ibu benar-benar sangat menyayanginya".

Apa?

Apa dia bercanda?

Bahkan setelah apa yang anak itu lakukan?

"apa maksudmu?  Dia bahkan sudah - "

"Jongin anak baik, Sehun.  Jauh dari yang kau bayangkan.  Ibu yakin itu, ibu masih sangat menyayanginya. Sampai sekarang".

"Tidak,  tunggu dulu.  Aku tidak mengerti ini.  Kenapa kau masih bisa bicara seperti itu ketika apa yang dilakukannya padamu sudah seburuk ini?".

Aku tidak mengerti.

Aku tidak suka mendengarnya bicara dan bersikap sebaik ini.

Maksudku...

Apa pantas pembunuh menerima kasih sayang dari yang dibunuh?!

Itu tidak adil sama sekali!

Dan saat itulah,  aku merasakan sebuah perubahan derastis pada mata dan wajah itu.

Ada apa?

Kenapa....

Kenapa dia terlihat...

Sangat sedih?

Mata itu menatapku dengan penuh rasa sedih. 

Aku bisa merasakannya.

Bahkan...

Tunggu,  perasaan apa ini?

Kenapa aku merasa dia menyesal?

"Maafkan ibu, Sehun".

Kenapa...

"Ibu tidak bisa menjaga kalian berdua.  Ibu tidak bisa berbuat apapun untuk kau dan Jongin.  Maafkan ibu".

Apa yang dia bicarakan?

Aku merasa dia seolah ingin mengatakan sesuatu.

"Jauh dari dalam lubuk hati ibu.  Ibu berharap, kalian bisa menjaga satu sama lain seperti dulu".

"Dan ini...  untuk yang terakhir Sehun".

Apa?

Yang terakhir?

Apa maksudnya?

Tunggu, apa dia akan pergi?

"Jangan saling melukai hanya karena kepergian ibu.  Ibu mohon padamu,  relakan ibu Sehun".

Aku tertegun.

Ini....

Pertama kalinya aku melihatnya menangis sesakit ini.

"Jangan melibatkan orang yang sudah pergi dalam hidupmu.  Itu akan melukai mu sangat banyak".

"Dan pesan ibu.  Jangan membenci Jongin seperti ini.  Dia anak yang baik.  Jangan melukainya lagi,  Sehun.  Ibu menyayangi kalian berdua".

"tunggu!  Aku?  Melukainya?  Apa yang kau bicarakan?! Bagaimana aku yang melukainya?  Dia yang melukai ku disini!"

Aku terdiam.  Semuanya terasa melebur karena satu ciumannya di dahiku.

Lama, aku Merasakanny seperti itu.  Hingga dia menjauh dan menatapku.

"Andai ibu bisa melakukan sesuatu".

Gumaman itu...

Apa maksudnya. 

Dia tersenyum Setelahnya.

"Ibu sangat menyayangi mu Sehun.  Anak ibu".

Entah kenapa... 

Aku sangat merasakan semua penyesalannya akan sesuatu.

Kenapa?

Dan saat itu lah aku mulai panik.  Dimana wajah,  senyum dan tubuhnya mulai menghilai.

Tidak!

"aniya!  Kkajima!".

Aku masih bisa menggenggam tangan itu

"kkajima!! "

Aku muak ketika bayangan itu semakin menghilang. Dan aku marah karena aku tidak bisa berbuat apapun!

Dan dia menghilang,  dimana tanganku kini hanya menggenggam udara semu.

Dia pergi...

_________________________________________

#Jongin's

Aku...

Tidak tau kapan ini akan berakhir

Aku...

Tidak tau sampai kapan akan terus seperti ini.

Hidupku,

Tubuhku,

Perasaanku,

Dan akalku...

Semua itu...

Sudah terlalu banyak...

Sudah terlalu banyak mereka bertahan.

Dan satu yang aku tau,

Semua yang ada dalam diriku, tidak lagi bisa.

Dan mungkin...

Benar adanya,  jika ini adalah batasku.

Semua akan berakhir,

Aku tidak bisa lagi,

Aku benar-benar tidak bisa lagi,

Dengan apa yabg terjadi padaku,  aku tahu banyak hal yang dapat ku ambil.

Dunia ini,  akan adil tergantung dari pilihanmu.

Meski begitu,  tidak selamanya dunia akan perpihak padamu.

Tidak semua niat baik,  atau pengorbanan menerima sebuah balasan yang indah.

Tapi....

Sedikit pun,

Sedikit pun...

Aku...

Tidak membenci Sehun,

Marah padanya,  atau dendam padanya.

Karena aku sadar akan satu hal.

Sejak awal,  hingga mungkin sampai aku pergi nanti...

Aku sangat menyayanginya.

Dan itu tidak pernah berubah sedikitpun.

Aku tidak tau,  apakah perasaan Sehun masih sama terhadapku.

Apakah dia masih membenci ku,

Apakah dia masih marah padaku,

Dan muak dengan semua yang bersangkutan tentangku...

Aku tidak tau...

Tapi...

Saat keperduliaannya padaku yang terkadang muncul tiba-tiba...

Aku...

Sangat bahagia.

Benar-benar sangat bahagia.

Terlepas dari apa penyebabnya, aku sangat bahagia ketika dia perduli padaku.

Andai dia tau kebahagiaan itu,  apakah dia akan perduli?

Disini...

Aku,

Adalah rasa sakit untuk Sehun,

Aku, 

Adalah derita untuk hidup dan hatinya,

Aku,

Adalah semua tentang luka yang ada dalam dirinya.

Dan aku masih ingat semua kata-katanya.

Tidak ada obat untuk itu,  tidak akan ada masa dimana kami akan kembali seperti dulu.

Karena,  satu-satunya yang dapat mengembalikan semuanya...

Adalah mengembalikan ibunya.

Dan faktanya,  itu tidak akan pernah bisa.

Tentu sudah jelas apa artinya bukan?

Tapi....

Aku senang,

Setidaknya,  Sehun tidak melarangku untuk merindukannya.

Tentu saja,  dia tidak melakukannya.  Karena dia tidak pernah tau rindu itu.

Dan aku ingin,  sebenci apapun dia padaku nanti

Bagaimana pun perlakuannga nanti padaku,

Aku ingin didekatnya.

Aku tau, aku egois kali ini.  Dan biarkan aku begitu untuk kali ini saja.

Karena aku sangat merindukannya.

Saat ini...

Aku merasa.....

Ingin mati.

Seluruh tubuhku...

Terasa sangat sakit. 

Aku ingin,  berteriak sekuat yang kubisa untuk melampiaskan rasa sakit ini.  Tapi aku tidak bisa.

Aku...

Tidak bisa melakukan apapun.  Aku benar-benar tidak bisa melakukan apapun.  Bahkan hanya untuk bernafas,  dadaku terasa sangat nyeri.

Aku benar-benar tidak bisa melakukan apapun selain berbaring di tempat tidurku.

Bagaimana ini?

Bahkan hingga ke esokan harinya,  aku masih masih terbaring ditempat yang sama.

Ah...  Ottokhaji?

Benar-benar tidak berguna.

Aku merasa benar-benar merasa sangat lemah.  Dada ku terasa sangat sakit.  Ah..  Jinja.

Saat menatap isi kamarku,  mataku berhenti pada satu titik dimana sebuah kalender tergantung dinding.

Dan disana,  ada sebuah lingkaran merah yang sengaja kulingkari.

Melihat itu,  aku teringat dengan masa laluku ketika bersama Sehun.

Hah...

Sudah berapa lama?

Kalimatnya saat itu,  terus saja terngisng dibenakku. 

Perlahan aku mencoba untuk mendudukkan tubhhku,  tapi percuma saja.  Rasanya sangat menyakitkan. Pada akhirnya,  aku hanya bisa menggerakkan tanganku untuk meraih ponselku di meja dekat tempat tidur.

Bahkan,  hanya menggerakkan satu tangan ini...rasanya sudah sesakit ini. 

Sial!

Mencoba menenangkan diriku sebisa mungkin.  Aku mulai membuka kontak diponselku.  Setelah mencari aku berhenti pada satu nama.

Tapi...

Aku kembali berpikir.

Apakah...

Semua akan baik-baik saja?

Aku takut,  dan jujur saja aku sangat gugup. 

Tapi...

Kali ini saja,  kali ini saja biarkan semuanya berjalan dengan baik.

Kumohon.

Dan saat itulah aku mulai memanggil. Tentu saja aku langsung menekan tombol loudspeaker,  aku bahkan merasa sangat lemah hanya untuk mengangkat tanganku untuk mendekatkan ponsel ketelingku sendiri.

Aku hanya bisa menggeletakkan tanganku di atas perutku.  Aku merasa benar-benar lemas.

Lama,  deringan itu tak kunjung terjawab.

Sebenarnya apa yang dia  lakukan?

Dan aku pun mencobanya lagi.  Hingga pada akhirnya,  deringan itu berhenti dan terdengar suara.

"yeobbuseyo".

Senang rasanya mendengar suaranya.  Tapi...

Aku merasa takut akan ini.

"akan kumatikan"

"Andwe! "

Ah sial!  Dadaku...

"I-ini aku... ".

Ketakutan dan rasa gugupku semakin bertambah ketika Sehun tak merespon apapun.

Aku tau jika dia tau ini aku,  tapi dia enggan menjawabku.

Ini benar-benar membuatku takut.

Tapi... Kali ini saja,  kumohon.

"aku... tidak tau apakah kau masih mengingat hari ini.  Tapi... aku berharap,  kau masih mengingat janjimu".

Lagi lagi,  tidak ada respon darinya.

"sebelumnya... bisakah..."

Sial...  kenapa ini begitu sulit.

"bisakah.... Kau datang kemari? aku... butuh bantuanmu".

Ah sial!  Dadaku terasa semakin nyeri.  Ini menyebalkan.

#Sehun's

Apa yang membuatnya tiba-tiba meminta bantuanku?

Haruskah aku pergi?

Atau tidak?

Aku tidak tau apa yang coba dia katakan.  Hari ini, janji dan entah apa maksudnya.

Harus kah aku pergi?

Tapi....

Terakhir kali aku bertemu dengannya,  keadaannya buruk. 

Apa terjadi sesuatu?

Hah...

Aku tidak tau apakah aku ditempat yang benar untuk memilih salah satunya.

Satu sisi,  akalku terus mengatakan 'kenapa aku harus perduli'.  Tapi disisi lain,  aku mencemaskannya.

" kali ini saja. Yang terakhir...aku berjanji padamu ini yang terakhir".

Ujarnya lagi disebrang sana.

Tapi,  hanya perasaanku saja, atau memang suaranya tidak seperti biasanya?

Selain itu..  Aku baru saja bangun dari tidurku.  Dan aku bermimpi entah itu bisa dikatakan mimpi buruk atau tidak.

Tapi satu hal yang terus mengusik dan membuatku merasa tidak nyaman.

Semua kata-katanya tentang Jongin waktu didalam mimpiku...

Aku merasa...

Entahlah..

Kenapa aku harus memikirkan dan menyangkut pautkan mimpi dengan kenyataan ini?

Itu hanya mimpi.

Meski dalam hati selalu menolak jika aku terus berpikir jika itu sekedar mimpi.

Ah...  Benar-benar.

('Jongin anak yang baik, Sehun-ah.  Jauh dari yang kau bayangkan'.   'Berhentilah menyakitinya,  dan berhentilah saling menyakiti')

Sial!  Ada apa dengan semua ucapan-ucapan itu?

Seharusnya jika dia ingin mengatakan sesuatu katakan langsung.

Shit!  Apa yang ku pikirkan.

"K-kau masih disana?"

Suaranya mengalihkanku.

"percayalah.  Hanya kali ini,  aku bersumpah"

Sial.  Ada apa denganku. 

Kenapa aku mendadak benci dengan ucapannya.

Tapi...

Apa aku sejahat itu membiarkan orang dalam kesulitan?

Aku tidak sekejam itu.

Hah....

Aku memutuskan sambungan secara sepihak.  Beberapa detik aku berpikir, apakah yang akan ku ambil ini benar atau tidak.

Tapi aku lelah untuk terus berdebat dengan diriku seperti ini.

#Jongin's

Dia memutusnya.

Benar...

Apa yang bisa kuharapkan?

Apapun yang kulakuakan,  apapun yang kukatakan...

Itu tidak ada gunanya.

Cih...

Kenapa aku selalu berakhir menyakiti diriku sendiri.

Aku benar-benar terlihat meyedihkan sekarang.

Suara satu getaran kecil membuatku beralih.

Dan ketika melihat isi pesan itu,

Aku....

Entahlah...

Apa ini...nyata?

Aku...  Merasa bahagia.

Ya,  aku benar-benar sangat bahagia.

Terima kasih...

Terima kasih banyak Sehun.

(Sehun : 10mnt lagi,  diam ditempatmu")

TBC.....

_________________________________________

Note : "kenapa ibu Sehun gak blg aja lgsg kalo yg bunuh dia bukan Jongin?".

1.Karena logikanya itu mimpi.  Mimpi pasti g bisa straigh for word.  Dan cmn bisa kek mengisyaratkan sesuatu.
2. Karena logikanya lagi,  Ibu Sehun udah meninggal, kalo dia blg yg sbnrnya itu artinya dia ngubah takdir yang ada di real lifenya nanti.  Kan itu bukan hak ibu Sehun.  Udah ada yg ngatur. 

Segala sesuatunya aku buat senalar mungkin sih.

Continue Reading

You'll Also Like

891K 74.7K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
171K 14.7K 82
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
1.3M 110K 60
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
1.4M 18.7K 46
ON GOING SAMBIL DI REVISI PELAN-PELAN. Start 18 November 2023. End? Cerita bertema 🔞, Kalau gak cocok bisa cari cerita yang lain terimakasih. Mars...