The Turth

2.9K 230 56
                                    

#Jongin's

Tiga hari telah berlalu,  semenjak Sehun pulang ke flatku dan juga kejadian dimana dia menciumku.

Kejadian itu benar-benar membuatku berpikir sangat keras dan hampir membuatku gila karenanya.

Memang itu bukan seperti ciuman yang sebenarnya,  Sehun hanya menempelkan bibir kami satu sama lain.

Tapi... Oh,  Ayolah!  He's Straigh Man!  What the hell he's doing!

Setelah kejadian itu,  aku semakin sulit membaca apa yang tengah Sehun pikirkan.  Sikapnya sama ketika kami mulai berbaikan,  ya hubungan kami terlihat normal. Tapi kejadian itu membuatku bingung dan terkadang canggung saat didekatnya.

Aku hampir tidak bisa berpikir lurus dan mengentikan semua pemikiranku setelah anak itu menciumku.

Kenapa dia melakukannya?

Apa yang salah dengannya?

Atau aku yang salah?

Atau kenapa!?

Ini benar-benar membuatku gila.

Tapi meski Sehun terlihat normal,  aku tau dia hanya berusaha untuk itu.  Diluar 'kenapa dia menciumku',  Sehun terlihat tertekan dan aku tau dia berusaha untuk menutupinya dariku.

Masalah dengan Eunha dan semuanya yang telah terungkap tentu itu bukan hal yang mudah baginya meski aku telah meyakinkannya jika aku baik-baik saja.

Selama ini,  aku memang sangat sangat jarang atau bahkan 'kapan aku pernah' melihatnya tersenyum?

Tapi kali ini benar-benar berbeda.  Sehun tetap bersikap normal meski pada kenyataannya didalam dirinya tidak.

Dan itu benar-benar membuatku khawatir dan menyesal. Dan hal itu membuatku sering melihatnya dan melamunkan banyak hal dari jauh.

Seperti saat ini,  saat dia sedang didapur dan mulai memasak untuk sarapan kami berdua.  Aku hanya bisa melihatnya dari kursi meja makan dalam diam dan melamunkan semua pemikiran-pemikiranku sekarang.

Lihat dia...

Dia tidak berubah. Perfect body,  face,  skill,  and skin.  Dia selalu perfect dalam visualnya. Orang tidak akan menyangka jika Sehun memiliki luka yang sangat dalam didalam dirinya.

Dan aku segera menyadarkan diriku ketika melihatnya membawa dua piring makanan kearahku.

"Makanlah".

Aku hanya bergumam untuk menjawabnya yang kini tengah mengambil dua gelas air minum dan kembali duduk didepanku untum sarapan.

Tentu dalam acara makan seperti ini,  tidak baik jika berbicara.  Tapi aku tidak bisa berhenti mencuri pandang dari Sehun dan berharap dia mengatakan sesuatu.

Entahlah,  akhir-akhir ini dia sedikit lebih pendiam walau biasanya anak itu juga pendiam. Entah kenapa... Aku ingin mendengarnya bicara.

Dan aku sudah tidak tahan seperti ini.

"Hari ini kau tidak ingin pulang?  Aku akan menemanimu jika kau mau".

Well,  itu bukan hanya sekedar basa-basi,  tapi memang aku ingin mengatakannya.

"Tidak ingin".

Jawabnya singkat tanpa menatapku. Sehun terlihat fokus dengan sarapannya.

"Tapi apa tidak apa jika terus meninggalkan rumah?  Setidaknya pulanglah untuk melihat kondisi rumah".

"Cepat habiskan sarapanmu. Aku tidk ingin membahas hal ini".

Dia menghindar. Hah...  Rasanya tidak senyaman dulu bicara dengannya.  Tentu aku tidak menyalahkannya,  Sehun sedang tidak baik-baik saja disana.

The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang