Trying

1.4K 234 46
                                    

Sehun turun dari mobil.  Dan membawa satu kantong belanjaan yang ia beli dari minimarket terdekat.

Ia hanya berpikir,  Jongin hidup sendirian.  Pasti tidak ada apapun di flatnya.  Well,  ia membeli semuanya bukan untuk Jongin.  Tapi untuk dirinya.

Ketahuilah ia sendiri belum makan sejak kemarin!

Karena terburunya waktu,  memasak di flat Jongin tidak ada salahnya.

Lagipula...

Kenapa Jongin sampai minta tolong padanya?

Ketika sampai didepan pintu flat Jongin,  Sehun tidak langsung masuk karena getaran ponsel disakunya.

Dan panggilan datang dari Jongin.

Anak ini...

Jengah Sehun karena Jongin anak yang tidak sabaran.  Ia bilang 10menit lagi.  Dan bahkan ini belum sampai 10menit.

"Untuk apa menelfonku,  aku sudah didepan pintu". Ucap Sehun langsung setelah mengangkat panggilan itu.

"ah..  Kau sudah disini?  Haha,  maaf".

Tsk.

"apa yang kau lakukan? Cepat buka pintunya". Sehun merasa sedikit kesal karena pintu tak kunjung terbuka.

"aku menelfon karena hal itu. Tidak apa-apa kan jika kau membukanya sendiri? ".

"Password". Ucap Sehun datar.

"9488"

Mendengar hal itu, Sehun mengkerutkan dahinya.

Tapi malas juga memikirkannya.

Setelahnya,  Sehun memutuskan sambungan dan memasukkan kembalu ponsel itu dalam sakunya.

Menekan tombol password dan masuk kedalam flat.  Pertama kali yang ia lihat adalah suasana yang sangat sepi.

Sambil membawa belanjaannya dan meletakkannya di meja makan,  ia berpikir dimana kah Jongin.

Tapi setelah matanya menatap pintu kamar Jongin, ia mengerti jika anak itu ada disana.

Sehun memutuskan untuk melihat apa yang terjadi karena Jongin membuka kan pintu saja sampai tidak bisa.

Ketika membuka pintu,  cukup terkejut ketika melihat Jongin terlihat duduk bersandar di tempat tidurnya dengan kaki yang tertutup selimut dan wajahnya yang pucat.

Jongin tersenyum dan menyapanya,  tapi ia tidak bisa merespon apapun akan hal itu.  Karena dalam diri dan hatinya,  masih ada satu dinding yang membuat jarak antara dirinya dan Jongin.

Tapi ia cukup diam dengan hal itu.  Ia masuk dan mendekat.  Dan semakin ia mendekat,  semakin jelas pula setiap luka yang ada diwajah Jongin.  Wajah itu lebih pucat.

"maaf ya, aku merepotkanmu. Aku tidak tau lagi harus menghubungi siapa".

"Dan kau berpikir itu aku?". Tanya Sehun spontan. Ia hanya ingin tau,  jadi yang dipikirkan Jongin adalah ia satu-satunya yang bisa dihubungi?  Dengan status pertemanan keduanya yang seperti ini?

Sehun melihat senyum yang terlihat menyesal dari Jongin.

"Mian".

Mendengar kata maaf itu,  Sehun tidak tau lagi harus bagaimana.  Tidak seharusnya juga ia memojokkan Jongin dikeadaan seperti ini.

Jika ia bertanya bagaimana dengan Chanyeol?  Kenapa Jongin tidak menghubunginya? Bukankah mereka sangat dekat.

Ia benci ketika bayangan Chanyeol dan Jongin berciuman di lapangan basket waktu itu tiba-tiba hinggap begitu saja di otaknya.

The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang