Ritirarsi Per Amore [COMPLETE...

By eliciaaprilia

46.2K 4.2K 1.5K

#908 in teenfiction [05.03.18] [ COMPLETED ] Mau diibaratkan apa kisah ini? Ini bukan kisah cinta sempurna ya... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11(a)
11(b)
12
13
14(a)
-main cast-
14(b)
15
16
17
18
19
20
21
22
23
25
24
perubahan judul?
26
27
28
29
30
32
31
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
MAAF~
47
48
49
50
52
53 (ending?)
54. Last part
55. Epilog
-instagram-
EXTRA PART
RPA 2 (SEQUEL)!!
PENGUMUMAN PENTING!

51

484 57 69
By eliciaaprilia

*Backsound diatas nemenin kalian baca, ok?:)*

*Vote dulu yaa biar gak lupa:(*

---

Mungkin Tuhan menyimpan indahnya kisah kita nanti saat kita berdua berada di sana, bukan saat kita di dunia ini.

---

Orang-orang yang rata-rata berpakaian hitam itu berdiri mengitari gundukan tanah yang berada di hadapan mereka.

Tatapan mereka pun berbeda-beda. Ada yang menatap dengan tatapan kosong, penuh luka, kesedihan, dan masih ada yang terang-terangan menangis tak kuasa menahan air mata.

Mereka semua masih tak percaya, perempuan itu meninggalkan mereka tadi malam dengan seribu kesedihan yang tak kunjung hilang.

Orang yang paling terpukul saat ini adalah Iqbal. Iqbal masih menatap gundukan tanah itu dengan mata yang menampung air matanya yang akan segera turun.

Yang berada di sana hanyalah tertinggal Iqbal, Daffa, Vanya, David, dan Jason yang masih memakai kursi roda.

Semua terdiam dengan perasaan yang sama. Sebuah kehancuran dan kesedihan menghampiri mereka dengan waktu yang bersamaan.

Semuanya terjadi begitu cepat. Perempuan itu akhirnya menutup matanya dengan tenang disana.

Isakan tangis Iqbal akhirnya terdengar. Perempuan itu adalah prioritas utama di hidupnya. Ia sangat menyayangi perempuan itu melebihi dirinya sendiri.

Dan sekarang ia ditusuk dengan seribu penyesalan.

"Seharusnya ini semua gak terjadi," ucap Iqbal sambil menjongkokkan dirinya disamping gundukan tanah dengan bunga-bunga yang masih segar di atasnya.

Iqbal mengelus nisan yang bertuliskan nama perempuan itu.

Terlintas di kepalanya ingatan tentang perempuan itu. Pada saat perempuan itu tertawa karena leluconnya, pada saat mereka berdua bersama, dan masih banyak lagi tentang mereka.

Ia tak percaya semua itu akan menjadi kenangan manis yang akan pahit jika diingat kembali.

"Ini semua salah gue," ucap Iqbal sambil menunduk.

"Stop it bang! ini semua bukan salah lo. Ini semua takdir," ucap Vanya lirih.

"Ini semua jelas salah gue!" bantah Iqbal tanpa mengubah posisinya.

"Harusnya gue lebih menjaga dia," ucap Iqbal.

"Harusnya gue luangin waktu buat dia."

"Harusnya gue lebih mengerti dia."

"Dia udah tenang disana, lo harus Ikhlas bang!" kata david.

"Kenapa harus dia yang pergi bukan gue?!" tanya Iqbal tanpa ada yang menjawab.

"Tapi disini gak ada yang salah!" lirih Vanya lagi dengan setetes air mata yang mengalir di pipinya. Ia sebelumnya belum pernah melihat Iqbal sehancur ini.

"Lo gak liat? Gara-gara gue, Deeva sekarang jadi seperti ini!" seru Iqbal.

"Dia nyoba bunuh diri tadi malam gara-gara gue!"

Tidak ada yang berani membantah ucapan Iqbal. Mereka mengerti, Iqbal masih perlu waktu mengikhlaskan perempuan itu.

"Deeva maafin gue," ucap Iqbal sambil memandang gundukan tanah di depannya dan itu sukses membuat air matanya tak kunjung berhenti.

Lagi dan lagi Iqbal mengelus nisan itu.
"Mama," panggilnya.

"Mama maafin Iqbal, Iqbal gak becus jagain Deeva jadi sekarang dia gak bisa dateng sekarang," ucap Iqbal sambil memandang nisan yang bertuliskan
Kashira petrianda, mamanya.

"Deeva tadi malam coba bunuh diri gara-gara putus asa, dan maafin Iqbal ma, itu semua salah Iqbal," ucap Iqbal lagi.

"Tapi mama tenang aja, Deeva sekarang lagi di rawat di rumah sakit, dia udah besar ma. Deeva yang mama sebut putri kecil dulu, sekarang udah tumbuh Dewasa. Sekarang dia udah punya Jason. Jason ma, dia salah satu alasan yang buat Deeva masih bertahan sekarang," lirih Iqbal.

"Kalau aja kemarin Jason gak ada, Iqbal gak tau lagi gimana keadaannya Deeva sekarang."

"Iqbal sama sekali gak berguna ya ma?" tanya Iqbal yang berhasil menohok hati semua orang yang menyaksikan kehancuran Iqbal.

"Mama pasti nyesal punya anak kayak Iqbal?"

"Mama tenang aja, papa bentar lagi pasti di temukan. Mama yang tenang ya di atas sana," ucap Iqbal.

"Sekarang Iqbal cuma punya Deeva ma," ucap Iqbal dengan tangis yang pecah.

Mendengar kalimat itu, yang lain juga merasakan pilunya hati mereka.

"Iqbal takut, Deeva bakal nyusul kalian disana," lanjut Iqbal sambil memeluk nisan itu.

"Iqbal takut kalian ninggalin Iqbal sendirian di sini."

"Iqbal takut, gak punya siapa siapa lagi."

"Iqbal janji bakal jagain Deeva dan gak biarin hal ini terjadi pada Deeva," ucap Iqbal berjanji.

"Selamat tinggal mama, maafin Iqbal, Iqbal belum bisa banggain mama dan papa. Iqbal cuma tahu nyusahin kalian aja, maafin Iqbal ma," ucap Iqbal lalu kembali berdiri.

David menepuk pelan bahu Iqbal.
"Ayo."

Iqbal mengangguk, lalu mereka dengan perlahan meninggalkan tempat peristirahatan terakhir mamanya itu.

"Maafin Iqbal ma," lirihnya lagi tanpa henti menoleh ke belakang.

---

"Gimana keadaan lo?" tanya Jason lembut sambil mengelus kepala Deeva dengan lembut.

"Gue mau ketempat mama," lirihnya ke Jason.

Jason menoleh ke arah belakang dan menatap Iqbal yang juga menatapnya.

Iqbal yang mengerti maksud Jason pun langsung melangkah mendekat ke Deeva.

Iqbal tersenyum hangat.
"Keadaan lo belum stabil. Lo belum diijinin buat keluar dari rumah sakit."

"Tapi gue bosan," bantah Deeva.

"Kita jalan ke taman belakang mau?" tanya Jason dan dapat anggukan heboh dari Deeva.

Jason mencoba berdiri dari kursi rodanya dan membantu Deeva untuk duduk.

"Lo lupa kalau lo juga sakit?" tanya Iqbal ke Jason dengan tatapan datar.

"Gue masih mampu jalan!" jawab Jason.

Jason membantu Deeva untuk berpindah ke kursi rodannya.

"Jangan lama-lama," ucap Iqbal saat Jason mendorong kursi roda yang Deeva pakai.

Jason menuntun Deeva sampai ke taman belakang. Saat di perjalanan banyak orang yang diam-diam melirik mereka, mungkin karena mereka berdua sama-sama memakai baju khusus pasien dan tak sedikit juga mereka berdua mendengar orang orang yang mengagumi mereka.

Jason dan Deeva berhenti tepat di bawah pohon besar yang ada disana.

"Jason," panggil Deeva.

"Hm?"

Deeva menghembuskan napasnya berat.
"Lima hari lagi jadwal gue oprasi."

"Gue takut," lirihnya.

Jason berjongkok di depan Deeva sehingga tinggi mereka setara.
"Jangan takut," ucapnya sangat lembut yang membuat hati Deeva luluh seketika.

Deeva seolah tersihir dengan tatapan Jason yang sangat dalam.

Deeva menundukan kepalanya. Seketika ia sadar apa yang melingkar di lehernya.

"Kok kalung ini bisa ada di gue? bukannya kemarin udah gue buang?" tanya Deeva sambil memegang kalung matahari pemberian Jason.

"Iya lo buang, tapi lo buangnya di depan gue. Ya gue pungut lagi lah. Lo buangnya gak pake otak sih!" celutuk Jason sambil terkekeh kecil.

"Jadi apa yang buat lo takut?" tanya Jason.

"Semuanya," jawab Deeva.

"gue takut oprasi itu gagal dan gue-"

"Sst!" potong Jason dengan telunjuknya tepat berada di bibir Deeva.

"Mulut lo mau gue lem biar gak ngomong yang aneh aneh?" protes Jason.

Deeva mengerucutkan bibirnya.
Dasar cowok gak romantis!

Jason tertawa geli saat melihat perubah mimik muka Deeva. Ia tahu gadis itu sedang kesal kepadanya.

"Udah," ucap Jason sambil mengacak-acak rambut Deeva.

"Ada yang mau ketemu sama lo," Lanjut Jason sambil berdiri.

"Siapa?" tanya Deeva.

Jason membungkukan badannya hendak membisikan sesuatu kepada Deeva.

"Calon mertua," bisik Jason sangat pelan tetapi dapat terdengar jelas di telinga Deeva.

Seketika muka Deeva memerah.
"APAAN SIH LO!"

Lagi dan lagi Jason membuat moodnya hancur.

"Udah ayo," ucap Jason sambil mendorong kursi roda Deeva menuju ruang dimana ayahnya dirawat.

Jason membuka pintu ruang perawatan ayahnya dan memasuki ruangan itu bersama Deeva yang masih memakai kursi roda.

Bohong jika Deeva tidak gugup melihat ayahnya Jason. Yang ia tahu, beliau sangat tegas dan galak. Dan ia juga tahu beliau tidak menyetujui hubungannya  dengan Jason.

Ya tentu saja Deeva salah. Jason hanya memberitahu Deeva bahwa ayahnya masuk rumah sakit. Tetapi ia belum memberitahu Deeva soal malam itu.

Deeva tersenyum gugup kepada ayahnya Jason. Mereka hanya bertiga di ruangan itu.

"Om, saya Deeva temennya Jason," ucap Deeva sambil menyalim tangan Guntara argya alias ayahnya Jason.

Guntara terlihat tersenyum hangat.
"Deeva hm?" tanya Guntara.

Deeva tersenyun tipis sambil mengangguk.

"Kamu temennya Jason?" tanya Guntara lagi.

"Iya om," jawab Deeva.

"Padahal saya berharap lebih," ucap Guntara sambil tersenyum penuh arti kepada Deeva.

"Maaf om, saya kurang paham apa maksud om. Yang saya tau sebentar lagi Jason akan bertunangan dengan Steffi," jawab Deeva bingung.

Guntara terkekeh kecil.
"Itu yang kamu pikirkan. Kamu tenang aja, semua sudah berakhir."

Deeva menoleh ke arah Jason sambil menatapnya tidak nengerti.

Jason tersenyum tipis.
"Tadi malam yang lo suruh gue buat pergi nyelesain masalah itu, semuanya tentang Steffi."

"Iya ini semua salah saya," tambah Guntara.

"Perusahaan saya tiba tiba saja hampir bangkrut dan saya bergantung pada perusahaan ayahnya Steffi. Kamu sudah tahu kalau seffi dan abangnya mempunya dendam kepada kalian dan Daffa?" tanya Guntara.

Deeva menggelengkan kepalanya.

"Yang mengetahui masalahnya hanyalah Daffa dan Yudi. Sebaiknya kalian bertanya kepada mereka. Dan karena itu, Steffi berencana membunuh kalian berdua. Dia memang terlahir dari keluarga pshicopath, dan hobi dia adalah membunuh. Saya yang mendengar itu memohon kepada dia agar membebaskan kalian. Dia setuju tetapi dengan satu syarat," Lanjut Guntara.

"Apa?" tanya Deeva.

"Jason harus bertunangan dengan Dia," jawab Guntara.

Deeva terdiam seribu bahasa.

"Tanpa kamu sadar, kamu sendiri yang menggagalkan rencana dia," ucap Guntara kepada Deeva.

"Jika kamu tidak melawan dia dan tidak memberitahu tentang ancaman dia kepada Jason, semuanya akan berjalan seperti rencana dia."
Deeva terkejut mendengar apa yang Ayah Jason ucapkan barusan.

"Sikap berani kamu yang berhasil menggagalkan rencana dia. Tanpa kamu sadari, kunci dari masalah ini adalah kebersamaan kalian berdua," lanjut Guntara.

Deeva sangat terkejut mendengar penjelasan dari ayahnya Jason.

Deeva menatap Jason yang juga sedang menatapnya.

"Om ingin kalian bahagia," ucap Guntara tersenyum penuh arti.

"Tunggu semua ini benar-benar selesai pa. Deeva juga butuh waktu untuk semua ini," ucap Jason dengan tatapan terus menatap Deeva.

Deeva tersenyum haru. Ia tahu, Jason memang selalu mengerti dirinya. ia memang butuh waktu untuk semua ini. Terlebih lagi, tentang penyakitnya. Ia tak ingin membuat Jason sedih ketika ia harus pergi nanti.

Satu lagi masalah terselsaikan. Ia tak tahu akhir dari semua ini. Ia tak tau ini membawanya kepada akhir yang bahagia atau justru akhir yang penuh kesedihan.

Semuanya masih abu-abu.

Bersambung....

Haha sorry jadi lama update:v tadi janjinya bentar ya? sorry deh:(

Aku mau nanya, jawab ya:v

mau ceritanya masih panjang dengan extra part,

atau..

ceritanya sebentar lagi selesai tapi ada sequel?

AYO JAWAB YAA!! WAJIB!
TOLONG YA PARA SILENT READER KU:****

oke see u guys.

eliciaaprilia

Continue Reading

You'll Also Like

432K 22.6K 35
SEBELUM BACA JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR NYA DULU YA GUYSS.. ~bagaimana ketika seorang perempuan bertransmigrasi ke tubuh seorang perempuan yang memili...
480K 24K 34
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
5M 214K 52
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

1.9M 101K 56
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...