The Truth

By ryylme

57.4K 6.7K 1K

Kisah tentang hubungan rumit Kim Jongin dengan mantan sahabatnya, Oh Sehun. Tentang Jongin yang mengorbankan... More

Me
How
Just...
Lose Control
Broken
Not Me anymore
Comeback
I dont know
Us
We get the Chance?
What happen?
Real Pain
I Lose you?
Final Of Us?
Am I hurt you?
The Start of feeling
What Should I do?
??
Sehun, Eomma & Jongin
Trying
Misunderstanding
The start or The ending?
Pleasure & Heartbreak
When Trusted Being Destroy
Feeling
Heartbreak pt. 1
Heartbreak pt. 2
The Turth
flashback (Special Chap)

Chanyeol

1.5K 207 30
By ryylme

#Jongin's.

Waktu terus berlalu.  Aku melaluinya penuh dengan kebohongan. Berpura-pura jika semua baik-baik saja.

Aku mungkin terluka,  dan sangat ingin berteriak mengatakan semua yang terjadi padaku.

Tapi...

Seseorang yang kini selalu ada untukku dengan segala ketulusannya,  lebih berharga dari luka ku.

Berkali-kali aku ingin berteriak.  Berkali-kali pula aku mengatakan pada diriku,  aku harus kuat.

Karena aku tidak ingin membuat Chanyeol terluka dan terbebani dengan diriku.

Kasih sayangnya padaku,  ketulusannya padaku dan semua kepercayaannya padaku.  Aku hanya bisa membalas semua itu dengan ini.

Membuatnya juga merasa bahagia.

Entah bagaimana keadaanku,  seberapa buruknya itu.  Chanyeol berhak bahagia. 

Dan dia sama sekali tidak pantas untuk terbebani karena penderitaanku.

Di hari minggu ini,  Chanyeol mengajakku entah kemana. Dan didalam mobilnya aku hanya melihat keluar jendela.

Sebenarnya,  aku tidak dalam mood untuk pergi kemana pun.  Tapi aku tidak bisa menolak Chanyeol. 

"Kau lapar?".

Aku beralih padanya ketika ia bertanya.

"Tidak,  Hanya merasa sedikit bosan". Jelasku dan membuatnya tersenyum.

"Maaf perjalanannya terlalu lama.  Tapi sebentar lagi kita sampai".

"Sebenarnya kita akan kemana? Kenapa sangat jauh?".

"Kenapa?  Kau takut aku berniat menculikmu?".

"Siapa yang takut padamu?  Aku bisa menghajarmu sekarang jika aku mau". Kesalku

"Kkk... Arraseo. Aku hanya bercanda.  Kau akan tau nanti jika sudah sampai".

"sepertinya aku pernah mendengar kalimat itu sebelum-sebelumnya". Gumamku menyindirnya.

Dan aku hanya melihat Chanyeol yang lagi-lagi hanya tersenyum. Dia sangat menyebalkan.

"Tidurlah.  Aku akan membangunkanmu nanti".

#Chanyeol's

Aku tau dia mulai bosan dan kesal karena aku tidak kunjung memberi tahunya kemana aku akan membawanya. 

Dan aku melihatnya yang mulai tertidur dengan wajah yang sedikit kesal. Dia terlihat lucu.

Sebenarnya,  tujuanku bukam lah seuatu tempat yang sangat indah ataupun mewah. 

Tapi,  aku ingin mengajak Jongin pergi kesana entah kenapa.

Karena ini didataran tinggi,  suhu mulai semakin dingin.  Saat sampai ditempat tujuan,  aku berdiam sejenak dan tidak langsung membangunkan Jongin.

Aku hanya butuh sedikit waktu untuk mengenang tempat ini. Merasa cukup,  aku mulai membangunkan Jongin perlahan. Dan aku melihatnya yang mulai terbangun dan melihat reaksinya yang kedinginan.

"Ayo".

Ucapku dan keluar dari mobil dengan mantel tebal. Namun saat aku berjalan lebih jauh,  aku tidak merasakan Jongin yang menyusulku. Dan aku berhenti dan melihat kebelakang.

Dan aku justru melihat Jongin yang malah menutup rapat tubuhnya dengan jaket tebalnya.

Astaga anak ini...

Aku pun kembali dan mengetuk jendelanya.  Awalnya Jongin hanya diam karena terlihat malas karena udara dinginnya.

Tapi aku mengetuknya kembali dan melihatnya yang terpaksa membuka jendelanya.

"mwoanya? Jangan terus disini.  Ayo keluar".

"apa kau gila?  Kau pikir aku mau mati beku?. Shirro".

Aku menghela nafas ketika dia malah kembali mengeratkan posisinya agar semakin nyaman dan hangat.

"Ini tidak seburuk itu.  Kajja". Ucapku dengan membuka pintunya.

Ketika aku menariknya,  Jongin diam tapi seolah melengketkan tubuhnya pada kursi mobil dan menegaskan padaku kalau dia enggan keluar.

"Jangan membuat ini jadi sia-sia.  Ayo keluar". Ucapku lagi.

"YAAA!!".

ah sial!  Aku langsung menurunkannya dari gendonganku saat ia memukul kepalaku.  Salah siapa keras kepala tidak keluar². Terpaksa aku menggunakan cara tadi agar dia keluar dari mobil.

"mau mati?! ".

"Tidak.  Aku hanya ingin kau ikut aku".

"Ayolah Chan... Ini sangat dingin".

Dan aku mengambil sesuatu didalam mantel saku dalamku. Sebuah bannie rajut dan meletakkan pada kepalanya. Aku tidak tau apa yang terjadi padanya kenapa tiba-tiba berubah diam.  Tapi yang jelas,  aku langsung menggenggam tangannya dan menariknya untuk ikut denganku.

#Jongin's

Dari sekian banyak tempat yang lebih nyaman dan hangat, aku tidak tau kenapa Chanyeol jauh-jauh membawaku ke tempat ini. 

Sebuah pantai yang sepi dan udara yang sangat dingin dengan salju yang turun.

Bahkan ketika dipesisir pantai,  Chanyeol tetap menggenggam tanganku tanpa melepasnya. Dan dia hanya diam dengan tatapan matanya yang seolah pergi jauh dengan memandang lurus pada pantai dengan sunset didepan sana.

Dan entah sejak kapan,  aku larut pada tatapannya.

Aku melupakan semuanya,  dan hanya ada sesuatu yang terkisah didalam mata Chanyeol.

Apa?

Apa yang Chanyeol pikirkan?

Kenapa aku merasa,  dia berbeda.

Aku mungkin melihat senyumnya.  Tapi aku merasa ada kebahagiaan yang berbeda dari Chanyeol kali ini.

Entah sudah berapa lama,  tapi Chanyeol tetap seperti itu dan terus menggenggam tanganku.

"Jika kau ingin melihat pantai,  kenapa harus jauh² datang kemari?  Di daerah dekat kota kan juga ada". Ucapku sedikit bingung, namun kesal juga.

Namun,  aku tidak mendapat balasannya dan melihatnya terus diam.

"Jongin".

"Mwo?". Jawabku saat tiba-tiba ia memanggil.

"Apa yang akan kau lakukan ketika kau dihadapkan oleh barang baru yang sangat mahal dan satu-satunya didunia ini dengan sebuah barang biasa yang telah lama. Mana yang akan kau pilih".

Kenapa dia tiba-tiba bertanya hal itu?

"Memang kenapa?".

"tidak.  Aku hanya bertanya".

Chanyeol bahkan melakukan semua percakapan ini dengan tatapan yang sama dan tangan yang terus menggengam tanganku.

"Lalu,  bagaimana jika itu kau?  Mana yang akan kau pilih?". Tanya ku balik padanya,  membuatnya beralih padaku.

Beberapa saat aku melihat matanya yang menatap penuh padaku. Aku tidak tau kenapa,  tapi aku merasa sedih ketika melihat matanya.

Dan saat ia berpaling kembali menatap pantai didepam sana aku melihat senyum Chanyeol yamg tadi menghilang.

"Tidak akan ada yang menolak barang baru dan mahal Jongin. Tapi ketika kita dihadapkan dengan mana yang lebih berharga untuk kita, semua akan berbeda".

Aku terus menatapnya, sebenarnya aku mungkin sudah sedikit mengerti apa yang coba Chanyeol katakan,  tapi...

Aku masih bingung.

"seperti yang kau katakan. Jika pantai yang dekat saja ada,  kenapa aku harus jauh² pergi kemari.  Apalagi dicuaca seperti ini".

Chanyeol berpaling menatapku.  Dan tidak tau kenapa aku sulit lepas dari tatapan itu.

"Yang membuatku berkorban waktu dan tenaga ku adalah,  karena aku menyayangi tempat ini".

"menyayangi?".

Apa maksudnya menyayangi?

Apa yang Chanyeol maksudkan itu termasuk dalam konteks menyukai tempat ini?

"hmm".

Dan aku kehilangan tatapannya karena Chanyeol kembali menatap pantai didepan sana.

"karena hanya ditempat ini,  aku bisa merasakan kehadiran ayahku".

Ayah?

Kenapa?

Kenapa aku merasa dia tengah mengenang sesuatu. Memang kenapa?  Kenapa harus ditempat ini jika ingin berindukan ayahnya? Bukankah mereka tinggal bersama?

Karena yang ku ketahui selama ini Chanyeol dan satu keluarganya hidup satu rumah.

Oh,  atau mungkin ayah Chanyeol pergi keluar negeri cukup lama?

Tapi... Perasaan yang kurasakan sekarang saat melihat Chanyeol bukan perasaan yang semudah itu.

Ketika melihat tatapan mata dan ucapannya... Pantai ini dan apa yang Chanyeol rasakan saat ini bukanlah sesuatu yang sepele.

Aku merasa seolah...

Dan lamunanku terbuyarkan oleh sesuatu yang sangat mengejutkan.  Dimana kini Chanyeol kembali menciumku.

Apa...

K-kenapa dia...

Tidak,  tidak boleh seperti ini.

Karena aku tau ini salah,  dan akan membuatnya lebih terluka... Aku mendorongnyo, namun aku tidak bisa melakukannya karena Chanyeol terus menekanku.

Tidak. Tidak boleh seperti ini.

Dia tidak mau melepasku,  meski aku berulang kali mencoba mendorongnya.  Dan aku cukup muak dengan ini.

Karena itulah,  aku menjadi emosi dan benar-benar mendorongnya kuat hingga ciuman itu terlepas dan memberi jarak antara tubuhku dengannya.

Aku terlalu emosi dan langsung memukul wajahnya hingga ia terjatuh.

Aku sangat tau dan sadar saat melakukan pukulan itu.  Karena itu bukan gerakan berdasarkan emosiku saja.  Karena aku tidak ingin Chanyeol melakukannya.

Karena jika Chanyeol melakukannya,  anak itu semakin merasakan perasaannya.  Dia akan semakin tenggelam pada perasaan yang salah.

Semua orang tau seberapa menyakitkannya akhir dari perasaan salah itu.

Dan demi kebahagiaan dan hati tulus Chanyeol aku tidak ingin membuat Chanyeol menjadi sepertiku karena perasaan itu.

Tapi...sesuatu menghantamku ketika Chanyeol diam tidak membalas. Dan yang membuatku terluka dan menyesal adalah satu tetesan air matanya.

Aku...

Tidak tau harus apa...

Melihatnya tiba-tiba seperti ini...

Aku...

Bahkan ketika dia semakin terlihat frustasi di duduknya,  tidak perduli pasir pantai yang dingin dan membasahi celananya. Chanyeol bahkan menangis dan terisak terlihat frustasi.

"Maafkan aku".

Dan satu kalimat yang dia ucapkan dengan frustasinya,  membuatku dapat merasakan lukanya.

"Maafkan aku... Maafkan aku karena melakukannya lagi.  Maafkan aku Jongin.  Aku tidak tau, tapi aku tidak bisa menahan diriku.  Aku ingin berhenti dan membuang keinginanku,  tapi aku tetap berakhir melakukannya lagi padamu.  Maafkan aku".

Dan aku...

Entahlah...

Tidak tau lagi apa yang kurasakan.  Hanya rasa luka dan sesal saat melihatnya seperti itu.

Chanyeol tidak berhenti meminta maaf dan mengeluarkan kata-kata yang seolah bingunh dengan dirinta sendiri. Dan itu sangat membuatku merasa jahat.

Ini lah yang ku takutkan.

Ini lah yang tidak ingin ku lihat.

Dan ini lah yang tidak kuinginkan untuk Chanyeol.

Chanyeol terluka karena perasaan itu.

Dan itu karena aku.

Aku tidak tau lagi apa yang harus ku lakukan selain mendekat dan memeluknya.  Aku tidak bisa mengatakan apapun.  Aku hanya memeluknya dan berharap dengan itu ia bisa tenang dan berhenti menyalahkan dirinya sendiri dan terus menerus minta maaf.

Tapi sepertinya,  ketakutan dan kebingungan Chanyeol pada dirinya sendiri lebih besar dan pelukan yang kuberikan.  Karena ia terus saja menangis dan meminta maaf.

Kalian tau?

Semua yang ku takutkan,

Semua yang ingin ku jauhkan dari Chanyeol agar dia tidak terluka.

Semuanya sia-sia.

Aku yang berusaha melindunginya,  tapi pada kenyataannya...

Aku lah orang yang melukainya sangat dalam.

Dari setiap gumaman,  penyesalan dan semua kebingungan Chanyeol saat ini.  Yang membuatku semakin terluka adalah...

Sebuah kesimpulan,  ketika Chanyeol menangis akan kebingungan apa yang terjadi pada dirinya.

Lebih tepatnya,  kenapa ia bisa memiliki perasaan padaku yang notebennya sama² laki-laki.

Dan satu lagi,  chanyeol datang ke tempat ini juga memiliki faktor yang mempengaruhi.  Salah satunya adalah kebingungannya ini.

Dan aku....

Apa yang bisa ku lakukan?

Kenapa aku tidak bisa melakukan hal lebih berguna dsn berarti dari ini?

Kenapa aku tidak bisam menjadi seperti dirinya yang sering membuatku tenang disaat seperti ini?

__________________________________

Chanyeol kembali membawaku.  Dan kali ini aku tau kemana Chanyeol akan membawaku, yaitu pulang.

Selama perjalanan, Chanyeol hanya diam. Benar-benar diam.

Sering kali aku melirik untuk melihat keadaannya. Jujur saja, dia yang sekarang ini jauh membuatku khawatir.  Karena kondisi Chanyeol tidak baik.  Sedangkan perjalan masih 2jam lagi.  Di keadaan malam hari dan salju yang turun.

Semoga tidak terjadi apa-apa.

Untuk mengajaknya bicara,  aku merasa antara berani dan tidak.  Entahlah...

Aku merasa bingung.

"kita bisa berhenti jika kau lelah,  yeol. Jangan memaksakan dirimu".

Ucapku pada akhirnya.  Sungguh aku sebenarnya takut pada banyak hal. 

Dan ini adalah pertama kalinya Chanyeol mendiamkan ku seperti ini.

Bahkan hingga kami sampai di halaman flat,  Chanyeol tetap diam meski kami kini berjalan beriringan menuju flat.

Dan yang membuatku bingung adalah, ketika aku masuk kedalam,  Chanyeol hanya berdiri diam di depan pentu.  Membuatku harus berbalik.

Hah...  Tolong jangan seperti ini. Kau benar-benar membuatku merasa buruk.

"Kenapa diam disitu?  Masuklah.  Kau sudah lelah dengan perjalan panjang tadi". Ucapku namun dia hanya diam dan menatap lantai.

Dia benar-benar membuatku khawatir.  Aku pun mendekat padanya.

"Chan-"

"Maafkan aku".

Aku mengernyit.  Ketika dia memotong ucapanku dan langsung mengatakan maaf.

Sepertinya dia benar-benad frustasi dengan dirinya sendiri.  Dan aku lah penyebabnya.

Jujur saja,  aku tidak ingin Chanyeol memikirkan ini sekarang.  Dia sudah cukup lelah dengan perjalanan dan perasaan rumitnya.  Tidak bisa kah dia melupakannya sejenak dan istirahat?

"Sudahlah.  Jangan membahas ini dulu. Is-

"Bagaimana aku bisa melupakan ini?  Aku melanggar janjiku.  Dan aku melukai mu".

Lagi.  Ini lah yang kurasakan lagi padamu yeol.  Ketulusan. 

Kau merasa bersalah,  merasa melukai ku dan meminta maaf karena melanggar janjimu yang tidak akan menciumku lagi.

Apa kau bodoh?

Bukan aku yang terluka disini.

Tapi kau.

Jauh terluka daripada diriku.

Dan aku,  benar-benar tidak ingin Chanyeol terus menerus dalam keadasn ini.  Setidaknya.  Bisakah dia istirahat dulu?

Aku ingin dia tidur dan istirahat dan melupakan hal ini untuk sejenak.

"Baiklah,  dengarkan aku. Le"

"Tidak".

Dia memotong perkataanku lagi.  Hah... Ini benar-benar membuatky gila.

"Kau lah yang harus mendengarkan ku, Jongin".

Dan aku terdiam.

Mungkin,  nada itu terdengar kasar.  Tapi aku tidak sebodoh itu.  Chanyeol terdengar sangat menyesal dan mengatakannya penuh dengan permohonan.

Dan tidak ada yang bisa ku lakukan selain menatap sedih padanya.

Aku yang membuatnya seperti ini.

Aku yang melukainya sejauh ini.

"Mungkin... Sudah sejak pertama kali aku menciummu saat itu,  kau sudah ingin menjauh dariku.  Kau membenciku,  karena aku...".

Sial!  Kenapa kau harus berpikir seperti ini!?

"menyimpang.  Karena aku..."

"Berhenti bicara dan tidurlah". Ucapku dengan tegas.  Bagaimans aku bisa membiarkan ini?  Aku tidak bodoh untuk bisa melihat kesulitan Chanyeol yang mengatakan kebenaran jika dirinya seorang 'gay'.

Dia sudsh terluka cukup jauh.

Dan bahkan... Kau tidak tau jika aku juga gay. 

"Tolong dengarkan aku.  Untuk kali ini saja,  Jongin".

Siapa yang mau mendengarkan mu jika kau terlihat begitu terluka seperti ini, sekkia!?

"kali ini saja.  Kumohon dengarkan aku".

Aku tidak bisa mendengar kata memohon itu lagi.  Karena itu terlalu menyakitkan.  Dan terpaksa aku membiarkannya dan diam.

"Ku pikir...aku mungkin sudah sangat menjijikkan bukan?". Lanjutnya dengan senyum yang menertawakan dirinya sendiri.

"Kau tau? Aku sangat menyayangimu.  Aku ingin menjadi seseorang yang selalu untukmu.  Tapi sebagai teman,  sahabat.  Aku senang dan bahagia ketika kau menerimaku sebagai temanmu.  Tapi...aku merusak semuanya".

Sampai kapan aku harus menahan rasa untuk membungkammu dan berteriak jika semua yang kau pikirkan itu salah!?

"Perasaanku,  merusak semuanya.  Aku membuatmu tidak nyaman denganku dan melukaimu.  Karena perasaan ini,  aku melakukan hal bodoh padamu.  Itu sangat menjijikan bukan?".

Sial...jika terus begini aku sangat ingin mati.

"Aku... hanya ingin kau tidak sendiri dan memiliki temanmu.  Aku ingin kau tersenyum. Dan aku... Minta maaf karena melakukan hal bodoh padamu.  Tapi... "

"Jika kau ingim aku pergi...  Aku akan pergi. Tidak apa... aku tidak menemui lagi.  Dengan begitu kau tidak perlu menahan rasa risihmu padaku atau mungkin rasa lainnya yang mengganggu karena kehadiranku.  Aku hanya... tidak ingin melukaimu lagi karena aku yang seperti ini".

"bodoh".

Dan aku melihat nya yang menatap padaku dengan matanya yang menahan air mata dengan tatapan seolah bingung.

"Memang siapa kau yang berani memutuskan apa yang akan lakukan?".

Dan tatapan bingungnya terlihat semakin jelas.  Aku tidak perduli. Aku muak padanya,  aku muak pada diriku sendiri dan aku muak pada semuanya.

Semua perasaan dan semua ini...  Benar-benar membuatku merasakan perasaan yang membingungkan dan membuatku sangat frustrasi.

"SIAPA KAU YANG BERANI MENILAI APA YANG KU PIKIRKAN?!".

"Jongin,  aku tidak-".

"Darimana kau tau aku akan menyuruhmu pergi?! Darimana kau tau akan berpikir aku terganggu denganmu?!  Dan darimana kau tau jika aku berpikir kau melukaiku!?  Eo!?  Dari mana semua omong kosonf itu?!  Kau pikir kau siapa bisa menilai jika aku memiliki pikiran itu?!".

Sial... Aku benar-benar meluapkan semuanya begitu saja tanpa terkontrol.

"a-aku hanya... "

"kau benar-benar banyak bicara Yeol. Aku benar-benar muak denganmu".

Aku tidak perduli jika dia menyalah artikan kalimatku. Tapi yang jelas,  aku muak padanya yang seperti saat ini.  Bukan pada 'dirinya'.

Dan aku pun menariknya.  Aku tau ini gila,  tapi aku benar-benar membawanya pada sebuah ciuman.  Tidak,  buka ciuman dengan lidah.  Hanya ciuman bibir,  yang saling menempel satu sama lain.

Tidak lama,  dan aku pun menjauhkan diriku.  Ketika aku membuka mataku,  aku melihatnya yang terdiam terlihat terkejut.

Tentu saja,  ini semua sangat mebgejutkan.  Dan aku ingin melakukan sesuatu. Dan aku sudah memikirkannya dengan panjang jauh kedepannya.

"Kau mencintaiku kan?".

Dan aku hanya melihat matanya yang menahan air mata bergerak tak tentu ketika menatapku. Seolah bingung.

"lupakan semuanya.  Lupakan semua tentang apa yang salah.  Lupakan jika kita adalah dua orang laki-laki yang seharusnya tidak seperti ini.  Lupakan semua anggapan dan kekhawatiranmu ttg apa yg kupikirkan.  Dan lupakan semuanya".

Aku tau ini mungkin salah,  tapi...

Aku harus melakukannya.

"setelah semua itu,  apa yang kau lakukan?  Katakan apa yang kau lakukan".

Dan aku melihat semua kebingungan dimatanya.  Keraguan dan ketakutan. 

Tentu saja aku tau apa yang ingin chanyeol lakukan.  Tapi ini adalah hal baru bagi Chanyeol. Dia takut salah dan berakhir melukai dirinya sendiri dan diriku.

"Geunyang malhaeba (katakan saja)".

Hanya keterdiamannya yang terlihat ragu yang kini kurasakan.  Tapi aku menunggunya.

"Aku... "

"ingin melakukannya denganmu,  Jongin".

Dia bahkan mengatakannya tanpa menatapku karena takut.

"Kalau begitu lakukan".

Dan saat itulah aku melihatnya yang terkejut menatap tidak percaya padaku.

"Lakukan saja.  Lakukan apa yang kau inginkan". Ucapku lagi saat melihat keraguan dimatanya.

"tapi-"

"Hanya ada kita.  Dan aku tidak akan membencimu setelah apa yang kau lakukan.  Lupakan semuanya dan lakukan apa yang kau inginkan".

"Tapi aku... "

Terlalu banyak keraguan dan ketakutan dalam dirinya.  Dan pada akhirnya,  aku lah yang melakukannya lebih dulu.  Menariknya dan membawanya kedalam ciuman.

Aku bisa merasakan dengan jelas tubuh Chanyeol yang menegang karena terkejut.  Tapi aku tidak berhenti.  Aku terus melakukannya,  hingga semua kini Chanyeol lah yang mendominasi.

Berawal dari keraguan,  dia mulai berani dan terlihat menggebu. Aku tau,  dia tengah dalam puncak rasa dan emosinga saat ini.

Mungkin aku akan terluka beberapa kali,  tapi... aku tidak akan membiarkan Chanyeol berhenti.

Ada sesuatu yang ingin ku sampaikan padanya setelah semua ini.  Dan hanya dengan cara inilah Chanyeol akan mengerti nantinya.

Hanya dengan cara ini,  aku tidak akan melukai Chanyeol lebih dalam lagi.

Bahkan hingga kami telah berada di kamarku,  aku semakin bingung dengan Chanyeol. 

Semakin lama Chanyeol menciumku semakin kasar.  Aku tidak tau kenapa dengannya.  Tapi dia terlihat sangat frustasi.  Tapi tetap saja apa yang dia lakukan sangat menyakitkan.

Sial,  aku merasa lidahku berdarah.  Bahkan ketika aku terjatuh di atas tempat tidur,  Chanyeol kembali menciumku.

Tidak ada jeda,  sangat kasar dan terlalu lama..

Apa yang terjadi padanya!?

Brengsek,  apa dia gila!?

Namun saat aku akan mendorong dan mulai berontak,  dia tiba-tiba berhenti.

Tentu nafas kami sangt berantakan,  aku tidak tau Chanyeol bisa segila ini.  Tapi...

Aku mungkin akan marah padanya beberapa detik yang lalu tapi...

Tidak tau kenapa...

Aku justru bingung dengannya yang kini diatas tubuhku justru menundukan kepalanya.

Dan entah berapa kali aku merasa bersalah dan merasa sangat jahat pada Chanyeol,  tapi...

Saat mendengar isakannya yang tiba-tiba dan air matanya yang jatuh padaku, membuatku merasa....

Apa...

Kenapa...

Ap-

Apa yang ku lakukan?

Kenapa aku...

Apa yang ku lakukan?  Kenapa aku membuatnya orang ini menangis lagi?

Apa yang salah denganmu kim jongin!?

"andwe".

Aku menatapnya,  suaranya...

Suaranya bahkan ribuan kali lebih menyakitkan.

"aku... ".

Dengan sangat jelas.  Aku bisa melihat dan mendengar Chanyeol yang menangis dan terlihat sangt sulit mengatakan apa yang ingin dua katakan.

Dia berusaha mengatakan sesuatu aku bisa merasakan itu.  Tapi... Dia terlihat sangat frustasi dan menangis,  dengan terus berusaha mengatakan sesuatu.

Dan semua yang ku lihat,  membuatku dapat merasakan,  bagaimana terlukanya Chanyeol didalam sana.

"tidak bisa melakukannya.  A-aku tidak bisa melakukannya.  Tidak bisa, Jongin.  Aku tidak bisa. Mianhae, jeongmal mianhaeseo... Mianhae,  aku tidak bisa".

(bgm : universe (instrumental) - EXO)

Entah sejak kapan,  aku mengalirkan air mata.  Melihat dan mendengar Chanyeol terus menangis dan terus menggumamkan kata-kata yang sama tanpa henti.

Dan aku tidak menyangka jika aku...

Melukai orang yang kusayangi lagi hingga seperti ini.

Tapi...

Aku sudah tau ini akan terjadi.  Aku tau chanyeol tidak bisa melakukannya.  Karena...

Karena masih ada kebenaran dalam hatinya.

"sekarang.... Kau mengerti bukan?".

Dan aku mendapati tatapan matamya yang penuh dengan air mata. Dia menatapku dengan penuh pertanyaan dalam sirat matanya.

"Karena semua ini salah,  karena dalam dirimu tau akan hal itu,  dan karena itulah... Kau tidak bisa melakukannya".

Aku melukaimu sangat dalam bukan?

"Kau mungkin berpikir,  perasaanmu pada yang ada disini". Ucapku dengan menyentuhkan kepalan tanganku pada dada Chanyeol.

"adalah perasaan suka,  atau mungkin cinta.  Benar,  mungkin kau merasakan hal itu.  Tapi... Itu bukan perasaan cinta yang sebenarnya dan bukan yang benar, Yeol".

Aku menatapnya yang terus menatapku dan memberikan senyum kecil padanya.

"Aku senang dan bahagia, kau menyayangiku sedalam itu. Tapi... Aku akan jauh lebih bahagia,  jika kau menyayangiku sebagai teman, sahabat atau saudaramu.  Karena,  kita akan tetap bahagia,  tanpa ada rasa yang salah saat merasakannya dan tidak ada batasan ketika kita bahagia dengan hubungan pertemanan itu,  right?".

Dan aku dapat melihat air mata Chanyeol yang hanya tinggal sisa air mata.  Karena ia terlihat tidak lagi menangis, tapi tatapannya tidak berpindah sama sekali dariku.  Seolah mendengarkanku dengan sepenuh hatinya.

"Kau tau,  bagaimana bahagianya diriku saat kau mengatakan tidak bisa melakukannya?  Itu karena... Didalam dirimu,  masih kebenaran".

"Karena itulah... Jangan turuti perasaan salah itu, yeol.  Lawan dia.  Kau pasti bisa,  karena aku percaya padamu.  Kau harus bahagia dengan wanita yang cantik,  anggun,  tinggi,  mandiri,  baik hati...singaktnya,  seorang wanita yang pantas untukmu.  Bangun hubungan dengannya,  bangunlah sebuah keluarga,  cinta dia dengan tulus dan juga cinta keluarga kecilmu nantinya.  Hm,  seperti itu.  Hiduplah seperti itu.  Bahagia dan sukseslah.  Itulah yang seharusnya kau lakukan dan kau terima".

"aku tahu... "

Suaranya mungkin serak,  tapi tidak seburuk sebelumnya.  Dan lagi lagi,  dia bicara tanpa menatapku dan menunduk.

"aku tau ini salah,  tapi... semua rasanya sangat sulit ketika aku memilih apapun,  Jongin".

"Tidak begitu sulit,  jika kau melihat mana yang jauh lebih baik, Yeol".

Lagi...  Dia menatapku dengan mata sendunya.

"Ketika kau memilihku dengan jalan itu,  kau hanya mendapatkan satu kebahagiaan.  Yaitu perasaanmu yang terpenuhi.  Tapi... Bahkan,  ketika itu hanya 1 kebahagiaan,  itu bahkan salah.  Kau tidak bisa mendapatkan hal lain selain itu.  Tapi... Jika kau memilih jalan lain,  kau akan terluka karena perasaan itu tidak terpenuhi.  Jangan egois,  yeol.  Jangan hanya memikirkan kepuasan perasaan salahmu saat ini.  Pilihlah jalan lain, meski itu terasa sulit saat ini.  Tapi...  Percayalah,  semua akan lebih mudah dan indah pada waktunya.  Percayalah akan hal itu".

Aku melihatnya yang hanya diam.  Tanpa memindahkan tatapannya padaku.  Hanya terus seperti itu. 

"Apa semua akan baik-baik saja?".

Dia terdengar benar-benar sangat takut dan khawatir.  Aku tahu kekhawatiran apa yang chanyeol takutkan.

Dan aku tersenyum padanya.

"Aku janji,  semua akan baik-baik saja.  Hubungan kita akan baik-baik saja setelah ini.  Tidak ada yang berubah. Dan aku,  aku sangat percaya padamu.  Kau pasti bisa melakukannya.  O?". Ucapku dengan senyum dan kalimat pasti yang membuat tekat dalam hatinya terbangun.  Ya,  setidaknya aku berusaha untuk itu.

"Tapi aku sudah melakukan semua ini padamu.  Aku-"

"aiish jinja,  jangan mengatakan hal yang membuatku harus membuat janji lebih banyak lagi.  Kau pikir satu janji itu mudah?".

Aku memakinya,  tentu saja bukan dengan arti yang sebenarnya.  Aku hanya membuatnya lebih ringan karena dengan seperti ini,  aku bisa menunjukkan jika tidak akan ada yang berubah. 

"Kau saja yng buat janji sendiri pada dirimu,  jangan aku...  Aku tidak mau".

Lagi aku bertingkah seolah marah.  Tapi aku yakin,  Chanyeol tau maksudku.

Dan tiba-tiba,  aku merasakan pelukannya.

"Terima kasih.. Dan,  maafkan aku".

Aku hanya menatap langit-langit kamarku.

"kau pikir tubuhmu lebih kecil dari tubuhku bukan?". Gumamku.  Dan itu... Hanyalah sebuah gumaman tanpa arti.

Dan aku membalas pelukannya.

#Author's

Di tempat lain,  mungkin tepatnya disisi lain di luar flat Jongin.  Eunha terlihat terdiam tak percaya dengan apa yang terjadi.  Berdiri di tangga dengan tubuhnya yang terlihat telah dari atas.

Gadis itu terdiam disana.  Dengan semua ekspresi tidak percaya dan sulit percaya.

Setelah pulang dengan Sehun,  Eunha langsung pulang saat itu.  Tapi,  bukan kerumahnya melainkan ke flat Jongin yang telah lama ini ia ketahui dan selalu ia awasi. 

Ia pikir setelah berpisah dari Sehun dan langsung menuju flat Jongin ia bisa memaki laki-laki itu dan menodorongnya menjauh dari kehidupan Sehun.

Tapi...

yang ia dapatkan adalah sesuatu yng konyol dan gila.

Benar, ketika awal Jongin dan Chanyeol tiba di flat,  mereka bicara dan ciuman dipintu itu. Eunha melihat semua itu.  Karena saat itu Eunha menaiki tangga dan akan melabrak Jongin,  tapi adegan yang menurut Eunha gila itu mebghentikannya.

Bahkan sejak tadi Eunha masih dengan ekspresi tak percaya. Ketika ia menuruni tangga pun,  ia sedikit goyah.  Karena kegilaan didepan matanya.

"Apa dia sudah gila?" Ucap Eunha tak percaya.

"Ah,  astaga...  Ini sangat tidak lucu sama sekali".

Eunha tertawa, tawamya terdengar aneh karena tawa itu mengisyaratkan tawa singkat yang tidak percaya dengan apa yang terjadi.

.

.

.

.

.

Tbc.....

__________________________________




Continue Reading

You'll Also Like

Fantasia By neela

Fanfiction

1.6M 5K 9
⚠️ dirty and frontal words 🔞 Be wise please ALL ABOUT YOUR FANTASIES Every universe has their own story.
166K 14.2K 79
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
128K 21.6K 41
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
924K 8.8K 17
Sebelum membaca, alangkah baiknya kalian untuk follow akun wp gw ya. WARNING!!!🔞 YANG GAK SUKA CERITA BOYPUSSY SILAHKAN TINGGALKAN LAPAK INI! CAST N...