Naughty Kiss (A & Z) [COMPLET...

By unaisahra

458K 31.1K 7.5K

Cerita amburadul wkwkwk . . . . . . . Blue eyes. Pecicilan, penuh percaya diri, suka bikin rusuh, cerewet, su... More

1 : Satu kecupan
2 : Bertemu Mommy Prilly
3 : Zia
4 : Nantang Kak Aldo
5 : What?!
6 : Anive
7 : Kiss ๐Ÿ’‹
8 : Cerita Cinta Mommy
9 : Posisi Bahaya
10 : Casting
11 : Hadiah dari kak Aldo
12 :
13 : Full Drama Musical
14 : A&Z
15 : Serangan kak Aldo
16 : Di culik?
17 : Dia
18 : Full A & Z
19 :
20 : Makan Malam 1
Apa apa aja
21 :
22 :
23 :
24 :
25 : AylaView
26 : sandaran hati
27 : Camping
nyengir
28 : Camping 2
29 : A
B : Pernyataan.
30 : Topikir
31 :
32 : Masha
33 : Antara
35 : Queen
36 : Akhir
EXTRA PART A
Numpang Lewat
EXTRA PART B
EXTRA PART C (bag 1)
bag 2
wait
Extra D
Special part

34 : Haruskah?

5.4K 622 227
By unaisahra

Holllaaa lama yee,,,

Namanya juga IRT, pasti cibuuukk 😆

Oke, part ini pendek. Kalian jangan protes ye. Soalnye mentoknya cuma ampe sini doank, udah. Gak bisa nambah apalagi nambah nasi. Beras mahall cuyy *ehh 😂

Oya, part yang sebelumnya kok bnyk yang gak ngeh siee???
Padahal yang nabrak Zia udh jelass siapose keleus... -_-

And Warning! Beberapa part lagii ending 😆😆😆😆👏👏👏 *ahaayyydeiii

Teruuusss mw bkin crt baluuu lagii.... 😀😀😀

Udeh ah, yoookkk langsung saje.

BEKICOT!!!

Eeeehhh salah 😂

Maksudnyee👇

CEKIDOT !!!



💊💊💊💊💊💊💊💊💊🔫



Cindy mengalami gangguan psikis dan nyaris gila semenjak insiden pengusiran dari rumah enambelas tahun yang lalu.

Tidak ada yang tahu. Selama ini Cindy mengkonsumsi pil-pil itu agar ia dapat terlihat normal di depan orang-orang. Ia bahkan memiliki psikiater pribadi yang menjadi tempat konsultasinya namun ia tak pernah menerima saran  psikiaternya sekaligus temannya itu.

Marco, sudah sepuluh tahun ini berprofesi sebagai psikiater Cindy, setelah sempat dia mendekam di penjara akibat menculik mantan pacarnya. Namun, setelah tiga tahun menghuni jeruji besi, Marco menyadari kesalahannya. Bahwa cintanya sudah tidak ada harapan lagi. Ia lantas merelakan dan memilih melanjutkan hidupnya dengan normal. Hingga kini ia berhasil menjadi psikiater pribadi, menggantikan kakaknya yang lebih dulu menjadi psikiater Cindy.

Hanya Marco, seseorang di dunia ini yang tahu bagaimana Cindy. Si keras kepala yang memiliki obsesi tinggi, namun hatinya sangat rapuh, kosong, dan sepi. Otaknya mendoktrin bahwa kehancuran hidupnya adalah kesalahan putrinya yang tak tahu apa-apa.

Meski sekeras apapun Cindy berusaha menaruh kebencian pada Zia, Cindy tetaplah Cindy. Seorang wanita yang dulu pernah menjadi gadis polos yang ceria. Cindy terlalu memaksakan hingga membuat fisiknya lelah. Karena sebab itu ia hanya mampu pulang kerumahnya satu pekan sekali. Melakukan ajang balas dendamnya yang sudah mengeblock otaknya. Menuntaskan rasa sakit hatinya akibat gagal mendapatkan cinta dan kebencian orang tuanya terhadapnya.

Namun siapa sangka, setelah ia berhasil menaruh bekas di tubuh putrinya, ia bergetar ketakutan. Menangis sepanjang malam karena perbuatannya. Bahkan, jika Marco tidak memberi obat penenang, tubuh Cindy sudah penuh luka akibat kuku-kuku tajamnya melukai kulitnya.

Berulang kali Marco mengingatkan agar Cindy menghentikan semua itu. Karena bagaimanapun, Zia adalah darah dagingnya. Bahkan Marco bersedia mengadopsinya dan merawatnya dengan baik.

Tetapi si keras kepala malah mengamuk. Zia tidak akan ia lepaskan untuk siapapun, hanya ia yang boleh menyakitinya. Cindy sudah terlanjur tidak bisa berhenti.

Lain di mulut lain di hati.

Jangan lupakan Marco yang berprofesi sebagai psikiater. Marco tahu, sangat tahu. Jauh dari lubuk hatinya yang terdalam. Bukan itu keinginan Cindy. Cindy hanya takut, takut kehilangan. Karena hanya gadis itu satu-satunya yang menyayanginya tanpa peduli dia di sakiti. Sesakit apapun yang ibunya beri, Zia tetap menyayanginya dengan tulus.

.

Marco menunggu Cindy yang terbaring di ranjang kamar apartemennya. Selang infus terpasang di tangannya. Matanya masih tertutup rapat.

Khawatir. Marco sangat khawatir karena kejiwaan Cindy semakin memburuk. Marco takut kalau Cindy sampai benar-benar gila. Cindy terus mengamuk dan menangis tanpa ia tahu apa penyebabnya. Ini sudah berlangsung selama tiga bulan. Cindy sama sekali tidak keluar dari apartemennya. Wanita itu sama sekali tidak bisa di ajak komunikasi. Cindy akan terus memeluk Marco dan menangis jika Marco mendatanginya.

Dan parahnya, Cindy mencoba bunuh diri dengan cara memutus urat nadinya. Beruntung saat itu Marco datang tepat waktu, dan Cindy bisa di selamatkan.

"Marco,"

Marco langsung mengangkat kepalanya ketika mendengar namanya di sebut. Lantas ia bergegas dari kursinya, memilih duduk di tepi ranjang.  Senyumnya mengembang, tangannya terulur mengusap pucuk rambut Cindy. "Akhirnya kamu bangun juga,"

Air mata Cindy kembali mengalir. Buru-buru Marco menghapus air matanya.

"Aku jahat ya?" pertanyaan itu tiba-tiba meluncur dari mulut Cindy.

Kali ini Marco tidak bisa menjawab. Ia memilih diam dan mendengarkan saja. Karena ia tahu, Cindy lebih dari kata jahat.

"Aku keterlaluan,"

"Aku, emang kaya iblis."

"Aku.... Tak termaafkan."

"Dosaku terlalu banyak."

"Aku nyerah, aku ngaku. Kalau aku-- aku..... takut kehilangan Zia."

"Ko, katakan sesuatu. Aku harus bagaimana!" jeritnya frustasi. Kedua tangannya menjambak rambutnya. Ia kembali menangis histeris.

"Cindy!" Marco menahan tangan Cindy yang mulai bergerak brutal.

"PERGII KO!! PERGI!!! AKU GAK PANTAS PUNYA TEMAN! HARUSNYA KAMU BIARIN AKU MATI! BIARIN AKU MEMBUSUK! AKU GAK PANTAS HIDUP! TANGANKU AKAN TERUS BERBUAT DOSA!!!"

"Cindy, tenang please!" Marco memeluk Cindy yang masih terus berontak.

"PERGI!! PERGII!!!"

"CINDY TENANG!" kali ini Marco membentak, dan tubuh Cindy seketika meluruh. Tangisan Cindy melirih, berganti dengan isakan yang terdengar menyayat hati.

Marco bisa merasakan bagaimana sakitnya Cindy. "Katakan Cind, kamu kenapa? Apa yang buat kamu seperti ini?"

"Hiks... Aku--- aku... Na-na-brak Zi-Zia."

🌸🌸🌸


"Kak, aku boleh pergi?"

"Selamanya kamu nggak akan aku biarin pergi!"

Kedua bibirnya cemberut. "Yah, aku capek kak. Masa tiduran terus sih,"

"Ya gak papa, kan aku temenin." Aldo menarik pinggang Zia agar merapat pada tubuhnya.

"Mau makan masa gak boleh sih?" masih protes.

"Kalo kamu laper, kamu bisa makan aku sepuasnya." ujarnya menggoda. Satu matanya mengedip genit.

Zia sontak terbahak, tangannya memukul bahu telanjang Aldo. "Sejak kapan sih kak Aldo jadi genit,"

"Sejak kamu di hatiku," sahutnya ngegombal.

"Kok gemeshin ya?" Zia mencubit pipi Aldo sambil menggerakan kekanan dan kekiri.

Aldo tersenyum menikmati. Satu tangannya yang berada di punggung Zia mulai merambat masuk ke dalam punggung Zia yang hanya terlapisi tangtop.

Perlahan mulai naik, hingga menimbulkan sensasi aneh pada tubuh Zia.

"Ka--kak... "

"Hm?" Mata Aldo mulai sayu.

Tangannya semakin bergerak menggoda, membuat kedua tangan Zia semakin mengerat pada bahu Aldo.

"Ayo kita lakukan,"

"Ta-tapi kak,"

"Aku-- tidak bisa menahannya lagi Zi," suara Aldo mulai memberat. Matanya sudah di penuhi kabut gairah.

Walau sedikit takut, akhirnya Zia mengangguk. "Baiklah."

Tanpa menunggu lama, Aldo langsung menggulingkan tubuh Zia menjadi di bawahnya. Melumat bibir gadisnya yang sudah menjadi candu.

Keduanya saling bergulat dengan panas di atas ranjang. Satu persatu penghalang tubuhnya telah lolos hingga tak sehelai benangpun yang tersisa.

Lantas Aldo menarik selimutnya sampai menutupi seluruh tubuh mereka berdua. Aldo mulai bergerak erotis di atas Zia. Desahan dan geraman kenikmatan mengiringi kegiatan mereka berdua.

Semuanya terasa nyata.

"Bangun bang!"

HAH!!

Aldo terlonjak dari tidurnya.  Matanya langsung terbuka lebar dan menegakkan tubuhnya. Nafasnya terengah. Keringat membasahi dahinya. Tubuhnya serasa lelah bercampur puas.

Pandangannya beralih pada tubuh gadis yang masih terbaring dengan selang dan kabel yang menempel di tubuhnya.

Aldo menggeram dalam hati. Shit!! Dalam keadaan seperti ini sempat-sempatnya gue mimpi kayak gitu.

"Kenapa bang? Mimpi buruk?"

Suara Delio menyadarkan Aldo. Lantas ia menoleh pada adiknya yang duduk di sofa, menyalakan televisi.

"Bisa di katakan buruk," jawab Aldo setelah berhasil mengumpulkan nyawanya.

Buruk untuk diriku yang menginginkan tubuh Zia. Damn! Sialan lo do!

Delio mengangguk. "Mandi gih, biar fresh."

"Om Mark belum kesini?" tanya Aldo tiba-tiba.

"Udah, lagi cari makan buat kita. Tadi datengnya pas lo masih tidur."

Aldo ber-oh saja. Lantas ia melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan badan plus otaknya yang mulai geser.

Hell?

Aldo butuh air dingin.

Bisa-bisanya ia memimpikan adegan erotis bersama Zia yang sama sekali belum pernah mereka lakukan. Kegilaan macam apa ini? Sungguh memalukan.

Huh!!

Aldo membuang nafasnya kasar. Ia guyur kepalanya di bawah sower dengan air dingin. Otaknya butuh di dinginkan agar kemesumannya menyurut.

Apa karena sudah tiga bulan ini Aldo tidak menyentuhnya? Hingga ia membayangkan di alam mimpi. 

Shit!

Aldo membenturkan kepalanya ketembok.

Tiga bulan?

Mungkin bagi orang lain waktu tiga bulan bukanlah apa-apa, tapi itu tidak untuk Aldo. Tiga bulan tidak melihat senyum dan mendengar suara kekasihnya adalah waktu terlama.

Sampai kapan?

Sampai kapan ia harus menunggu Zia untuk membuka matanya?

Apa gadisnya terlalu betah di alam bawah sadarnya. Karena di tempat itu dia tidak merasakan sakit. Baik fisik maupun batin.

Zi, aku kangen. Please, jangan biarkan aku gila.

Air mata Aldo mengalir bersamaan dengan aliran air dari sower.

Tidak ada yang tahu. Selama Zia di nyatakan koma, Aldo selalu menyembunyikan tangisnya. Aldo bisa bersifat tegar di depan orang-orang, hanya saja ia lebih menjadi pendiam. Yang membuat orang tuanya dan adiknya khawatir. Karena pendiam yang seperti itu yang lebih membahayakan. Emosinya bisa meluap sewaktu-waktu. Tinggal menunggu saja, kapan Aldo akan meluapkannya.

Sesuatu yang membuat Aldo benci.  Ia tidak bisa berbuat apa-apa, saat ia tahu siapa yang sudah mencelakai Zia.

Sempat terjadi perdebatan kecil antara Mark dan Aldo, yang jelas di menangkan oleh Aldo. Aldo lebih tahu bagaimana Zia menyayangi wanita sialan itu. Pasti Zia tidak akan membiarkan ibunya di sakiti walaupun ia sendiri sekarat karena perbuatan wanita yang ia sebut ibu. Kali ini mereka harus menahannya. Menahan memberi tindakan pada Cindy.

Perihal Mark. Aldo, Delio, Ali, dan Prilly sudah tahu semuanya. Mark sudah menceritakan semuanya dari awal dia berada di indonesia. Dan bagaimana cara dia mengawasi putrinya.

Awalnya mereka tidak percaya. Karena itu sangat mengejutkan dan sulit untuk di percaya. Siapa yang tidak terkejut saat ada seseorang yang tiba-tiba mengaku sebagai ayahnya Zia. Sedangkan selama ini dia tidak pernah menampakan batang hidungnya. Dan sekarang, dia mengaku-ngaku sebagai ayahnya?

Hingga akhirnya Mark menunjukan bukti DNA dan meminta bantuan Max dan Marsya untuk menjelaskan. Dan akhirnya merekapun dapat mempercayainya. Bukti itu sudah lebih dari kata kuat. Bahwa Mark memang benar-benar ayahnya Zia. Dan mereka baru sadar, nama belakang mereka sama.

🌸🌸🌸

"Bagaimana ujianmu, do?" Mark bertanya di sela makannya.

Aldo menghentikan kunyahannya sejenak. "Alhamdulillah om, bisa ngerjain."

Mark mengangguk dengan senyum tipis. Tiga bulan saling mengenal belum bisa membuat mereka akrab. Suasana masih terasa canggung jika mereka tinggal berdua.

Akan tetapi berbeda dengan Delio. Mark bisa berkomunikasi layaknya teman. Bercerita banyak hal tentang Zia. Mark bahkan sampai tertawa mendengar cerita Zia dari Delio.

Semua orang pasti tahu, bagaimana sifat Gerald bersaudara itu. Mereka memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Aldo si pendiam dan terkesan tidak ramah, sementara Delio si cerewet dan sok kenal. Oleh sebab itu, Mark lebih akrab dengan Delio di banding Aldo.

"Eum.... Om mau bilang kalau om sangat berterimakasih sama kamu." ujar Mark dengan nada hati-hati. Seolah ada maksud di balik ucapannya.

Aldo merespon dengan kedua alis yang bertaut. "Untuk?"

Mark melirik Zia sejenak sebelum kembali memusatkan perhatian pada Aldo. "Kamu sudah menjaga Zia dengan baik dan mencintainya."

"Itu sudah menjadi kewajibanku, karena aku sudah memutuskan untuk mencintainya. Om tenang saja, aku nggak akan membuat Zia menangis lagi." jawab Aldo dengan mantap.

Mendengar jawaban Aldo, Mark nampak resah dan penuh rasa bersalah.

Apa ia tega?

Tapi, ini sudah menjadi keputusannya. Ini juga demi keselamatan putrinya. Lagi pula mereka masih terlalu muda untuk mengikat komitmen. Petualangan mereka masih panjang. Tidak tahu apa yang terjadi setelahnya. Entah setahun, dua tahun, atau lima tahun, dan seterusnya, apakah masih sama atau tidak. Semuanya tidak bisa di atur semau kita. Karena takdir sudah ada yang menentukan.

Mark yakin, jika mereka berjodoh, pasti mereka akan bertemu. Ibarat ikan laut yang bertemu dengan masakan ibu, jodoh tidak mungkin salah kirim.

"Kenapa om tiba-tiba tanya kayak gitu?" Aldo menangkap keresahan Mark.

"Ah,,," seketika Mark di landa kegugupan. Lantas ia berdehem pelan dan menggaruk pelipisnya. "Aldo," panggilnya pelan.

Aldo mengerutkan dahinya. "Ya?"

"Sebelumnya om mau minta maaf,"

Aldo diam, memilih untuk mendengarkan.

"Ini sudah om bicarakan dengan Rico---" Mark menarik nafasnya. "Kamu tahu sendiri kan? Tiga bulan ini Zia tidak ada perubahan?"

Aldo menepis perasaan yang tiba-tiba muncul. Tidak, pasti semua akan baik-baik saja.

"Om takut kalau sampai alat-alat itu di cabut dari tubuh Zia,"

Aldo menelan ludahnya. Jantungnya mulai berdetak tak karuan. Perasaan takut kini menyelimutinya.

"Kalian masih terlalu muda, bahkan masih sekolah. Zia juga baru enam belas tahun. Perjalanan kalian masih panjang. Gapailan mimpimu dan cita-citamu. Kalau kalian berjodoh, pasti akan bersatu. Om akan mendukung kalian." Jeda sejenak, "Maaf, karena ini sudah menjadi keputusan om. Om hanya ingin berusaha, semoga Allah memberi kesembuhan pada Zia. Terserah kamu mau menganganggap om tidak tau diri atau tidak punya perasaan. Karena datang-datang sudah memutuskan sepihak. Om hanya ingin Zia cepat kembali. Om harap kamu mengerti."

Aldo terlalu sensitif. Ia dapat menangkap maksud dari perkataan Mark. Aldo merasa, ia akan kehilangan Zia.

"Terus terang saja om," gumamnya terdengar berat. Sendok yang ada di tangannya sampai melengkung karena cengkeram tangan Aldo yang begitu kuat.

Hening,

Satu detik.

Dua detik.

Lima detik.

Enam detik.

Delapan detik.

Dua belas detik.

Hingga detik ke lima belas, Mark mengeluarkan suaranya yang lebih mirip Bom bagi Aldo.

"Maaf, Om akan membawa Zia ke Jerman."

DUARRRR!!!!



#Tbc

Oke, ini part emang gak genah eneud. Semoga ngefeel n nyambung deh.

Ya uda sih, terserah ngana aja. Mau endingnya begimane ya cuka-cuka gue. *songongmintadigiling 😂😂😂

#eaaaakkkk

Eh iya... Babang do mimpi bacahhhh. HAHAHAHAHAHA🐒🐒🐒🐒🐒💧💧💧👄👄👀💪💋👣💃💃💃👙👙🔫🔫🔫🔪🔪🔪💣💣
😂😂😂😂😂
Ampun deh emotnya jadi pengen emut-emut 🙊🙊😂😂😂 *permenmilkita

Continue Reading

You'll Also Like

523K 4K 24
GUYSSS VOTE DONGG ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, ora...
8.7M 107K 43
(โš ๏ธ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”žโš ๏ธ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] โ€ขโ€ขโ€ขโ€ข punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
215K 16K 42
Nara, seorang gadis biasa yang begitu menyukai novel. Namun, setelah kelelahan akibat sakit yang dideritanya, Nara terbangun sebagai Daisy dalam dun...
1.3M 106K 34
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...