Di atas punggung seekor pegasus, Gran pergi ke Semarang. Dia terbang bersama pegasusnya tersembunyi di balik awan-awan putih dan langit yang biru. Terbang setinggi mungkin agar tidak diketahui oleh manusia biasa. Bisa masalah jika manusia biasa melihat seekor kuda terbang yang dinaiki orang misterius. Gran membayangkan bisa-bisa headline koran tertulis, "Pria Misterius dan Kuda Terbang." Media sosial akan dipenuhi hashtag pegasus dan semacamnya.
Saat hari sudah memasuki maghrib, Gran sudah hampir sampai rumah Mieszko. Dia mendarat di sebuah formasi perbukitan di Semarang selatan. Pegasusnya dibiarkan merumput dan mencari air. Rumah Mieszko tersembunyi di dataran tinggi. Sehingga memungkinkan dirinya untuk memelihara dan meneliti hewan-hewan fantastis. Persis seperti yang dilakukan oleh Zax. Menurut peta yang diberikan oleh Zax, Gran semakin mendekati rumah Mieszko.
Tapi semakin mendekati rumah Mieszko, hati Gran semakin penasaran. Suara teriakan, jeritan dan tembakan berdengung membelah udara. Gran tiarap dan mendekat perlahan-lahan. Takut dirinya terkena tembakan atau serangan. Apa yang sebenarnya terjadi?
Melalui semak-semak, Gran melihat apa yang sebenarnya terjadi. Penyerangan Osso di Serpente melawan Mieszko. Ada lambang tulang ular di bahu kanan sindikat. Sindikat Osso di Serpente semuanya memakai celana kain hitam, sepatu hitam, jas hitam, dasi hitam dan kacamata hitam. Semuanya serba hitam khas mafia-mafia. Hanya kemejanya saja yang putih. Beberapa anggota Serpente ada yang manipulator sedangkan yang lain hanya manusia biasa. Jumlah Osso di Serpente jauh lebih banyak dari Scarab Circle.
"Serpente melawan Scarab Circle ...," gumam Gran, "Siapakah yang akan menang?"
Serpente terus mendesak Scarab Circle. Para anggota Scarab Circle terus mundur menuju rumah Mieszko. Beberapa anggota Scarab Circle berjatuhan diberondong peluru dan dihantam oleh pengendalian listrik dan tanah. Tidak hanya pasukan jarak dekat, sepertinya Serpente juga memiliki sniper yang bersembunyi entah dimana. Pagar timur rumah Mieszko hancur diledakkan oleh pengendali api dan pengendali listrik. Bahkan pecahan pagarnya menusuk perut seorang anggota Scarab Circle yang tidak beruntung. Para penyihir dari Scarab Circle kelabakan karena serangan yang kelihatannya mendadak ini. Apalagi kalah jumlah. Seorang rekan Mieszko yang pengendali asap berusaha meladeni si pengendali listrik yang maju membabi-buta. Sementara Mieszko sendiri berhadapan dengan seorang pengendali api.
"Serahkan penelitianmu, Mieszko!!!" kata pengendali api dari Serpente yang Gran mengenalinya sebagai Gyula, "Atau pembantaian ini akan terus berlanjut!!!"
"GODDAMN NEVER, GYULA!!!" tantang Mieszko.
"BANTAI MEREKA!!! AMBIL PENELITIANNYA!!!"
Taman Mieszko kini jadi area pertempuran. Taman luas yang indah, penuh dengan tanaman hijau dan bunga, kini harus luluh lantak karena ulah Serpente. Bahkan Mieszko kehilangan pagar timur rumahnya. Tapi semuanya itu tidak berarti apa-apa. Tidak peduli bagaimana caranya dan berapa pengorbanan yang harus dilakukan, Serpente tidak boleh merebut penelitannya.
"AMBIL SENAPAN MESIN!!!" perintah Mieszko, "BERTAHAN SEKUAT MUNGKIN SAMPAI BANTUAN MUNCUL!!
Sesuai perintah Mieszko, Scarab Circle bertahan sekuat mungkin. Dari jendela dan balkon di lantai dua dan tiga muncul beberapa anggota Scarab Circle dengan senapan mesin. Dengan kombinasi senjata modern dan sihir, para anggota Scarab Circle menembaki Serpente. Senapan mesin memuntahkan peluru-peluru tajam dan para penyihir menembakkan bola api dan listrik. Para Serpente berjatuhan dan mayat mereka saling tumpang tindah. Yang masih hidup segera mencari kover di balik bebatuan taman atau pepohonan. Beberapa dari mereka buru-buru keluar pagar dan bersembunyi di selokan termasuk Gyula. Scarab Circle bersorak dan segera turun dari lantai dua dan tiga. Berniat untuk menyerang balik.
"BRENGSEK!!! JANGAN TURUN!!! JANGAN TURUN!!! KEMBALI!!!" perintah Mieszko, "BELUM SAATNYA MENYERANG BALIK!!! KEMBALI KE POSISI KALIAN!!!"
Beberapa dari Scarab Circle ada yang menuruti perintah Mieszko. Namun ada juga yang masih membandel. Penyesalan langsung datang pada para penyihir yang bandel ini. Serpente menyerang balik dan kali ini dipimpin oleh seorang gadis berambut coklat yang tidak dikenali oleh Gran. Sesuai perintah Mieszko, senapan mesin memuntahkan peluru-pelurunya lagi dan kali ini terfokus untuk melubangi tubuh mungil si gadis. Gadis itu hanya tersenyum melihat peluru-peluru berhenti di udara. Dengan sekali kibasan tangan, peluru-peluru senapan mesin berbalik arah dan menyerang penembaknya secara acak. Meski hanya sedikit yang mati, serangan si gadis pengendali logam ini cukup membuat efek syok pada Scarab Circle.
"Pengendali kristal, ya?" kata gadis pengendali logam yang mengerling ke Mieszko.
"BERTAHAAANN!!!" perintah Mieszko yang tidak mempedulikan ocehan gadis pengendali logam, "SEDIKIT LAGI!!!"
Bagian depan tubuh Mieszko sudah berubah menjadi kristal. Belasan peluru-peluru kecil rontok di dekat kakinya. Mieszko tadi sudah menyadari ketika peluru-peluru berhenti di udara. Karena itulah Mieszko buru-buru mengubah bagian depan tubuhnya menjadi kristal. Tapi tidak semua bagian tubuhnya bisa menahan serangan. Si gadis pengendali logam tersungging melihat kaki Mieszko yang mengalami pendarahan.
"MAAJUUUU TERUUUSSSS!!!" perintah si pengendali logam, "BIARKAN AKU YANG MENGHADAPI MIESZKO!!!"
Tapi keadaan berubah ketika tiga minotaur merangsek keluar dari garasi rumah Mieszko yang besar. Tiga manusia berkepala banteng yang masing-masing membawa kapak besar itu meraung-raung. Dengan tenaga dan kecepatan banteng mereka merangsek menghantam para Serpente. Para Serpente mundur ketakutan sambil menembaki minotaur. Kapaknya yang besar dan tajam diayun-ayunkan ke tubuh musuh untuk memutilasinya. Potongan-potongan tubuh Serpente terlempar ke segala arah. Menerjang seperti truk raksasa yang remnya blong. Para manipulator dari Serpente tidak bisa melakukan apa-apa karena mereka harus bertarung melawan para manipulator dari Scarab Circle. Hanya butuh waktu singkat, lima menit kemudian, Serpente memukul balik Serpente keluar rumah Mieszko. Para mafia lari tunggang-langgang dan menjerit-jerit sambil fokus menghadapi satu ekor minotaur hingga makhluk itu mati. Tak kuasa menghadapi dua ekor minotaur yang lain, para Serpente kembali ke mobil dan kabur. Mieszko mencegah para minotaur yang berusaha mengejar para Serpente.
"Nyaris ... nyaris saja," kata Mieszko. Mieszko adalah seorang yang bermuka seram dan tubuhnya berotot seperti binaraga
"Cepat atau lambat mereka akan kembali," saran seorang berjubah hitam yang berdiri di samping Mieszko, "Bagaimana rencanamu?"
"Kita minta pasukan tambahan. Dari Scarab Circle atau sewa orang. Proyek kita belum selesai."
"Kenapa tidak memindahkan proyeknya saja?"
"Sekarang sudah delapan puluh persen. Jika kita memindahkannya, progressnya turun ... kembali jadi enam puluh persen. Itu melelahkan, memakan waktu dan biaya tambahan. Lagi pula mansionku ini sudah teruji."
"Itu masih lebih baik daripada proyek kita jatuh ke tangan Serpente, kawan. Mungkin lawanmu dulu terlalu lemah."
"Lemah apanya? Dulu beberapa kali Paladin pernah menyerang dan mereka juga mundur. Intinya, kita harus sewa orang, apakah kau punya biaya?"
"Banyak mobil Serpente yang ditinggal. Kita bisa menjualnya. Tapi tetap saja kita usahakan dulu untuk meminta bantuan dari Scarab Circle."
"Ide yang bagus."
"Proyek macam apa?" kata Gran yang penasaran kemudian menggelengkan kepalanya, "Ah, sebaiknya aku fokus dulu ke surat ini."
Mieszko dan beberapa orang Scarab Circle mengangkut mayat-mayat ke dalam rumah. Baik mayat hewan mitologi, mayat Serpente dan anggota Scarab Circle. Lima belas menit kemudian tugas Mieszko baru selesai dan menutup pintu gerbang rumahnya.
Suasana jalan sepi dan Gran mulai keluar dari semak tempat persembunyiannya. Berniat menaruh di depan gerbang rumah, Gran menutupkan tudung ke kepala dan mulai berjalan. Baru ketika sampai di sambing rumah, Gran melihat kamera CCTV yang ajaibnya tidak rusak setelah pertarungan barusan. Karena CCTV kemungkinan bisa mengenalinya, Gran mengurungkan cara ini.
Terburu-buru kembali ke pegasusnya, Gran dua kali jatuh tersungkur karena akar pohon. Tapi Gran tidak peduli. Dia mengambil batu dan mengikatkan ke amplop, buru-buru naik pegasus dan terbang ke ketinggain langit. Begitu sampai beberapa ratus meter di atas rumah Mieszko, Gran menjatuhkan suratnya. Dia langsung pulang setelah misinya selesai.
"Surat apa ini?" tanya Mieszko yang mau memungut surat itu.
"Hentikan!" kata rekan Mieszko sambil mengambil tongkat sihir, "Kuperiksa dulu apakah ada jebakan atau tidak?"
"Terima kasih, kawan. Untung kau mengingatkan. Silahkan periksa."
Rekan Mieszko menembakkan sihirnya ke surat. Setelah beberapa kali tembakan. Rekan Mieszko memberikannya pada Mieszko, "Aman."
"Hmmm," kata Miezko, "Serangan dari Paladin."
Rekan Mieszko tidak menghiraukannya. Dia malah memunguti dua helai buluh putih dari tanah. Matanya mengamati dengan penuh ketertarikan dan menyimpulkannya sebagai elang ptuih.
"Kau berpendapat yang mengantarkan surat ini adalah seekor elang putih?" kata Mieszko sambil meraih bulu itu. Mengamatinya sejenak dan berkata, "Ini bukan elang putih. Ini bulu pegasus. Seseorang baru saja menngendarai pegasus dan menjatuhkan surat ini tepat di atas langit."