[TBS 1] : Everything [COMPLET...

Por LuvenaKei

556K 39.3K 6.5K

[NEW VERSI] [Twin Brother Series : 1] Kesalahpahaman di masa lalu sudah memutar balik keadaan. Angin yang dul... Mais

:: SATU
:: DUA
:: TIGA
:: EMPAT
:: LIMA
:: ENAM
:: TUJUH
:: DELAPAN
:: SEMBILAN
:: SEPULUH
idk.
:: SEBELAS
:: DUABELAS
FY
:: TIGA BELAS
:: EMPAT BELAS
:: LIMA BELAS
note
:: ENAM BELAS
:: TUJUH BELAS
:: DELAPAN BELAS
:: SEMBILAN BELAS
:: DUA PULUH
:: DUA PULUH SATU
:: DUA PULUH DUA
:: DUA PULUH EMPAT
:: DUA PULUH LIMA
:: DUA PULUH ENAM
:: DUA PULUH TUJUH
:: DUA PULUH DELAPAN
:: DUA PULUH SEMBILAN
:: TIGA PULUH
:: TIGA PULUH SATU
:: TIGA PULUH DUA
:: TIGA PULUH TIGA
Baca ya!
🔐
:: TIGA PULUH EMPAT
:: TIGA PULUH LIMA
A/N
:: TIGA PULUH ENAM
:: TIGA PULUH TUJUH
:: TIGA PULUH DELAPAN
:: TIGA PULUH SEMBILAN
:: EMPAT PULUH
PENTING!
:: EMPAT PULUH SATU
:: EMPAT PULUH DUA
:: EMPAT PULUH TIGA
:: EMPAT PULUH EMPAT
:: EMPAT PULUH LIMA
:: EMPAT PULUH ENAM
:: EMPAT PULUH TUJUH
:: EMPAT PULUH DELAPAN
:: EMPAT PULUH SEMBILAN
:: LIMA PULUH
:: LIMA PULUH SATU
:: LIMA PULUH DUA
:: LIMA PULUH TIGA
:: LIMA PULUH EMPAT
:: LIMA PULUH LIMA
:: LIMA PULUH ENAM
:: LIMA PULUH TUJUH
:: LIMA PULUH DELAPAN
:: LIMA PULUH SEMBILAN
:: ENAM PULUH (Bukan Ending)
:: ENAM PULUH SATU (Ending?)
:: Everything
:: EKSTRA PART - 01

:: DUA PULUH TIGA

7.1K 534 148
Por LuvenaKei

Dug! Dug! Dug!

Cowok berambut coklat sedari tadi memantulkan benda bulat berwarna oranye.

Mengisi keheningan di halaman belakang rumahnya, sesekali cowok itu meloncat dengan mudah memasukkan bola basket ke dalam ring.

Lalu men-dribblenya lagi.

Matahari sudah mulai turun namun, cowok itu masih asik dengan bola basketnya.

Di sisi lain seorang cowok yang sangat mirip dengannya berjalan tanpa sengaja melihat saudaranya bermain basket sendirian.

Cowok itu hanya memperhatikan dari kejauhan sesekali tangannya terangkat, meneguk sekaleng soda dingin yang dipegangnya.

Meskipun bundanya sudah melarang Raffa minum minuman bersoda karena tidak baik untuk tubuhnya, tapi tetap saja cowok itu meminumnya dengan alasan ia tidak sering minum soda.

Raffa, cowok itu melangkahkan kakinya menghampiri saudaranya.

Setelah berpikir untuk menghampiri cowok itu atau meninggalkannya sendirian.

Sekaleng soda yang dipegangnya ia letakkan pada meja yang ada di pinggir halaman.

Raffa menangkap bola basket yang baru saja dilempar Farel. Lalu memantulkannya pada lapangan basket yang memang sudah ada sejak mereka kecil.

Farel mendengus pelan, menatap lekat cowok yang kini mengambil ancang-ancang untuk memasukkan bola itu ke dalam ring.

Detik berikutnya bola itu menerobos dan jatuh melewati ring dengan mulus.

Farel baru ingat jika saudaranya, Raffa juga pandai bermain basket.

Farel melangkah maju berusaha merebut bola yang ada di tangan Raffa.

Namun, dengan cepat Raffa memutar badannya membelakangi Farel.

Badan cowok itu sedikit membungkuk memantulkan benda bulat itu pada lapangan.

Farel terus berusaha merebut bola itu dan hanya beberapa detik bola oranye itu sudah ada di tangan Farel.

Senyum tipis, sangat tipis terukir di wajah Farel dan Raffa yang berada dekat dengan cowok itu dapat dengan jelas melihat senyum Farel seketika Raffa ikut tersenyum.

Kedua kaki Farel membuka memantulkan bola itu di depannya.

Raffa yang ada di samping cowok itu menjulurkan tangannya berusaha merebut bola itu kembali.

Tapi Farel sudah lebih dulu memindahkan bola itu dari tangan kanannya ke tangan kiri.

Lalu melompat dan bola itu tepat masuk ke dalam ring dengan gampangnya.

Raffa yang melihat hal itu tersenyum, “Lo makin jago,”

Farel berjalan mengambil bola yang sekarang memantul rendah.

“Lo lebih jago,” ucap Farel seadanya.

Raffa terkekeh pelan, dan duduk di pinggir halaman dengan kedua kaki yang ia luruskan. Menggerakkannya pelan.

Kedua tangannya ia gunakan untuk menyangga badannya.

Tidak berapa lama Farel menghampiri cowok itu dan duduk di sebelahnya.

Farel melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Raffa dengan bola basket yang ia letakkan diantara kedua kakinya.

Farel menatap lurus ke depan, rasanya sudah lama dirinya tidak bermain basket bersama saudaranya itu.

Padahal, dulu mereka melakukan banyak hal bersama, sedangkan sekarang hanya untuk berbicara satu sama lain saja ego Farel tinggi.

“Udah lama ya, kita gak main basket bareng,” ucap Raffa yang tidak mengalihkan pandangannya dari tengah lapangan basket.

Farel tersadar dari lamunannya, tapi ia bergeming baru saja ia memikirkan hal yang sama seperti yang dikatakan Raffa tadi.

Membuatnya percaya bahwa ikatan batin keduanya memang kuat.

Hanya terkadang ego keduanya lebih kuat dari ikatan batin itu sendiri.

“Rel?” panggil Raffa lirih.

“Paan?” ucap Farel tidak terlalu memperdulikan panggilan Raffa.

Ia masih menatap bola yang ada diantara kedua kakinya. Dan menggoyangkan pelan bola itu dengan kakinya.

Raffa terdiam cukup lama bingung mau melanjutkan perkataannya atau tidak.

Jika iya, berarti dirinya siap kalau Farel setelah ini akan marah kepada dirinya, tapi jika tidak ia tidak akan tahu yang sebenarnya.

Farel menolehkan kepalanya memastikan saudaranya itu baik-baik saja.

“Apaan sih?” desak Farel.

Raffa ikut menolehkan kepalanya menatap sosok yang mirip dengan dirinya yang kini ada duduk tepat di sebelahnya.

Cowok itu menaik napas dan menghembuskannya pelan.

“Lo kangen sama semua yang pernah kita lakuin dulu gak, sih?” terdengar nada cemas di dalam suaranya.

Farel terdiam, bola yang sedari dari digoyangkan dengan kedua kakinya mendadak berhenti.

Ia bingung harus mengatakan apa sekarang.

Jujur dirinya selalu ingat dengan semua hal kecil yang pernah mereka lakukan, ingatan itu selalu datang tiba-tiba seperti angin yang mendadak berhembus.

Dan semua tidak segampang membalik setiap lembar halaman buku untuk melupakannya.

Melupakan semua kenangan masa kecilnya dulu.

“Dikit,” kata Farel, ada keraguan di dalam kalimat yang diucapkannya.

“Kenapa kita gak kaya dulu lagi?”

Selama berbicara mata Raffa tidak pernah meninggalkan wajah Farel.

Cowok itu tidak mengalihkan fokusnya berharap Farel berubah menjadi dirinya yang dulu.

Memulai semuanya dari awal, dan setelahnya tidak akan ada lagi adu mulut di rumah ini.

Tidak akan ada lagi suara tamparan dan pukulan juga rintihan cowok yang berusaha menahan sakit.

Tidak ada lagi kalimat dingin yang menusuk, tatapan tajam yang seakan mengintimidasi akan berubah menjadi tatapan teduh yang terasa hangat.

Dan semua akan baik-baik saja sama seperti sebelum kejadian itu merubah semuanya.

Namun, semua itu tidak semudah seperti yang dipikirkan Raffa.

Sekalipun itu berhasil pasti rasanya tidak akan sama seperti dulu lagi.

Sama halnya seperti selembar kertas putih yang sudah dicoret-coret tidak akan kembali putih bersih lagi.

Meskipun coretannya sudah dihapus tetap saja kertas itu tidak akan kembali seperti semula. Pasti meninggalkan bekas.

“Kita bisa mulai semuanya dari awal, Rel.” Ucap Raffa yang suaranya sedikit serak. Berusaha meyakinkan.

“Gak bisa,” singkat Farel.

Raffa mengernyit.

“Apa maksud lo? Kenapa gak bisa?” tanya Raffa sedikit putus asa.

Farel menghela napas pelan setelah memejamkan mata dan membukanya perlahan.

“Gue bisa berubah jadi diri gue yang dulu, tapi apa dengan gue berubah ayah bakal jadi baik lagi ke gue?”

“Dan apa setelah gue berubah itu juga akan ngerubah kita jadi kayak dulu lagi?” lanjutnya.

Farel menolehkan kepalanya dan menggeleng pelan, “Gak, Raf. Ayah juga gak akan berubah dia tetap akan ngebenci gue dan selalu menganak emaskan lo,”

“Tapi, gue bisa jelasin yang sebenarnya ke ayah sama bunda, Rel.” Raffa berusaha memantapkan suaranya.

Farel tersenyum miring namun, dari matanya terlihat jelas menyorotkan kekecewaan yang besar.

“Kalo lo bisa jelasin semuanya, gue yakin lo udah jelasin dari dulu, Rel.”

“Dulu kita masih terlalu kecil, Rel dan gue masih terlalu takut buat jelasin sama mereka berdua terutama sama ayah,”

Farel kembali memperlihatkan senyum miringnya.

“Tapi lo terlalu berani, karena lo udah ngebuat kesalahpahaman di keluarga kita. Dan lo terlalu berani buat mereka gak percaya sama omongan gue.” Nada bicara Farel kini terdengar dingin dan penuh penekanan.

“Rel, tolong jangan terlalu egois. Kenapa lo selalu nyalahin gue? Lo selalu berusaha ngebenci gue padahal gue berusaha ngerubah lo jadi Farel yang dulu,”

Keduanya diam untuk beberapa saat, sedangkan langit sudah mulai berwarna jingga.

Rasanya ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat yang mungkin saja malah menambah benteng pemisah yang semakin kuat di antara keduanya.

“Rel, kita udah sama-sama dewasa. Seharusnya kita tahu mana yang baik dan mana yang enggak.” Mata Raffa masih menatap cowok di sebelahnya.

“Kita saudara, Rel bahkan sejak dalam rahim kita udah bareng-bareng. Seharusnya lo mikir kita gak seharusnya terus-terusan marahan kaya gini.”

Raffa kembali menghela napas pelan untuk yang kesekian kalinya, “Mau sampai kapan sih, Rel?”

Napas Farel sudah memburu sedari tadi, tangan Farel mengepal kuku-kukunya menancap dalam ke telapak tanganya yang masih menopang berat tubuhnya.

“Dan seharusnya lo mikir, kalau gue gak pernah minta dilahirin kembar sama lo!” gertak Farel berdiri dari duduknya dan berjalan menjauh dari Raffa.

Raffa ikut berdiri menatap Farel yang berjalan menjauh dari dirinya dengan hati mencelos.

“Lo egois, Rel.” Teriak Raffa. Yang tidak diperdulikan oleh Farel.

Untuk pertama kalinya kalimat itu diucapkan Farel dan untuk pertama kalinya juga hati Raffa benar-benar remuk.

Ia lebih memilih Farel memukulinya sampai babak belur dari pada dirinya harus mendengar Farel mengucapkan kalimat itu.

“Arrggh!” Raffa menendang udara, “bodoh!” gumamnya dengan tangan yang mengacak rambut coklatnya kasar.

***

Raffa terus menatap kursi yang ada di sampingnya, makan malamnya masih utuh dan belum dipegang sama sekali.

Pikiran cowok itu masih memutar kejadian satu setengah jam yang lalu.

Raffa tidak melihat batang hidung Farel setelah kejadian sore tadi. Bahkan kamar cowok itu tertutup rapat sejak tadi.

Untuk yang kesekian kalinya setiap berbicara dengan Farel selalu berakhir seperti ini dan ketakutannya kini benar-benar terjadi.

Raffa tidak begitu yakin Farel mau bertemu dengannya lagi.

         

                                  *

                                  *
     

                                  *

                                  *

                Raffa atau Farel? :v

Oh, iyaa. Jadi kalian mau cerita ini tamat dichapter berapa?

Di bawah 40 atau di atas 40? Alasannya apa?

Dijawab, ya comment jangan cuman dijawab dalam hati. Kan aku gak bisa dengerin hati kamu:(

Makasihh ♡ ♡

Continuar a ler

Também vai Gostar

Kak Elang: ELAZEL Por Ejl_Jk

Ficção Adolescente

4.8M 366K 51
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
RAYDEN Por onel

Ficção Adolescente

3.5M 217K 66
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
812K 70.6K 44
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
My Twilight Por Elsa yunita

Ficção Adolescente

3.6M 170K 63
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...