Anak Kos Dodol (END)

By AcilKerabatCikarangI

51K 3.6K 352

Kehidupan anak kos yang konyol, abstrak dan penuh dengan persahabatan. dari anak kuliahan yang sering bokek m... More

Cast
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45 (END)
Epilog

Part 26

567 63 7
By AcilKerabatCikarangI

Pagi mulai datang dengan cepat. Padahal ini bukan hari libur tapi para penghuni kos masih banyak yang pulas. Tak lama kemudian satu pintu kos terbuka dan keluar dengan wajah masih mengantuk. Frieska menuruni tangga dan menuju dapur.

Frieska membuka karung beras dan melihat isinya masih cukup untuk makan para penghuni kos. Frieska mulai memasak nasi dan mengambil roti tawar yang tersimpan dikulkas. Tak lupa juga dia memasak air panas untuk membuat teh dan susu. Sebelum pulang dari puncak, Naomi sempat membeli beberapa roti tawar untuk dirinya dan para penghuni kos.

Saat Frieska hendak mematikan kompor, pintu kamar lantai 1 yang terletak paling dekat pintu terbuka. Vernando sudah rapi dengan kemeja dan dasi biru. Frieska tersenyum dan Vernando duduk dikursi makan.

"Pagi Kak Ver." Sapa Frieska.

"Pagi Fries." Balas Vernando.

"Nih Kak tehnya. Aku mau bangunin yang lain dulu." Kata Frieska sambil menaruh gelas tehnya.

"Terima kasih Fries."

Vernando langsung menyeruput tehnya dan Frieska langsung membangunkan Nabil, Rasya dan Jeje.. pintu kamar mereka belum terbuka. Samar-samar Frieska mendengar dengkuran dari 1 kamar yaitu kamar Nabil. Akhirnya Frieska mengetuk pintunya perlahan.

"Bil, bangun. Udah siang nih. Mau kuliah kan?" Kata Frieska agak keras.

Tak ada jawaban. Malah suara ngoroknya yang terdengar. Akhirnya Frieska menarik handel pintu dan terbuka. Kini Frieska lebih kaget saat melihat ketiga penghuni kos laki-laki tidur bertiga dengan posisi tak beraturan.

Nabil tengkurap, Rasya miring dengan kaki yang berada ditubuh Jeje yang tidur terbalik. Dan semuanya tidak memakai baju. Frieska kembali menggelengkan kepalanya. Dia pun segera membangunkan mereka bertiga.

"Eh bangun. Udah siang nih? Katanya pada mau ke kampus?" Kata Frieska.

"Thacil, aku sayang kamu." Igau Rasa.

"Iya Ma. Nabil ngerti." Sekarang giliran Nabil yang mengigau.

"Yeh mulai deh. Heh bangun, bangun. Gue siram air satu-satu nih."

"Iya-iya."

Akhirnya mereka bangun dengan wajah masih mengantuk. Frieska berkacak pinggang melihat mereka masih terlihat malas.

"Ayo cepet bangun. Nanti jatah sarapan kalian aku kasih ke Kak Ver." Ujar Frieska.

"Jangan dong. Nanti gue kelaperan." Kata Jeje cepet.

"Giliran tentang makanan cepet loe Je. Ayo bangun, cuci muka, mandi terus sarapan."

Melihat mereka mengangguk, Frieska langsung keluar pintu kamar kos. Tak lama kemudian para penghuni kos sudah keluar dengan baju rapi dan wajah yang terlihat segar. Vernando yang sedang mengoleskan rotinya dengan selai langsung menoleh.

"Nah kalian baru bangun. Tidur jam berapa semalam?" Tanya Vernando.

"Jam 12 malam Kak. Kita main kartu UNO dulu." Sahut Jeje.

"Iya Kak. Maaf ya kalau berisik." Tambah Rasya.

"Ya udah gak apa-apa. Ayo sarapan. Nanti kalian terlambat."

Mereka langsung sarapan dengan keheningan. Karena Vernando membuat aturan bila sedang makan tak ada yang boleh mengobrol. Dan mereka langsung menuruti Vernando yang berperan sebagai Ayah mereka dikos-kosan ini. Apalagi kewibawaan dan cara Vernando memberikan nasihat bisa membuat mereka langsung menurut. Itulah sebabnya Vernando sudah seperti Ayah mereka.

Naomi juga kadang membawakan beras atau membawakan lauk. Naomi yang merupakan pemilik kos sudah dianggap oleh mereka seperti seorang Bunda oleh para penghuni kos. Terutama oleh para penghuni yang masih kuliah.

Lain lagi dengan Frieska. Frieska selain bisa berperan jadi Ibu mereka juga bisa menjadi Kakak perempuan untuk Nabil, Rasya dan Jeje. Jika diibaratkan dengan keluarga, mungkin Frieska bisa dianggap anak sulung disana.

Vernando meminum tehnya dan mengutak-atik Smartphone miliknya dengan serius. Penghuni kos juga sudah menyelesaikan sarapan mereka. Frieska membawa gelas kotor lalu mencucinya. Rasya membantunya mengelap gelas yang sudah selesai dicuci.

"Nah ayo berangkat. Udah siang nih. Nanti kalian terlambat." Kata Vernando tegas.

"Iya Kak." Jawab mereka semua.

Vernando menaiki motor sportnya lalu menunggu Frieska naik. Seperti biasa, Frieska akan berangkat dengan Vernando karena arah kampus Frieska dan kantor Vernando searah.

"Loe udah siapin semuanya kan Sya?" Tanya Nabil.

"Udeh. Eh kita berangkatnya barengan aja. Gue mau dijemput nih pake mobil."

"Sama siapa Sya?"

"Thacil. Dia juga mau daftar dikampus loe."

"Cakep. Ya udah. Itung-itung hemat ongkos."

Baru Jeje berkata begitu, sebuah mobil mini bus berwarna silver berhenti didepan kos. Rasya langsung bangkit dan mengajak mereka ke mobil itu. Vanka tersenyum saat mereka semua sudah naik.

"Maaf ya lama. Aku harus nyari berkas dulu." Kata Vanka.

"Gak apa-apa kok. Ya udah kita langsung berangkat aja." Sahut Rasya.

"Ke kampus yang kemarin ya Pak." Kata Vanka pada supirnya.

"Baik Non."

Mobil pun melaju meninggalkan komplek mewah itu. Selama perjalanan mereka juga banyak mengobrol dengan akrab. Dari awal perkenalan Rasya dengan Vanka sampai ke kisah asmara mereka yang sudah terjalin.

Sesekali Jeje juga melontarkan lelucon membuat mereka termasuk supir Vanka tertawa. Jeje memang mampu membuat semua orang yang bahkan belum mengenalnya sekalipun tertawa karena kekonyolannya itu. Mobil pun terus melaju dengan kecepatan sedang.

***

Setelah menempuh perjalanan yang diwarnai dengan canda tawa, mereka sampai dikampus. Mereka semua langsung turun setelah Vanka meminta supir untuk menunggu. Supir paham dan dia pun keluar dari mobil untuk merokok.

"Nah tempat tesnya dimana Bil?" Tanya Vanka.

"Tuh disana. Ada tulisannya kok." Sahut Nabil.

"Oh oke. Kalo gitu kita berdua kesana dulu ya." Ujar Rasya.

"Puas-puasin deh loe pacaran sama Thacil Sya hahaha."

"Apaan sih loe Bang?"

Jeje hanya tertawa puas dan langsung menuju kelas. Nabil juga menuju kelas karena Dosen yang mengajar dimata kuliah pertama sangat galak dan tegas. Bahkan walaupun terlambat 1 menit bisa tidak boleh mengikuti perkuliahannya.

Beruntungnya Dosen itu belum masuk kelas. Jadi Nabil langsung duduk lalu meminum airnya. Sambil menunggu perkuliahan dimulai, Nabil melihat keluar jendela dengan serius. Pandangannya menangkap sosok Shania yang sedang berjalan sambil membawa buku-buku tebal ditangannya.

Shania terlihat menawan walaupun dia sedang mengenakan setelan kasual. Dia tampak sedang mengobrol dengan temannya disebelahnya sambil tertawa. Nabil terpaku saat melihat bagaimana cara Shania tertawa. Matanya membentuk bulan sabit saat dia tertawa.

Nia. Batin Nabil. Tiba-tiba Nabil ingat dengan Nia, teman masa kecilnya. Cara Shania tertawa sangat mirip dengan Nia. Baru saja Nabil ingin berdiri, Boby terlihat menghampiri Shania. Boby langsung menarik Shania ke arah taman belakang.

"Woy, Dosen hari ini gak masuk. Jadi kita bisa pulang." Kata teman sekelasnya.

"Tahu gitu gue tidur aja dikos." Keluh Nabil kecewa.

Nabil langsung mengambil tasnya dan keluar dari kelas. Sepanjang koridor sepi karena kebanyakan semua kelas sedang ada perkuliahan. Kakinya terus menelusuri koridor sampai langkahnya terhenti didekat taman belakang kampus.

Samar-samar Nabil mendengar suara tinggi Boby yang menandakan dia sedang berdebat. Dan Nabil menebak kalau Boby sedang bertengkar dengan Shania. Nabil mulai mendekat dan melihat mereka sedang berdebat dengan suara keras.

Ternyata mereka berdebat tentang duetnya dengan Nabil. Boby cemburu saat melihat chemistry yang ditunjukkan mereka berdua. Semula Nabil hanya diam saja dan memutuskan untuk meninggalkan taman. Tapi dia mengurungkan niatnya dan langsung menghampiri mereka saat Boby mulai mengangkat tangannya untuk menampar Shania. Nabil langsung menangkap tangan Boby yang sudah terangkat.

"Eits. Santai Bro. gak usah pake nampar cewek." Kata Nabil santai.

"Loe lagi. Demen banget sih loe gangguin gue. Loe gak usah ikut campur urusan gue." Sentak Boby marah.

"Ini emang bukan urusan gue. Tapi gue gak bisa diem aja liat loe mau nampar dia." Ujar Nabil.

"Sok jagoan loe ya."

"Yang jagoan itu loe. Loe cowok bukan? Kalo loe sampe nampar nih cewek tiang loe berarti bukan laki. Tapi banci."

"Heh apa maksud loe gue cewek tiang?"

Nabil hanya diam sambil focus menatap Boby yang sudah memerah wajahnay menahan amarah.

"Lepasin tangan gue." Sentak Boby lagi.

"Kalo loe sampe nampar dia loe sama aja nampar Beby. Adek loe sendiri." Ujar Nabil.

"Ngapain loe bawa-bawa Beby?" Tukas Boby.

"Beby itu perempuan kan? Loe mau gak ada orang lain nampar dia seenaknya? Gak kan?"

Boby diam tanpa bisa berkata apa-apa.

"Inget. Jangan pernah kita menyakiti perempuan. Karena Ibu kita juga perempuan. Nenek loe perempuan. Loe juga pasti punya saudara perempuan. Loe nyakitin mereka sama aja loe menyakiti mereka." Kata Nabil panjang lebar dengan tegas.

"Cih. Awas loe." Boby langsung pergi dengan kesal.

Nabil hanya menatap kepergian Boby dengan tajam. Nabil langsung menoleh dan mendapati Shania sedang menatapnya heran.

"Loe gak apa-apa?" Tanya Nabil.

"Gak apa-apa." Sahut Shania.

"Ya udah gue cabut dulu."

Baru Shania akan membalas, Nabil langsung pergi dan menghilang ke salah satu koridor. Shania terpaku saat mendengar apa yang diucapkan Nabil tadi. Ternyata walaupun Nabil terlihat ceplas-ceplos tapi dia sangat menghargai perempuan.

Juga baru kali ini ada laki-laki yang melindunginya seperti tadi. Sedangkan pacarnya sendiri, Boby terlihat cuek-cuek saja saat dirinya diganggu oleh laki-laki berandalan. Akhirnya Shania langsung berjalan meningalkan taman kampus menuju kelasnya.

***

Diruang music, Nabil tampak sedang duduk didepan piano Yamaha sambil mengelusnya perlahan. Piano yang ada diruang musiknya itu baru saja tiba saat kampus sedang libur. Nabil membuka tutup piano dan langsung memencet tutsnya perlahan.

Tak banyak yang tahu kalau Nabil juga berbakat bermain piano selain menyanyi. Tapi Nabil memang kurang tertarik dengan piano walaupun dia cukup mahir memainkannya. Nabil mulai mencari nada yang pas untuknya bernyanyi.

Akhirnya setelah menemukan nadanya, Nabil langsung memainkannya dengan indah. Alunan piano yang lembut langsung terdengar. Nabil mulai bernyanyi dengan merdu.

Terpaksa aku sendiri

Sementara saja kini

Bersabarkan datang hari

Meskipun ku lelah

Bridge :

Aku takut kamu tak mengerti

Caraku sampaikan rasa ini

Kamu tak mengerti

Reff :

Ajarkan aku tuk bisa dapat ungkapkan rasa

Agar kamu kan percaya begitu ku butuh cinta

Kembali lagi terulang

Tergores hatiku ini

Setelah lama menyimpan

Rasa ini terlalu dalam terlalu dalam

Reff 2 :

Ajarkan aku tuk bisa dapat ungkapkan rasa

Agar kamu kan percaya begitu ku butuh cinta

Ajarkan aku tuk bisa dapat merangkai kata

Agar kamu kan dengarkan bibir ku katakan cinta

Sekarang

Back to Bridge, Reff 2

Ku benci sendiri ku benci sendiri

Harus terus begini

Ku benci sendiri ku benci sendiri

Harus terus begini

Ku benci sendiri ku benci sendiri

Takut gagal terus begini

Geisha – Sementara Sendiri (Original Soundtrack Sendiri)

Nabil menghentikan permainan pianonya lalu menunduk. Lagu yang baru saja dia nyanyikan menggambarkan bagaimana perasaannya kini. Dia sudah lama memendam perasaan pada seseorang tapi dia tak mengerti bagaimana caranya mengungkapkannya.

Atau mungkin Nabil takut dia tak mengerti saat Nabil mengungkapkan rasa yang dimilikinya. Nabil takut akan perasaannya sendiri. Perasaan yang dia rasakan. Akhirnya Nabil langsung berdiri dan meninggalkan ruang music.

Diluar dia melihat Shania yang berjalan ke arahnya. Nabil hanya melihatnya heran saat Shania berdiri dihadapannya.

"Ada apa?" Tanya Nabil.

"Gue mau ngucapin terima kasih ke loe." Sahut Shania.

"Untuk?" Tanya Nabil lagi.

"Loe udah nolongin gue dari Boby."

"Gak masalah. Gue Cuma gak mau aja dia ringan tangan sama cewek."

"Kenapa begitu?"

"Karena cewek itu untuk disayangi. Bukan disakiti."

Shania terpaku saat mendengar jawaban Nabil. Terdengar nada kesungguhan saat Nabil menjawab pertanyaannya. Dulu juga teman masa kecilnya mengatakan hal yang sama. Ya walaupun saat itu mereka masih kecil, tapi temannya itu sangatlah dewasa.

Mata Nabil terpaku saat melihat Shania dari dekat. Dia merasa dekat. Dekat dengan seseorang yang dia sayangi. Tanpa mereka sadari, mereka saling mengendurkan jarak sampai hanya beberapa centi saja mereka berhadapan.

Shania menatap mata teduh nabil dengan saksama. Dia merasa tak asing dengan tatapan mata Nabil. Tatapan mata milik teman masa kecilnya yang tak pernah dia temui lagi. Begitu juga Nabil. Nabil merasa seperti bertemu dengan Shania. Tapi dimana?

Saat mereka masih saling menatap, deringan Smartphone Nabil memecah keheningan. Nabil langsung sadar dan mengambil Smartphonenya. Shania cepat-cepat mengalihkan pandangannya dengan cepat sambil menyembunyikan wajahnya yang memerah.

Duh bego banget sih gue. Keluh Shania dalam hati. Nabil menatap layar Smartphonenya dan terpampang nama Nadse. Nabil langsung mengangkatnya.

"Halo Nads." Sapa Nabil.

Mendengar nama yang disebut Nabil, Shania merasakan perih dihatinya. Kok gue malah ngerasa sakit sih? Batin Shania bingung.

"...."

"Hah? Loe dimana sekarang?" Tanya Nabil kaget.

"...."

"Om sama Tante kemana? Emang mereka gak ada dirumah?" Kata Nabil panik.

"...."

"Oke. Gue kesono sekarang. Loe jangan kesono sekarang."

"...."

"Iya. Oke."

Sambungan terputus. Nabil langsung pergi sambil berlari. Shania menatap sosok Nabil yang semakin menjauh dengan nanar. Apa bener itu dia? Batin Shania. Sebenarnya tanpa Nabil ketahui, Shania mendengar alunan pianonya.

Dan Shania terpaku. Dia terpaku saat mendengar cara Nabil membawakan lagu itu dengan penuh pengkhayatan. Tampak seperti mengeluarkan isi hati yang disembunyikan Nabil saat ini. Shania hanya bisa diam lalu kembali ke kelasnya.

***

Disebuah rumah yang tak terlalu besar dan kecil terlihat ojek online berhenti. Nabil turun dari ojek lalu membayar ongkosnya. Setelah ojek online yang ditumpanginya pergi, Nabil langsung masuk ke rumah itu dengan cepat.

Pintu depan masih tertutup. Nabil langsung mengetuknya perlahan. Tak lama kemudian pintu terbuka dan memperlihatkan seorang wanita remaja dengan wajah pucat. Nabil menatapnya cemas.

"Nads, kamu sakit apa?" Tanya Nabil.

"Demam Kak. Ayo masuk dulu. Aku buatin minum dulu." Ajak Nadse lemah.

"Gak usah. Biar Kakak sendiri. Kamu duduk aja. Kamu lagi sakit jadi harus istirahat." Kata Nabil.

"Iya Kak."

"Kamu udah ke Dokter belum?"

Nadse menggeleng lalu batuk. Jaket tebalnya tak mampu menutupi getaran dari tubuh Nadse yang menandakan dia menggigil. Nabil langsung bangkit dan mengambil selimut Nadse dikamar Nadse. Nabil menghampiri Nadse lalu menyelimuti tubuhnya dengan selimut.

"Masih dingin gak?" Tanya Nabil cemas.

Nadse mengangguk. Keringat dingin menetes dari dahi Nadse.

"Kakak panggil Dokter ya. Gak ada bantahan." Kata Nabil tegas.

"Iya Kak." Sahut Nadse.

"Kamu tiduran aja dikamar. Nanti Kakak beliin bubur."

Kembali Nadse hanya mengangguk. Nabil mengantar Nadse ke kamarnya. Kamar Nadse terletak didekat dapur. Setelah Nadse bernbaring, Nabil menyelimuti tubuhnya dengan selimut lain.

"Kakak bakal nginep disini ngerawat kamu." Ujar Nabil.

"Gak usah repot-repot Kak. Aku bisa kok sendirian disini." Sahut Nadse pelan.

"Gak. Pokoknya Kakak nginep. Kalo kamu sendirian, siapa yang ngurus kamu disini? Om sama Tante lagi pulang kampung. Lintang sama Yuri ikut lagi." Kata Nabil tegas.

"Tapi Kak."

"Ssssstttt diem. Sekarang loe tidur dan istirahat. Gue mau telfon Dokternya."

Merasa percuma berdebat dengan Nabil, Nadse hanya bisa menurut. Nabil langsung keluar dan menelfon Dokter. Dokter itu bersedia datang dan Nabil menunggu diteras.

Sambil menunggu, Nabil memainkan game di Smartphonenya. Setelah agak lama menunggu, Dokter datang. Nabil langsung berdiri menyambut Dokter yang berjenis kelamin perempuan itu.

"Permisi." Sapa orang itu.

"Bu Dokter ya?" Tanya Nabil.

"Iya benar. Siapa yang sakit Mas?" Tanya Dokter itu.

"Adik saya Dok. Dia lagi dikamar tuh."

"Oh begitu ya. Kalau begitu saya ke dalam ya."

"Iya Dok. Kamarnya yang deket dapur ya."

Dokter itu mengangguk paham lalu masuk. Nabil ikut masuk untuk mengambil minum. Nabil melihat Dokter itu sudah masuk ke kamar yang Nadse tempati. Nabil langsung melanjutkan langkahnya ke dapur.

Nabil mengambil gelas dan mengisinya dengan air. Sambil minum, dia mengotak-atik Smartphonenya dan memberitahu Jeje hari ini dia tidak pulang ke kos karena menginap dirumah Nadse. Selesai minum, Dokter itu keluar ruangan. Dengan cepat, Nabil menghampiri Dokter muda itu.

"Gimana Adik saya Dok?" Tanya Nabil.

"Oh gak apa-apa. Jantungnya sehat. Semuanya sehat." Sahut Dokter itu sambil tersenyum.

"Hah? Sehat? Dokter gak salah periksa kan? Adik saya kan lagi demam Dok." Ujar Nabil heran.

"Loh gak kok. Saya gak salah."

"Kak Nabil, Dokternya udah dateng ya?"

Nabil dan Dokter itu menoleh. Dan Nabil kaget saat melihat Nadse yang masih pucat keluar dari kamar mandi. Nadse mendekat dan bingung saat melihat tatapan Kakak sepupunya itu yang juga bingung.

"Kamu dari mana Nads?" Tanya Nabil.

"Dari kamar mandi. Aku kebelet." Sahut Nadse.

"Sejak kapan kamu dari kamar mandi?" Tanya Nabil lagi.

"Udah dari tadi Kak."

"Nah ini resepnya. Jangan lupa ditebus ya."

"Loh Dok. Kan Adik saya belum diperiksa."

"Udah kok. Barusan saya periksa. Adik Mas laki-laki kan?"

"Hah laki-laki?"

"Bukan Dok. Ini Adik saya. Dia baru aja dari kamar mandi. Yang sakit itu ya yang ini."

"Loh terus siapa yang saya periksa tadi?"

"Hah Kak. Jangan-jangan Ariel. Tadi kan dia dateng ke kamar aku. Dia dari kemarin nginep sama Adeknya yang juga temen aku. Tapi Adeknya udah pulang terus dia disini nemenin aku sampe Kakak dateng ke rumah aku."

"Waduh. Gimana ini?"

"Terus dia lagi ngapain sekarang Dok?"

"Ya tidur Mbak. Kan saya suntik. Jadi tidur."

"Aduh Dok. Itu sih pacar Adik saya yang Dokter periksa. Bukan Adik saya."

"Yah salah orang dong saya."

"DARI TADI KALI."



TBC



Tiba" dpet inspirasi pas bngn tdur. maf ya klo gak sesuai ekspektasi. dan yg brtnya" sapa pairing Nabilah bsa ketebak skrng kan. mohon vote dan komen ya

Continue Reading

You'll Also Like

109K 73 2
Ara itu banyak banget luka nya. Gak di anggap sama papa sendiri, papa yang juga selingkuh dan mama yang juga super sibuk Anak lain tumbuh dewasa dite...
Mine By ebisidi

Teen Fiction

633K 43.8K 56
Cerita tentang anak SMA, Ara yg banyak tingkah dan chika yg kadang dingin kadang bikin gerah. Bisakah ara menaklukan hati kakak osisnya itu ? Yuk bac...
19.6K 1.7K 29
Menjadi pengagum rahasia itu sungguh berat, apalagi kalau sampai jatuh hati. Ingin melangkah lebih jauh, tak bisa. Ingin biasa saja pun mustahil rasa...
169K 13.3K 99
Dua perempuan yang dipertemukan untuk saling mencinta. Ini takdir. Dan tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Karena cinta adalah cinta, hingga detik...