Part 40

606 67 13
                                    

Diruang music kembali terdengar suara sumbang dan suara memelas yang terdengar dari mulut seseorang. Siapa lagi kalau bukan Nabil dan Jeje. Seusai kelas, Nabil kembali meminta Jeje untuk menemaninya ke ruang music sekalian mengajarinya memainkan sebuah lagu.

Jeje mau-mau saja karena memang hari ini bukan jadwalnya dan Sendy kencan. Apalagi dia juga sedang tidak ada tugas kampus. Jadi bisa menemani sekalian bemain gitar atau memainkan drum yang yang ada diruang music.

Tapi kini kekesalannya kembali. Nabil benar-benar belum bisa memainkan nada dipiano dengan pas. Malah sekarang nadanya terdengar jauh dari kesan bagus atau berantakan. Nabil pun hanya bisa nyengir saat menyadari nadanya malah lebih berantakan.

"Haduh Bil. Loe gimana sih? Kita udah berapa hari nih disini? Gue kan juga ada kesibukan lain selain ngajarin loe mainin lagu dipiano." Protes Jeje.

"Sorry Bang. Mainin jarinya itu loh yang rumit." Kata Nabil memelas.

"Gak usah masang tampang melas gitu loe. Geli gue." Ujar Jeje sambil memainkan gitarnya.

"Halah. Melas salah marah salah."

Mereka langsung diam dan sibuk dengan alat musiknya masing-masing. Nabil dengan pianonya dan Jeje dengan gitarnya. Kini hanya terdengar alunan piano dan petikan gitar Jeje yang mengisi ruang music. Nabil menekan tuts piano sambil merenung.

Kembali teringat saat dia melihat Sakti dan Shania yang mengobrol dikoridor kampus kemarin. Mereka tampak dekat dan akrab. Saat melihat itu, Nabil merasakan hatinya panas. Tapi dia bingung. Kenapa hati gue panas liat mereka berduaan ya? Batin Nabil bingung.

Huft. Nabil menghela nafasnya dengan berat. Apa yang dia rasakan ini? Nabil mengakui kalau dia sebenarnya mulai tertarik dengan Shania, cewek tiang pengganti jaga kos milik Naomi. Tapi awal mereka bertemu dilandasi dengan berselisih. Bahkan benci.

Benci sama cinta itu Cuma dibatasi dengan satu garis tipis loh. Terngiang lagi ucapan ngaco Rasya saat dia pulang dari kencannya dengan Thacil beberapa hari yang lalu. Tapi kini dia mengakuinya. Hanya saja Nabil masih bingung. Apakah yang dia rasakan ini adalah suka atau cinta.

LINE

Suara notif Line dari Smartphone Jeje dan Nabil mengusik mereka berdua. Jeje langsung mengambil Smartphonenya sambil tetap memangku gitarnya. Sementara Nabil masih menekan tuts pianonya dengan santai. Jeje mengangkat wajahnya menatap Nabil yang masih bermain piano.

"Bil, kita disuruh pulang sama Frieska." Kata Jeje.

"Ngapain? Ke resto lagi? Kan kita kemarin udah ke restoran Kak Dhika." Balas Nabil heran.

"Bukan. Bunda udah pulang. Kita disuruh pulang." Ujar Jeje.

"Eh serius? Ya udah yuk pulang."

"Bentar. Gue naro gitar dulu."

Jeje menaruh gitarnya lalu menghampiri Nabil yang sudah menunggu. Akhirnya mereka keluar berdua meninggalkan kampus yang sudah sepi. Rencananya mereka akan naik angkot karena Rasya sedang tidak ke kampus untuk mengangsur biaya kuliah.

Saat mereka berdua sampai diparkiran, tanpa sengaja Nabil dan Jeje melihat Shania yang sedang berjalan berdua dengan Sakti. Shania tampak tertawa saat mengobrol dengan Sakti dan Sakti pun ikut tertawa lepas.

Mereka berhenti disebuah motor matic milik Sakti dan Shania naik ke jok motor setelah memakai helm yang diberikan oleh Sakti. Setelah Sakti memakai helm, Sakti menyalakan mesin motor lalu mereka pun pergi meninggalkan kampus.

Tangan Nabil terkepal saat melihat mereka berdua. Rasanya Sangat sakit saat melihat mereka berdua. Tapi apa haknya? Dirinya bukan siapa-siapa. Bahkan mungkin hanya musuh. Bahkan Nabil tidak tahu perasaan apa yang kini dia rasakan? Cemburu kah? Apa dia skarang mencintai Shania?

Anak Kos Dodol (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang