[Sepasang perasaan yang kini telah mati]
Bukan ingin maksud hati untuk bersedih, karena memang semuanya sudah usai.
Hanya saja saya ingin mengenang anda sebagai bagian dari kisah yang belum usai, sebagai orang yang tak mampu saya genggam lagi.
Sebagai orang yang terus melukai tanpa menyadari.
Saya bahkan tak sedih ketika kamu menjatuhkan hati padanya.
Saya lelah, akhirnya patah juga setelah bertahan sendirian.
saya hanya ingin mengenangmu sambil meneguk kopi hitam ditengah malam yang sepi, sendirian.
Seperti apa saya dulu? Yang masih mencintamu seperti dahulu? Separah apa anda porak porandakan hati saya lalu berlalu tanpa mengucap sepatah dua patah kata?
Anda terlampau berarti buat saya. Bagi saya, waktu dahulu andalah pelabuhan terakhir saya.
Andalah impian yang saya sendiri bersikeras untuk mencapainya
Juga seseorang yang saya harapkan.
Semoga kelak suatu saat nanti, kebahagiaan selalu menyertai anda.
Namun, saya terlalu tenggelam dalam harapan hingga lupa jikalau,
Ada beberapa do'a yang tak dapat dikabulkan oleh Tuhan.
Kita hanyalah sebagian kecil dari kenikmatan yang Tuhan berikan kebersamaan.
Kita hanyalah kisah selingan.
Pelepas penat dalam pengembaraan perasaan yang terlampau lama, yang mencari-cari tempat persinggahan untuk sekedar beristirahat.
Anda tidak pernah ingin berlama-lama bersinggah di hati saya, tak selama yang saya inginkan.
Dahulu, semuanya pernah begitu indah. Susah payah saya perjuangkan agar tidak patah. Namun takdir ingin hal lain.
Anda memilih berakhir dan saya memilih bertahan.
Namun bertahan diatas luka-luka yang belum sempat mengering membuat saya tersadar.
Saya sudah terlalu lama menunggu dan bertahan dengan serpihan-serpihan hati saya yang patah.
Kini saatnya saya pergi dan mendoakan segala kebahagiaan yang kelak akan datang padamu.
Namun bodohnya, saya masih saja mencintai anda diantara luka-luka yang belum sempat mengering bekasnya.
-teruntuk kalian yang dipatahkan harapnya berkali-kali.