The Truth

By ryylme

57.4K 6.7K 1K

Kisah tentang hubungan rumit Kim Jongin dengan mantan sahabatnya, Oh Sehun. Tentang Jongin yang mengorbankan... More

Me
How
Just...
Broken
Not Me anymore
Comeback
I dont know
Us
We get the Chance?
What happen?
Real Pain
I Lose you?
Final Of Us?
Am I hurt you?
The Start of feeling
Chanyeol
What Should I do?
??
Sehun, Eomma & Jongin
Trying
Misunderstanding
The start or The ending?
Pleasure & Heartbreak
When Trusted Being Destroy
Feeling
Heartbreak pt. 1
Heartbreak pt. 2
The Turth
flashback (Special Chap)

Lose Control

2.1K 230 32
By ryylme

#Jongin's

Karena kejadian perkelahianku dengan Shinhan kemarin, mulai hari ini hingga tiga hari kedepan aku harus melakukan layanan sekolah.

Seharusnya aku tidak sendirian melakukan hukuman ini, karena seharusnya Shinhan juga melakukannya. Tapi beruntungnya keluarga anak itu terlalu kaya hingga apapun bisa didapatkannya.

Untuk pagi tadi, aku sudah menghabiskan waktu berjam-jam untuk memilah sampah dan membuangnya. Dan aku bersyukur aku masih bisa menahan sakit dikakiku.

Dijam-jam terkahir sebelum jam sekolah usai, aku harus membersihkan gudang yang benar-benar seperti rumah tua yang ditinggalkan selama puluhan tahun. Benar-benar berantakan, berdebu, gelap dan....kacau.

Tidak, bukannya aku takut. Hanya saja, gudang ini benar-benar parah. Aku bahkan tidak bisa mengatakan apapun ketika membuka pintu gudang ini dan melihat isinya. Aku benar-benar kehabisan kata-kata dan otakku langsung down.

Aku bahkan tidak tahu harus mulai dari mana. Meraih tumbukan lukisan yang berdebu dan dipenuhi sarang laba-laba. Aku mulai membersihkan. Berkali-kali aku harus mengkibaskan tanganku keudara untuk menjauhkan debu dan juga sarang laba-laba agar tidak mengenaiku.

Satu persatu aku mulai memindahkan dan menatanya perlahan. Aku tidak bisa bergerak cepat, meski aku ingin. Tidak perlu kujelaskan lagi bukan apa kendalanya. Bahkan aku melakukan semua pekerjaan ini dengan kakiku yang pincang.

Meski aku tidak bisa berbohong tentang rasa sakitku, tapi aku benar-benar ingin semua ini cepat selesai. Aku memindahkan semua barang ke sisi kanan dan ketika disisi kiri kosong aku mulai membersihkannya.

Brengseknya, aku harus sering terbatuk karena debu nya benar-benar keterlaluan. Ini sangat melelahkan, aku ingin istirahat sejenak tapi tidak ada tempat untuk aku istirahat didalam sini, jadi aku harus membersihkan sisi ini terlebih dahulu.

Namun getaran di sakuku membuatku berhenti.

"O, wae?".

Tanya ku saat mengangkat sambungannya.

"Eodinya?"

"Belakang sekolah". Bercakap dengan Chanyeol dan aku mulai kembali membersihkan dengan satu tanganku.

"Apa yang kau lakukan disana dijam seperti ini. Kau tidak akan pulang?".

"Mulai hari ini, pulanglah lebih dulu. Jangan menungguku". Ucapku sambil menyapu langit-langit dengan sapu.

"Ah...aku hampir lupa dengan hukumanmu. Jika aku pulang lebih dulu, lalu bagaimana denganmu? Tinggal disekolah sendirian?".

"Jangan berlebihan, aku bukan anak kecil atau seorang gadis".

"Arra. Tapi bukan itu maksudku".

Baiklah, kenapa dia terlihat kesal disana?

Aku berhenti dan berbalik saat mendengar pintu terbuka, dan aku mendapati Sehun berdiri diam disana menatap kearahku. Ada apa?

"Dengar...aku baik-baik saja, jadi jangan berpikir lebih. Jangan menungguku". Dan setelahnya, aku mengakhiri sambungan ku dengan Chanyeol begitu saja.

Dan aku berbalik untuk menatapnya. Sialnya, aku lupa dengan cara menggunakan kakiku dengan normal. Dan aku baru sadar setelah melihatnya mengernyit ketika melihatku pincang.

Aish...bodoh.

"Ah..sepertinya aku kelelahan. Kakiku benar-benar pegal". Ucapku begitu saja dengan memukul pahaku seolah merasa pegal. Semoga alibi ini berhasil dan syukurlah, aku bisa melihat nya yang kembali terlihat acuh.

"Lalu apa yang kau lakukan disini?". Tanyaku.

"Hanya untuk mengingatkanmu. Besok pindahkan kursi-kursi di gudang bawah ke gudang atap sekolah".

Jadi...

Dia kesini hanya untuk itu?

Baiklah, memang apa yang bisa kuharapkan.

Aku kecewa... Tapi aku sadar aku sendiri lah yang membuat diriku kecewa dan terluka.

Sudah tahu Sehun membenciku, tapi aku masih saja terus berharap padanya. Aku benar-benar seperti orang bodoh.

"Hmm. Arra".

Hanya itu...

Hanya itu yang bisa kukatakan. Aku terlalu merasa kecewa. Tapi, aku masih ingin mengobrol dengannya.

"Ah, chakkaman!". Seru ku untuk menahannya yang terlihat berbalik akan pergi.

Dia benar-benar sangat membenciku. Bahkan tidak ada niatan baginya untuk lebih lama menatapku. Tepatnya melihatku.

"Apa kemarin kau kerumah sakit?". Tanyaku saat melihatnya berhenti tanpa berniat membalikkan badannya kearahku. Dan aku hanya bisa menatap punggungnya seperti ini.

"Aku dengar Shinhan dirujuk ke Rumah Sakit, apa...dia baik-baik saja?".

Tanya ku lagi ketika dia hanya diam. Tidak, aku bertanya bukan karena aku perduli dengan Shinhan atau semacamnya. Tapi karena aku ingin melihat Sehun lebih lama lagi, dan mendengar suaranya lebih lama.

Aku benar-benar merindukannya.

"Kenapa bertanya?".

Kenapa bertanya? Ah...aku tidak tahu harus memberi alasan apa padanya. Kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu? Tidak mungkin aku mengatakan yang sejujurnya. Dan mengatakan jika aku perduli dengan Shinhan itu akan terlihat aneh dan semakin jelas jika aku berbohong.

"Ah itu...mm..aku hanya...penasaran? O, aku hanya ingin tahu keadaannya".

Keeh..tidak. tidak sama sekali! Perduli dengannya saja tidak.

"Kau perduli?".

"Nde?"

Dia bicara apa tadi? Kenapa aku jadi tidak fokus begini!

Aku bingung dan melihatnya ketika berbalik menatap kearahku. Tunggu, kenapa aura disini jadi berbeda sekali ?

Kenapa aku merasa khawatir, gugup dan takut dengan tiba-tiba?

Dan perasaan itu semakin kuat ketika aku menatap matanya yang begitu fokus dan tajam ketika menatapku.

Waeire?

"Setelah menghajarnya seperti itu, kau bertanya tentang keadaannya. Apa kau perduli?".

Baiklah, disini sangat jelas kita membicarakan tentang Shinhan. Dan aku cukup tahu pertanyaan Sehun itu untuk keperdulianku terhadap Shinhan.

Tapi...

Kenapa aku merasa...

Sehun sedang menyinggung hal lain?

Dan aku tidak asing dengan situasi ini.

Aku...tahu apa yang sedang ia bicarakan. Dia membicarakan tentang keperdulian tentang Shinhan tapi dibalik pertanyaan itu, dia menyinggung bagaimana diriku terhadap masa lalu.

Terhadap malam itu.

Tapi meski aku tahu, aku tidak bisa menerima itu secara langsung. Karena jika ini menjadi serius, maka akan menyakiti kami berdua. Terutama Sehun. Dan aku tidak ingin itu terjadi.

Karena itu lah, aku harus tetap pada apa yang kubicarakan. Dan berpikir seolah-olah apa yang Sehun bicarakan adalah tentang Shinhan sepenuhnya.

"Itu...bukan karena aku perduli atau tidaknya..."

Terasa semakin sulit bagiku saat mendapati Sehun menatapku dengan mata tajam dan dinginnya seolah menunggu apa yang akan aku katakan.

Apa yang coba dia lakukan?

Kenapa dia seserius ini?

Kenapa dia harus menyinggung masa lalu itu lagi?

Ah...naega michi gaeta.

Ini membuatku gugup dan tidak tahu apa yang harus kukatakan.

Dia menilai ku.

Setiap jawaban yang akan kuberikan padanya nanti, dia akan menyimpulkannya.

Kesimpulan yang berhubungan dengan masa lalu.

Sial! Aku tidak bisa! Ini membuatku frustasi!

"Hey...aku hanya ingin bertanya keadaannya. Kenapa kau seperti ini?"

"Memang apa yang ku lakukan?".

Fuck! Kenapa dia bertanya seperti itu!? Kenapa dia bersikap tidak tahu apa-apa tentang ucapannya yang sebelumnya.

Dia benar-benar mengujiku.

"Ani..geunyang...apa aku tidak boleh bertanya?".

Aku sudah tidak bisa lagi bicara, aku terlalu frustasi dengan maksudnya.

"Bukan aku yang pantas menjawab pertanyaan itu".

Apa?

Wae?

"Karena ada yang lebih pantas".

Tunggu! Sebenarnya siapa dan apa yang kita bahas disini!?

Aku sudah hampir gila dengan setiap ucapannya yang ambigu.

Aku bahkan tidak tahu siapa yang sedang kami bicarakan sekarang.

Ini tentang masa lalu ku dengan nya, atau tentang Shinhan.

Shit! This is make me crazy!

"Setelah melukainya dengan sengaja, apa kau berhak bertanya keadaannya?".

Orang ini....

"Tanyakan pada dirimu sendiri".

Ah...dia...

Tidak ada lagi yang bisa ku lakukan, aku hanya merasa bingung dan frustasi. Dia benar-benar menyinggung masa lalu.

Bisa dibilang dibalik pertanyaan itu Sehun ingin mengatakan padaku.

(Setelah kau melukai dan menghancurkan kehidupanku, apa kau pantas bertanya tentang keadaanku? Dan orang lain tidak berhak menjawabnya, karena kau lah yang berhak menjawabnya. Jawaban dari apa yang pernah kau lakukan pada hidupku)

Ya, seperti itulah maksud dari perkataan Sehun.

Kenapa dia seperti ini?

Aku hanya berniat untuk bicara dengannya, tapi kenapa....

Tidak. Ini tidak bisa berakhir seperti ini. Jika ini dibiarkan, maka dendam dan kebencian Sehun padaku akan semakin besar.

Karena terlalu fokus dengan kebingunganku, aku bahkan tidak menyadari kepergiannya.

Dia pergi begitu saja?

Aku tidak bisa membiarkannya.

Aku berinisiatif untuk mengejarnya, dan sialnya saat langkah pertamaku aku lupa jika kakiku terluka. Dan saat itu lah aku merasakan kesakitan pada kaki kiriku yang lupa ku gunakan.

Brengsek! Ini benar-benar memuakan!

Aku tidak bisa berhenti disini, oleh karenanya aku tetap mengejar Sehun. Tentu dengan cara berlari yang tidak benar. Aku sudah lagi perduli jika orang melihat lukaku, sekarang hanya Sehun yang ku butuhkan.

Aku menahan rasa sakit itu dan terus berlari keluar gudang. Dan didepan sana, aku melihat Sehun yang terus berjalan menjauh.

Aku mengejarnya dan saat kurang dua langkah lagi aku berhenti.

"Bagaimana jika aku perduli?"

Dan aku melihatnya berhenti.

Baiklah, ini yang kau inginkan. Kau membawa masa lalu itu lagi hari ini, jadi mari kita bicarakan dan selesaikan ini.

"Bagaimana jika aku perduli setelah aku memberi luka?".

Ulangku ketika dia hanya diam. Aku sudah muak dengan semua ini.

Aku sudah cukup terluka untuknya selama ini!

Jika ingin membahas ini, mari kita selesaikan.

Tidak lagi tentang Shinhan atau keperdulianku terhadap Shinhan.

Ini....

Sepenuhnya tentang kami berdua.

"Setelah aku menghancurkan hidupmu, aku masih punya hak untuk perduli".

"Bahkan aku memiliki hak itu lebih dari yang kau tahu".

Ya, aku masih punya hak itu. Karena semua yang terjadi padamu bukan salahku!

Aku tidak perduli dengan mataku yang mendapati tangannya yang mengepal. Ini kemauanmu bukan?

Dan aku tidak akan menghentikannya kali ini.

"Kenapa diam? Sampai kapan kau akan menahannya? Kau membenciku bukan? Kau bahkan sangat ingin membunuhku. Kalau begitu lakukan. JANGAN HANYA DIAM DAN MENJADI MENGECUT!".

Dia berbalik menuju kearahku, dan terakhir kali yang ku lihat adalah wajah dan tatapan matanya yang meluapkan kebencian dan amarahnya sebelum aku merasa tercekik karena cengkramannya dikerah leherku.

Rasa sakit akibat benturan punggungku dan dinding tidak seberapa, tapi Sehun benar-benar seperti akan membunuhku dengan cengkramannya dileherku.

Sial! Aku sulit bernafas!

Untuk beberapa saat aku tidak menemukan suara lain, selain suara nafasku yang terasa sulit.

Kenapa?

Ketika aku membuka mataku, aku membeku. Aku tidak bisa mengatakan apapun lagi.

Mata itu...

Sial! Jika akan sesakit ini aku tidak akan pernah membuka mataku!

Aku benar-benar menyesal membuka mata. Seharusnya aku tidak melakukannya dan tetap menutup mata.

Dengan begitu...

Dengan begitu aku tidak perlu mendapati tatapannya yang terasa begitu menyakitkan.

Bukankah seharusnya kau mengatakan sesuatu?

Kenapa kau hanya diam dan tidak melakukan apapun selain mencengkram kerahku!?

Lakukan sesuatu. Kau ingin memukulku bukan? Kalau begitu pukul aku! Kenapa kau hanya diam dengan tatapan yang menyakitkan seperti itu!?

Tidak. Aku tidak bisa menatapnya lebih lama lagi.

"O. Aku sangat ingin membunuhmu. Sejak awal, aku ingin melakukannya seperti hal nya apa yang kau lakukan pada ibuku".

"Bahkan aku sangat ingin mengahancurkanmu saat kau tidak menerima hukuman yang pantas dan menghirup udara segar sesuka hatimu"

Ya, aku tahu...

Sejak awal aku tahu perasaan itu.

Tapi...

Aku tidak tahu, mendengar semua itu langsung darimu akan sesakit ini.

Dan rasanya semakin sakit saat matamu terus menatapku dengan semua kebencian, dendam dan amarahmu. Bahkan karena semua emosi itu, aku bisa begitu jelas melihat matamu yang berubah memerah dengan air yang menggenang.

Itu bukan kesedihanmu, tidak. Itu kesedihanmu selama ini, tapi....

Kebencianmu

Dendam

Dan juga amarahmu

Lebih kuat.

Itu terlihat sangat jelas dimata mu saat ini.

Aku tertegun, karena aku menyadari dan mengerti sesuatu yang baru.

Setelah melihat mata Sehun, aku mengerti.

Kebenciannya padaku, lebih besar dari apa yang selama ini kubayangkan.

Jauh lebih besar.

Dan itu adalah sebuah fakta yang beribu-ribu kali menyakitkan.

"Tapi aku tidak sepertimu. Aku bukan seorang pembunuh. Dan ketahuilah satu hal".

Apa?

Apa lagi?

Kenapa harus ada lagi?

Ini sudah terlalu menyakitikan.

"Bahkan kematianmu tidak akan pernah bisa menyembuhkan lukaku. Tidak sedikitpun. Dan bahkan jika kau mati, aku tidak akan pernah memaafkanmu".

Dan itu adalah kalimat yang sangat dalam dan menyakitkan sebelum Sehun melepaskan cengkramannya dengan kasar.

Aku...

Apa yang harus kulakukan?

Kenapa...

Kenapa?

Itu bukan kesalahanku...

Itu bukan aku...

Bukan aku yang melakukannya...

Tapi kenapa...

Kenapa tidak bisa mengatakan hal itu padamu...

Kenapa denganku!?

Jangan membenciku seperti ini.

Aku tidak bisa menerimanya.

Jebal....

Jangan seperti ini.

______________________________________________________________

#Author's

Dengan tergesa-gesa, Sehun berjalan menuju Ruang Osis. Membuka pintu dengan kasar dan terus berajalan masuk mengabaikan tatapan dan juga keberadaan anggota lain yang terkejut karena perilakunya.

Ia mengambil sebuah map dan membaliknya. Membacanya dan berusaha menghilangkan rasa panas dalam hatinya dengan membaca dokumen.

Tapi apa yang dilakukannya sama sekali tidak berguna.

Sehun marah, dan ia membanting dokumen itu ke meja didekat dinding kaca. Tidak perduli dengan suara benturan yang menggema dan ketakutan anggota lain, Sehun memijit pilipisnya dan memejamkan mata. Berusaha untuk mencoba tenang dan menghilangkan rasa panas yang menyesakkan itu.

Apa yang terjadi barusan membuatnya gila. Ini pertama kalinya setelah tiga tahun ia seperti ini. Dan sialnya, rasa panas itu tidak juga hilang.

Ia muak, sangat muak.

Ia ingin marah dan menghancurkan semuanya. Tapi ia tidak bisa melakukannya.

"Se-sehunah...waeire? Gwenchana?".

Tanya Ahn Jung yang ketakutan serta khawatir karena ini pertama kalinya melihat seorang Oh Sehun seperti ini.

Sehun tidak menjawab karena dia tidak ingin. Justru ia merasa setiap orang di sekitarnya sekarang sangat mengganggu dan menambah kemarahannya.

Tanpa mengatakan apapun, Sehun berbalik dan pergi begitu saja.

______________________________________________________________

#Author's

Kris sedang menggendong Jongin yang mabuk berat dipunggungnya. Datang tiba-tiba ke bar dan membuat onar karena memaksa masuk saat penjaga tidak mengijinkannya masuk karena batasan usia dan kemudian minum seperti orang gila.

Well, ia tahu type macam apa seorang Jongin. Anak itu berandalan dan brengsek tapi tidak pernah minum seperti ini.

Well, itu bukan urusannya. Ia mengenal Jongin, tap tidak benar-benar mengenalnya. Karena ia tidak ingin dan tidak mau. Tahu mendalam tentang seseorang bukan typenya. Ia hanya suka mengambil keuntungan dan menikmatinya.

Tapi ia bukan type orang yang lari dari masalah seperti orang yang ia gendong. Orang yang terus meracau, berteriak dan melakukan hal absurd lainnya.

Ketika melihat keadaan Jongin, sudah dapat dipastikan jika anak itu setres berat. Beberapa menit menunggu didalam lift untuk menuju kamarnya, Kris membiarkan Jongin terus meracau dan terkadang membenarkan gendongannya.

Kris keluar saat pintu lift terbuka di lantai kamarnya. Ia berjalan menuju kamarnya dan membawa Jongin kedalam. Menurunkan tubuh Jongin dari punggungnya sedikit kasar dan menghela nafas saat melihat keadaan Jongin.

"Hey, berhenti meracau dan menyebut nama Sehun. Aku tidak tahu siapa dia, jika kau menyukainya katakan saja dan jangan hanya berani mengatakannya dibelakang saat seperti ini seperti seorang pengecut".

"Pengecut?". Tanya Jongin mengulangu ucapan Kria dengan keadaan yang mabuk berat.

"Hmm. Aku memang pengecut. Lalu kenapa?".

Kris hanya diam dan terus memperhatikan kelakuan Jongin.

"Pengecut atau tidak. Itu tidak akan mengubah apapun. Kau akan tetap membenciku seumur hidupmu".

"Hah...".

Sedikit jengah, Kris menghela nafasnya karena tidak tahu apa yang tengah jongin bicarakan. Well, ia tidak tahu masalah apa yang Jongin alami.

"Bahkan untuk menyampaikan perasaanku saja sangat sulit. Seharusnya aku tidak memiliki perasaan ini".

"Tapi itu tidak penting lagi sekarang. Kau membenciku apapun yang terjadi. Kau tidak menatapku lagi dan bicara padaku. Kenapa kau melakukannya, eo?".

"Tsk. Kau benar-benar kacau". Decak Kris jengah dan menarik selimut dengan kasar dan menjatuhkannya diubuh Jongin begitu saja.

Kris lebih memilih meninggalkan Jongin untuk membersihkan dirinya. Tubuhnya terlalu lengket.

Sepeninggalan Kris, Jongin terdiam melamun didalam selimut.

"Bahkan kematianmu tidak akan pernah bisa menyembuhkan lukaku. Tidak sedikitpun. Dan bahkan jika kau mati, aku tidak akan pernah memaafkanmu".

Ingatannya kembali pada saat Sehun mengatakan semua hal yang sangat menyakitkan itu. Kebencian Sehun padanya sangat besar, bahkan kematiannya tidak bisa menebus semua luka itu.

Seharusnya, di keadaan seperti ini... Ia mengatakan semua kebenarannya. Tapi tidak ada bukti, tidak ada saksi. Jika pun ia mengatakan semua kebenarannya, itu tidak akan gunanya.

Tidak akan ada yang percaya, ia hanya akan terlihat seperti orang bodoh yang seolah membuat cerita palsu agar bisa dimaafkan.

Apalagi kebencian Sehun sudah terlanjur sedalam itu padanya. Kebenaran apapun akan sulit untuk membuatnya percaya.

Lalu apa yang bisa ia lakukan sekarang?

Semuanya telah berakhir. Hari ini adalah final dari hubungannya dengan Sehun. Bahkan, ia mungkin saja tidak akan pernah lagi berani memperlihatkan dirinya didepan orang itu.

Tidak ada yang tersisa darinya. Tidak ada kebahagian, tidak ada harapan.

Benar-benar tidak ada apapun.

Sekarang ia benar-benar kehilangan semuanya.

Lalu apa gunanya ia hidup?

Tapi jika ia mati, tidak akan ada yang mikirkannya.

Selain itu...ia takut mati.

Sesulit apapun hidupnya, ketakutan pada kematian itu lebih besar.

Lalu apa yang akan dia lakukan dihidupnya?

Tidak ada yang tersisa.

Tidak.

Masih ada yang tersisa.

Tapi semua itu tidak ada yang berharga.

Bukankah semua sudah hancur?

Kalau begitu mari hancurkan semuanya.

Setidaknya, ini akan dapat mengurangi bebannya selama ini. Mungkin.

Membuka selimut dan turun dari kasur. Berjalan terhuyung dengan pikiran dan hati yang kacau. Dan juga karena dorongan alkohol sehingga emosinya tidak stabil, Jongin terus berjalan.

Meraih knop pintu kamar mandi yang tidak dikunci. Membuat Kris yang tadinya tengah membasahi tubuhnya dengan shower beralih dan mengernyit dengan tatapan datarnya.

"Mwoanya? (Apa yang kau lakukan?)".

Namun Jongin tidak perduli dan terus berajalan menuju Kris. Matanya hanya melihat wajah Kris didepan sana. Hingga Jongin sampai begitu dekat dan mencium Kris dibibirnya begitu saja dengan kasar dan memburu.

Tbc....

______________________________________________________________

Continue Reading

You'll Also Like

129K 8.8K 40
KIM TAEHYUNG narenda, yaitu mafia yg terkenal dengn kekejamannya JEON KOOKIE liviendra, yaitu seorang namja cantik yg ditinggal mati kedua orang tua...
217K 2.7K 69
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
1.4M 18.6K 46
ON GOING SAMBIL DI REVISI PELAN-PELAN. Start 18 November 2023. End? Cerita bertema 🔞, Kalau gak cocok bisa cari cerita yang lain terimakasih. Mars...
1.2M 108K 59
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...