SO PRECIOUS (PART COMPLETE)

By nonameformacity

8.6K 1.3K 1.1K

Cinta itu sebenarnya identik dengan kata 'EGOIS. Sama seperti kamu. ~Veily Seirania ----- Karena egoku yang t... More

Prologue
(1) Tentang Dia Yang Tak Ku Kenal
(2) Tentang Dia Yang Tak Ku Kenal <II>
(3) Realita
(4) Realita <II>
(6) Luka
(7) Perasaan Iba
(8) Semangat Baru
(9) Gejolak Hati
(10) Tanda Tanya
(11) Perubahan
(12) Ketika Hati Tak Berdaya
(13) Bertahan
(14) Gundah
(15) Apa Tindakanku Benar?
(16) Apa Yang Harus Ku Lakukan?
(17) Permintaan Pertama dan Terakhir
(18) Bersamamu
(19) Seperti Mimpi
(20) Haruskah?
(21) Kebohongan Yang Terungkap
(22) Kebohongan Yang Terungkap <II>
(23) Alasan Sesungguhnya
(24) Mauku Apa Sih?
(25) Kamu Mencintaiku, Atau Tidak?
(26) Ketetapan Hati
(27) Penyesalan
(28) Jadilah Milikku!
(29) Rayhan POV~ (Bagaimana Cintaku Bermula Lalu Ku Akhiri)
(30) Sisi lain dari Rayhan
(31) Surprise?
(32) Surprise? <II>
(33) Keraguan
(34) Belenggu
(35) Aku Harus Sembuh
(36) Restu Papa
(37) Restu Papa <II>
(38) Keputusan
(39) Frustasi
(40) Aku Harus Pergi
(41) Accident
(42) Kamu Telah Pergi
(43) Memulai Hidup Baru
(44) Hal Tak Terduga
(45) Benci (Benar-benar Cinta)
(46) Benci (BBC II) <END>
(+++)

(5) Mencoba Melupakan

196 44 30
By nonameformacity

Jika memang dia bukan untukku, mengapa Tuhan memperkenankan rasa cinta ini tumbuh untuknya?

~Veily Seirania

***

Hari menjelang sore, terlihat awan hitam bersiap tuk berkumpul membentuk hujan. Aku pun mempercepat langkahku agar segera keluar dari kampus dan mencari taxi untuk pulang.

Musim hujan mulai menyapa, udara dingin pun menyelundup masuk ke pori-pori kulitku.

"Ya ampun, udah mendung aja. Dingin banget, sih. Lupa bawa jaket lagi. Semoga nggak hujan deh," seruku sembari mengapit tubuhku erat dan menggosok-gosok kedua lenganku yang terasa dingin.

Aku telah sampai diluar kampus 10 menit yang lalu, namun taxi tak kunjung datang.

*Tes, tes, tes.*
Terlihat tetes air mengenai tubuhku, aku menengadahkan wajahku dan membuka lebar telapak tanganku.

Benar saja, hujan datang lebih awal dari yang kuperkirakan. Aku segera mencari tempat berteduh sebelum gerimisnya semakin deras.

Alhasil aku hanya menemukan tempat berteduh terdekat yaitu di halte bus di ujung luar kampus. Terlihat banyak pula mahasiswa lainnya yang sedang berteduh disini.

"Lagi-lagi aku menginjakkan kakiku di halte bus. Tempat ini benar-benar mengingatkanku akan kenangan yang ingin ku lupakan."

Aku sungguh enggan berlama-lama di tempat ini. Begitu menyesakkan dan memuakkan rasanya.

Kemudian tak sabar menunggu hujan reda, aku lalu menggerogoi tas selempangku untuk mencari benda pipih canggih yang biasa di sebut smarthphone atau HP untuk menghubungi sopirku dan memintanya menjemputku di kampus sekarang juga.

"Duh, dimana sih HPku?" Namun ternyata benda yang ku cari itu tidak ada di tas maupun di saku celanaku.

"Apa ketinggalan di ruang kesehatan ya? Kalau di dalam kelas sih nggak mungkin. Aku yakin sudah memasukkannya kedalam tas." Aku pun bertanya-tanya sendiri dengan wajah kebingungan.

"Kenapa harus sekarang sih? Mana hujan lagi," gerutuku seraya berdecak sebal.

Ku perhatikan lagi hujan yang turun didepan mataku, memikirkan apa yang harus ku lakukan selanjutnya pada situasi seperti ini. Sembari menghentakkan kaki kesal, aku pun mengambil keputusan.

"Argghh, bodo amat." Tanpa pikir panjang aku akhirnya memberanikan diri menerobos hujan untuk kembali lagi ke ruang kesehatan kampus dan mencari HPku yang ketinggalan disana.

Kini tubuhku sudah basah kuyup karena guyuran air hujan.

"Permisi," sapaku sopan. Namun tak ada suara yang menyahuti, artinya saat ini tak ada yang menjaga ruang kesehatan.

Aku segera masuk ke ruangan itu dan mencari HPku yang tertinggal disana. Namun Nihil. Benda itu tak ada dimanapun.

"Sepertinya aku harus membeli Smartphone baru," desahku pasrah.

"Selamat sore, Veily Seirania," sapa seseorang dengan santainya. Aku sedikit terkejut, tiba-tiba sosok Rayhan muncul dari balik pintu masuk dan menyapaku dengan senyum khasnya.

"Astaga, kamu hujan-hujanan? Kenapa badan kamu basah kuyup begini?" ujar Rayhan membelalakkan matanya.

Setelah menatapku sedikit lama, dia menyadari keadaanku yang bermandi hujan. Dia lalu dengan sigap bergerak cepat dan mengambilkanku handuk dari dalam lemari baju ganti yang ada di ruangan kesehatan.

Aku memperhatikan tingkahnya tanpa menanggapi perkataannya. Aku pun diam terpaku melihat kedatangannya.

Seperti biasa, aku tak pernah bisa berkutik ketika berada dihadapannya. Perasaanku bercampur aduk menjadi satu, tak tahu harus berbuat apa dalam situasi canggung seperti ini. Sangat sulit mengatur hati dan jantungku yang terus saja bergejolak saat bertemu dengan sosok yang telah lama ditunggunya.

"Ini pakailah, supaya tidak masuk angin!" sarannya seraya menyodorkan handuk berwarna putih kehadapanku. Aku pun menurut dan mengambil handuk hangat dari tangan Rayhan kemudian menyampirkannya ke belakang punggungku.

"Terima kasih. Kalau begitu saya permisi dulu." Aku pun bergegas pamit. Sebelum semuanya menjadi kacau, aku lebih baik segera pergi menghindari Rayhan.

"Tunggu!!" cegatnya.

"Apa kamu mencari benda ini?" Rayhan mengambil benda pipih persegi panjang dari saku kemejanya. Kemudian menunjukkannya padaku, membuat mataku mendelik sekilas lalu menurunkan pandangan kembali seperti biasa.

"Ah, benar. Itu memang milik saya." Aku menjawab dengan ekspresi datar, bukan dengan nada exited atau antusias karena apa yang ku cari telah ditemukan.

"Bisa bapak kembalikan kepada saya?" lanjutku meminta.

"Tidak... sampai hujan reda, saya tidak akan mengembalikan HP ini kepada kamu," jawab Rayhan dengan nada dan raut wajah tegas.

"Emmmmm...." responsku manggut-manggut. "Baiklah kalau begitu, terima kasih," putusku mengakiri dialog tanpa emosi.

Aku tak peduli lagi dengan HP atau apapun itu, aku hanya ingin pergi meninggalkan tempat ini secepat mungkin.

"Loh, kamu mau kemana?" tanyanya heran ketika melihatku melewatinya begitu saja menuju pintu keluar--masih dengan balutan handuk dipunggungku.

"Mau pulang." Ku hentikan sejenak langkah kakiku. "HPnya buat bapak saja," sambungku tak mengabaikan pertanyaannya.

Aku lalu tak menggubrisnya lagi dan melanjutkan kembali langkah kakiku yang sempat terhenti keluar ruangan. Namun tak sampai pintu depan, sebuah tangan menahanku.

"Sekarang lagi hujan, dan HP kamu-"

"Cukup, Pak!!" Belum selesai Rayhan melanjutkan perkataannya, sudah ku potong ucapannya dengan bentakan tak sopan. Tanganku seketika reflek menghempaskan tangannya kasar.

"Sudah cukup, Pak," susulku berujar pelan, saat menyadari kesalahan yang baru saja ku lakukan.

Akhirnya air mataku pun jatuh. Tangis yang sedari tadi ku tahan kini akhirnya tak bisa ku sembunyukan lagi dari hadapan Rayhan.

Hiks hiks hiks

"Hei, kenapa kamu malah menangis?" Rayhan jadi bingung sendiri. Kerutan di dahinya semakin dalam, dengan rasa cemas yang seketika menghampiri.

Huuwaaaa

Bukannya memberi jawaban pada Rayhan akan tanyanya, aku malah semakin mengencangkan tangisku. Rayhan jadi semakin merasa bersalah dan bingung harus melakukan apa menghadapi sifatku yang seperti ini.

"Bapak minta maaf, bapak akan segera mengembalikan HP kamu, oke!! Tenanglah!! Jangan menangis lagi!!" ujarnya panik. Ia hendak menenangkan tangisku dan mengusap air mataku, namun tiba-tiba tertahan, ia mengurungkan niatnya.

"Ahh, dan lagi, setidaknya pakailah payung yang ada di balik pintu itu--menunjuk payung berwarna kuning yang tersembunyi dengan ragu-ragu-- ketika kamu pulang. Saya tidak akan mencegatmu," sambungnya kemudian.

Masih dengan isakan tangis yang menderu aku kembali membuka mulutku untuk berucap, "Bahkan sampai akhir pun, Bapak tetap tidak menyadari kesalahan bapak."

Aku lalu membuang muka dan mengalihkan pandangan kosongku pada arah lain.

"Kalau bapak memang tidak mengenal saya, berhentilah bersikap baik kepada saya meskipun itu hanya sebatas hubungan seorang dosen dengan mahasiswanya. Saya permisi," putusku seraya berpamitan untuk mengakhiri pertemuanku dengannya.

Aku lalu memutar tubuhku dan segera berlalu dari hadapannya. Aku tak peduli meski aku meninggalkan sejuta pertanyaan yang kini mungkin menghujam benaknya. Saat ini dia pasti merasa kebingungan dengan sikapku.

Tanpa mengikuti saran Rayhan untuk memakai payung, aku malah menanggalkan handuk yang ku pakai dan menaruhnya asal pada sembarang tempat. Aku terus maju menerobos hujan yang kini semakin deras bersama suara petirnya yang menyambar keras di telingaku.

Sejujurnya aku sangat ketakutan, mendengarnya saja sudah membuat tubuhku gemetaran, apalagi melihatnya secara langsung dibawah naungan hujan.

Rasa takut itu ku hiraukan. Aku terus berlari sembari menutupi kedua telingaku dan menatap kedepan lurus kebawah tanpa memperhatikan sekitar atas kanan-kiriku.

Namun kemudian aku merasa sedikit bersyukur karenanya. Karena hujan turun, jalanan jadi sepi tanpa orang berlalu lalang di sekitarku dan aku pun bisa menyembunyikan tangisku dari hadapan semua orang.

Banyak sekali keluhan yang ada di dalam dadaku. Ingin rasanya aku berteriak sekeras mungkin untuk mengeluarkan semua beban dalam hatiku.

Ya Tuhan, ada apa denganku? Mengapa aku sangat egois dan kekanakan seperti ini? Tak seharusnya aku mengatakan hal kasar seperti itu pada Pak Ray, dia bahkan tak mengingat atau mengenaliku. Wajar saja kalau dia tak merasa bersalah. Karena memang aku yang salah. Tak seharusnya aku jatuh cinta padanya.

Beberapa detik merutuki kesalahan dan menyesali hal yang ku perbuat, aku pun terhenti. Aku tak bisa lagi menahan sesak didadaku, isak tangisku semakin membuatku sulit bahkan hanya untuk bernafas.

"Ini sungguh tak adil, Tuhan." Aku akhirnya berteriak. Tangisku benar-benar pecah meski telah tersamarkan air hujan.

"Mengapa hanya aku yang menahan sakit ini? Mengapa hanya aku yang mempunyai rasa ini untuknya?" keluhku--masih dengan nada berteriak menatap langit yang hanya bergambarkan awan hitam-- tak dapat memendam lagi semua isi hatiku.

"Bahkan saat aku ingin melupakannya, semakin banyak hal yang membuatku mengingatnya dan membuatku jatuh cinta lagi padanya."

Pundakku tak bisa berhenti naik turun karena isak tangisku, tubuhku semakin gemetar berpadu dengan dinginnya air hujan. Bibirku membiru, napasku tersengal-sengal. Aku tak mampu lagi menahan tegap tubuh mungilku.

"Lengkaplah sudah penderitaanku hari ini," desahku masih dalam tangis.

Kini aku hanya bisa berjalan tanpa arah untuk menenangkan pikiranku yang sedang kacau. Ku gigit kuat bibir bawahku untuk menahan terpaan angin yang begitu menusuk kulitku, lalu ku dekap erat tubuh mungilku untuk mengurangi dinginnya.

Kepedihanku pun semakin melarut bersama air yang membasahi seluruh tubuhku.

Meski hujan kali ini memilukan, aku tetap berharap, semoga hujan ini pula yang akan membantuku melupakan lelaki yang tak seharusnya ku cintai dan mengahapus semua jejaknya dalam hidupku untuk selama-lamanya.

Alih-alih melupakannya, masih berniat saja sudah ada cobaannya. Buktinya, baru saja tak sengaja ekor mataku menangkap bayangan lelaki yang mirip sosok Rayhan tengah bersembunyi di balik tembok bangunan di ujung sana.

Tapi tentu saja itu tidak mungkin dia kan? Pasti hanya khayalanku saja. Memangnya untuk apa dia repot-repot hujan-hujanan mengejarku? Tidak penting.

Aku tersenyum miris, mengusap sisa air mataku yang sudah hilang akibat terbawa hujan. Dengan tatapan nanar ke arah depan, lagi-lagi aku hanya mampu berharap pada Tuhan. Berharap semoga bayang-bayang lelaki itu segera di lenyapkan dari otak dan pikiranku secepatnya. Bahkan jika bisa, hingga tak bersisa sama sekali.



Bersambung...
Jangan Pelit Memberi Vote/Coment sekena.nya yahhh :)
Sankyuuuu...

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 30.9K 46
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1.7M 83.4K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
3M 23.9K 45
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
31M 2M 103
1# Mavros Series | COMPLETED! MASIH LENGKAP DI WATTPAD. DON'T COPY MY STORY! NO PLAGIAT!! (Beberapa bagian yang 18+ dipisah dari cerita, ada di cerit...