Am I Wrong (Sudah Terbit)

By Diruna

37.7K 1.1K 45

Ini tentang tiga orang yang saling mencintai. Johan yang mencintai Airin, Airin mencintai Alvin, dan Alvin me... More

1. Aprilmop
2. Cinta Sendirian
3. Khawatir
4. like
5. Fatamorgana
6. Flashback
7.guardian angel
8. Lebih Dari Suka
9. Sebuah Pilihan
10. Kapas-kapas Putih
11. Sebuah Alsan Tersenyum
12. Deja vu
13. Mengikis
14. Cinta Sepihak
15. Hospital
16. Fate
17. Masa Lalu
19. V.A.G.U.E
20. Malam Minggu
21. Look at me
22. Kupu-kupu
23. Selamat Ulang Tahun
24. Would you Be Mine
25. R.E.A.L.I.T.Y
26. Let Her Go
27. Rindu di Balik Siluet
28.Semua Sudah Tersurat
29. Goodbye
Thank's
AWAKE
34.AM I Wrong
35 Open Po

18. Rain

912 32 0
By Diruna


Malam begitu sunyi, sama halnya seperti rumah mewah bercat putih ini, terlihat tenang dan sepi tanpa penghuni. Namun, siapa sangka. Di balik itu semua terdapat kegaduhan hebat di dalamnya. Sebuah tamparan keras mengenai pipi laki-laki itu, menyisakan memar merah dan bercak darah disudut pipinya. Entah apa yang membuat laki-laki paruh baya itu menghajar anak laki-lakinya. Entah apa yang membuat nya marah hingga ia tega menyakiti anaknya sendiri.

" Dasar anak kurang ajar, tidak tau diuntung. Ngapain kamu tinggal di kost-an sempit temanmu itu, ngapain kamu balapan gak jelas. !" laki-laki paruh baya itu bertolak pinggang.

" Sejak kapan papa peduli?" Alvin bangun dari duduknya, bukan duduk seperti biasanya. Tapi duduk karena barusan tamparan papanya yang membuatnya tersungkur.

Plaaak satu tamparan lagi mengenai wajah tampannya, menambah rasa sakit disudut bibirnya. Alvin benar-benar tidak habis pikir dengan Papanya yang menjelma menjadi preman sekarang. Perlakuannya sangat kasar.

" kamu bilang kapan papa peduli, papa selalu peduli sama kamu. Papa selalu ngasih uang banyak sama kamu, itu cukup untuk anak SMA seperti kamu! "

" Yang Alvin butuhkan bukan uang pah, kenapa papa mengungkit uang papa seakan papa peduli. Kalo papa peduli papa gak akan ngebiarin Alvin sendirian dirumah, papa lebih suka mehabiskan waktu dengan wanita itu dibanding Alvin!, seenggaknya kalo papa peduli sama Alvin kenapa papa ngebiarin mama dan Alsa pergi" tangan Alvin terkepal, seragam masih menempel di tubuhnya, keringat masih membanjiri pelipisnya, bahkan tasnya pun belum sempat Alvin lepas. Belum sempat Alvin menghirup udara rumah dadanya sudah sesak dengan perlakuan kasar ayahnya.

" Kamu itu tidak tau diuntung yah, Harusnya kamu bisa lebih mandiri papa gak ada dirumah itu cari uang buat kamu, kamu gak mikir kalo papa cape!. Kenapa kamu membahas mereka yang jelas-jelas meninggalkan papa"

" Ck papa bilang papa pergi cari uang buat Alvin?" Alvin mengeluarkan semua kartu kredit yang ada di dalam dompetnya, membiarkannya berserakan di lantai." Tuh aku kembaliin rasa peduli papa,biar rasa cape papa gak terbuang sia-sia. Dan inget bukan mereka yang meninggalkan papa, tapi wanita itu yang membuat mereka meninggalkan papa" Alvin meraih kunci motornya kembali dan berjalan cepat meninggakan dua orang yang sangat memuakan. Alvin tidak habis pikir dengan sikap papanya yang selalu menganggap dirinya benar.

Alvin melajukan motornya kencang, memecahkan kesunyian malam membelah jalanan yang sepi. Alvin sangat emosi, ingin sekali Alvin merobek mulut papanya yang tajam, menghancurkan hatinya yang sekeras baja, mematahkan pikirannya yang selalu meninggi. Namun apadaya Alvin sudah berjanji kepada mamanya untuk selalu menjaga papanya.

Alvin menghentikan motornya kakinya melangkah menuju sebuah kursi taman di trotoar tepat di bawah lampu jalan. Terlihat indah namun tidak seindah hati Alvin sekarang. Alvin berteriak mengeluarkan suara emosi yang membakar habis kesabarannya. Sampai sesuatu yang dingin menyentuh ubun-ubunnya, dan merembet kepundaknya membasahi bajunya. Ya hujan, langit mengertinya sekarang menyuruh awan menurunkan hujan menemani kesendirian Alvin dibawah lampu jalan. Alvin menatap kosong rintik hujan yang jatuh, sekilas terlintas potongan setiap kenangan bersama keluarganya, tawanya bersama Alsa saat bermain, manjanya Alvin dengan mamanya saat sarapan, hangatnya kebersamaan mereka saat makan malam dan mendengarkan keluh kesah papanya bekerja. Sampai kedatangan Istri kedua papanya, kecelakaan Alsa dan Mamanya, mamanya yang memutuskan pergi dari rumah dan membawa Alsa, papanya yang berubah kejam setiap kali Alvin pulang. semua itu terlintas dipikirannya membuat cairan hangat membasahi pipinya. Ya, Alvin menangis mengeluarkan semua pikiran yang ada di otaknya, sesak yang ada di hatinya, dan beban yang ada di pundaknya.

Dan kini Alvin tau, kenapa orang menyukai hujan. Karena hujan dapat menyamarkan kesedihan seseorang. Menyapu air mata yang jatuh supaya tidak terlihat lemah, dan menangis di bawah hujan begitu menenangkan baginya.

***

" Kalian kenapa? " akhirnya bunda memecahkan keheningan di Meja makan. Pasalnya dari tadi semunya sibuk dengan makanan masih-masing. Biasanya, Airin dan Johan selalu meributkan sesuatu. Namun sekarang, keduanya diam tanpa kata seperti tidak saling mengenal satu sama lain.

" Kenapa? Airin marah karena Jo nyaingin ketampanan kaka yahh" Noval mulai lagi, dia selalu mengeluarkan kata-kata lucu meskipun tidak berhasil mengundang tawa kedua adiknya.

" Aku selesai" ucap Airin singkat, Airin pamit kepada bunda. " aku tunggu di mobil " ini sudah pagi, udara mulai hangat dengan menyingsingnya pajar. Tapi kenapa sikap Airin masih dingin. Bunda dan Noval menatap Johan secara bersamaan berharap mendapat jawaban atas sikap Airin barusan, namun sama saja. Johan malah manaikan bahunya memberi isyarat bahawa Johan juga tidak tau Airin kenapa.

***

Ujian Nasional tinggal beberapa hari lagi, tapi guru masih saja belum memberi kami istirahat. Bahkan mereka tega menyuruh muridnya untuk olah raga di tengah padatnya pelajaran yang harus kami hafalkan. Ditambah lagi Johan benar-benar diam, dia sama sekali tidak menyapaku pagi ini. Padahal aku hanya menyuruhnya untuk minta maaf, kenapa susah sekali. Aku menyimpan seragamku di loker, dengan malas aku mengenakan baju olah raga sekarang. Lucu sekali, aku selalu memakai baju olah raga saat pelajarannya tapi tidak pernah mengikuti kegiatnnya. Aku terlalu malas untuk berkeringat atau hanya menggerakan badanku.

" Mau lari kemana sekarang Airin?" Raniya tersenyum, dia tau kalau sekarang aku sedang mencari alasan untuk tidak mengikuti kegiatan olahraga.

" Engga kali ini, aku ikut kan hanya liat putra doang main basket" aku memang selalu lari dari kegiatan olahraga, tapi ada satu kegiatan yang tidak bisa aku tinggalkan. Yaitu, dimana putra bermain basket. Jelas aku tidak bisa meninggalkan hal itu, karena ada Alvin sang kapten yang membuat ku tidak bisa lepas memandangnya saat dia sedang ber-aksi dengan peluh membanjiri dirinya, terlihat sangat mempesona. " kamu duluan aja, aku mau ke kelas dulu" aku menyuruh Raniya untuk pergi duluan kelapangan. Raniya hanya mengangguk dan berlari meninggalkanku, begitupun aku yang berbalik arah berjalan menuju kelas. Kebetulan kelasku hanya berjarak beberapa meter dari loker siswa.

Aku masuk kelas dengan santai, tiba-tiba mataku tertuju pada seseorang yang sedang duduk menelungkupkan kepalanya di kedua tangannya, dia seperti sedang tidur. Sepertinya aku tau itu siapa. Aku melangkahkan kakiku berniat untuk mendekatinya, namun sebelum aku membangunkannya orang itu sudah bangun duluan.


" Alvin kamu, kenapa?" aku membelalakan mata saat melihat keadaanya, benar-benar berantakan sudut bibirnya terluka dan dia wajahnya terlihat sangat pucat.

" Aku tidak apa-apa, oh iya aku belum ganti baju" alvin tersenyum, lalu beranjak dari duduknya. Aku hanya menatapnya tidak percaya bagaimana mungkin dia bilang tidak apa-apa sudah jelas kesakitannya tampak di wajahnya. Alvin melangkahkan kakinya menjauhiku namun baru saja beberapa langkah Alvin ambruk, dia tidak sadarkan diri. Aku melihat jelas bagaimana laki-laki itu terkulai lemah tidak sadarkan diri dihadapanku.

Aku berlari menghampirinya, dan berteriak sebisaku berharap seseorang membantuku untuk membawanya keruang kesehatan. Untung saja ada beberapa anak dari PMR membantuku. Mereka membawa Alvin segera keruang kesehatan dan aku dengan cemas mengikutinya dari belakang. Berharap tidak terjadi sesuatu kepadanya sekarang.

Aku mentap cemas seseorang yang sedang berbaring lemah tidak berdaya di Ruang kesehatan . Setelah anak PMR tadi meninggalkan kami berdua di ruangan ini, aku bergegas mengambil minyak aromaterafi untuk membantu menyadarkannya. Aku mendekatkan minyak itu ke indra penciumannya. Aku benar-benar tidak habis pikir kepadanya hari ini. Apa yang terjadi pada laki-laki di depanku sekarang. Ini pertama kalinya aku melihat dia begitu lemah, aku juga baru sadar tubuhnya begitu kurus dan pipinya juga menirus.

Alvin mengerjapkan matanya mengumpulkan kesadarannya. Tangannnya mengurut pelan pelipisnya dan mungkin itu yang menjadi dasar kenapa dirinya seperti ini sekarang.

" Kamu sudah sadar, aku panggil petugas kesehatan ya" sebenarnya aku tidak tahan merasakan degup jantungku yang mulai meningkat saat Alvin sadar barusan. Aku beranjak dari dudukku. Namun dengan segera tangannya memeganng tangannku menarik ku duduk kembali.

" Tetaplah di sini, jangan kemana-mana" suaranya keluar sangat parau dan begitu mengkhawatirkan. Alvin menatapku lembut meningkatkan degup jantungku. Tapi tetap saja rasa khawatirku belum hilang, aku mengangguk dan menuruti kemauannya.

" Tetaplah disini, disampingku" Alvin bersuara kembali, laki-laki itu memejamkan kembali matanya, menggenggam tanganku erat seperti dia memang tidak mau aku meninggalkannya.

" Iya aku akan tetap di sini di samping kamu" aku tersenyum, meski aku tau Alvin tidak melihatku karena matanya tertutup, atau bahkan dia tidak mendengarkanku karena sudah terlelap pergi ke alam mimpi. Aku akan tetap di sampingnya sampai ia sadar.meski aku berharap dia berkata seperti itu bukan untuk waktu ini atau kejadian ini, tapi untuk membalas perasaaanku dan memberikan kepastian bahwa dia mempunyai rasa yang sama seperti ku. Namun aku cukup sadar itu hanyalah ucapan kosongnya karena demam yang begitu kuat merajai tubuhnya.

***

" Iya aku akan tetap disini di samping kamu" Airin tersenyum, membiarkan Alvin memegang tangannya erat.

Aku mengepalkan tangan ku menyaksikan adegan mereka berdua . Kenapa aku harus mengikuti Airin jika tau akan sesakit ini. Ya, aku mengikuti Airin yang berlari dengan raut khawatir menuju ruang kesehatan. Meskipun aku tidak menyapanya pagi ini tapi tetap Airin selalu berada d iurutan pertama dari daftar orang yang harus aku khawatirkan. Meskipun aku sebal karena ulahnya kemarin yang memaksaku untuk minta maaf kepada Shera. Tetap saja hal itu tidak membuat kadar rasa sayangku berkurang terhadapnya. Dan aku mengikutinya dan memperhatikanya di balik gorden yang membatasi jarak antara aku dengannya. ternyata kekhawatirnku berubah menjadi hal yang begitu menyesakan saat melihat Alvin memegang tangan Airin erat. Emosiku seakan ingin meledak saat Alvin menyuruh Airin untuk tetap berada disampingnya.

Aku membalikan badanku, berjalan dengan hati-hati meninggalkan ruangan itu berharap Airin tidak mendengar suara tongkatku sekarang. Aku meletakan tongkatku dan duduk di depan ruangan kesehatan. Aku menatap kosong ke depan membuang nafas kasar. ingin sekali aku menyeret Airin keluar dan menjelaskannya semuanya, semua yang kupendam sejak lama. Bahwa aku menyayanginya sebagai wanita. Namun apa daya dia menyayangi Alvin yang jelas notabennya laki-laki itu adalah sahabatku. tadinya aku baik-baik saja, saat tau Airin menyukai Alvin itu tidak masalah karena kemarin Alvin terlihat biasa saja. Namun adegan barusan membuatku waspada saat Alvin berkata bahwa Airin harus di sampingnya. Kata-kata itu berhasil membombardir hatiku hingga terasa amat menyakitkan.

" kenapa kamu harus menyayangi orang lain, saat seseorang di sampingmu menyayangimu dengan tulus" aku bermonolog sendiri sampai Nando berjongkok didepanku dengan nafas yang terengah-engah.

" Joh.. han, gu hah gue denger Alvin pingsann" Nando sedikit tergagap karena kesusahan mengatur nafasnya. Tapi aku tidak peduli apa yang kulihat barusan membuat aku tidak berniat untuk melihat Alvin kedalam. Itu hanya akan menambah kesakitan yang kurasakan. Aku berdiri dengan bantuan tongkat ku. Dan melangkah meninggalkan Nando tanpa penjelasan apapun. Dan aku yakin sekarang Nando menatapku tidak percaya.

Continue Reading

You'll Also Like

13M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
8.3M 517K 34
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
13.3M 1.1M 81
β™  𝘼 π™ˆπ˜Όπ™π™„π˜Ό π™π™Šπ™ˆπ˜Όπ™‰π˜Ύπ™€ β™  "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...
9.7M 881K 51
#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap har...