Am I Wrong (Sudah Terbit)

By Diruna

37.7K 1.1K 45

Ini tentang tiga orang yang saling mencintai. Johan yang mencintai Airin, Airin mencintai Alvin, dan Alvin me... More

1. Aprilmop
2. Cinta Sendirian
3. Khawatir
4. like
5. Fatamorgana
6. Flashback
7.guardian angel
8. Lebih Dari Suka
9. Sebuah Pilihan
10. Kapas-kapas Putih
11. Sebuah Alsan Tersenyum
12. Deja vu
13. Mengikis
14. Cinta Sepihak
15. Hospital
16. Fate
18. Rain
19. V.A.G.U.E
20. Malam Minggu
21. Look at me
22. Kupu-kupu
23. Selamat Ulang Tahun
24. Would you Be Mine
25. R.E.A.L.I.T.Y
26. Let Her Go
27. Rindu di Balik Siluet
28.Semua Sudah Tersurat
29. Goodbye
Thank's
AWAKE
34.AM I Wrong
35 Open Po

17. Masa Lalu

982 38 0
By Diruna


" Cepat dorong yang kuat" anak perempuan itu tertawa tanpa bisa menyembunyikan raut bahagianya. Matanya berbinar menatap langit yang membentang biru.

" Hati-hati ini sudah kencang, " anak laki-laki mendorong ayunannya dengan kuat.

" Sedikit lagi, aku seperti terbang"anak perempuan itu melepaskeun pegangannya lalu merentangkan tangnnya antuias.

" Pegangan nanti kamu jatuh"

...............

Airin menyeka Air matanya, melihat lukisan yang terpampang nyata dihadapannya. Lukisan dua ayunan disebuah tempat bermain. Airin tersenyum tipis, disela air matanyanya yang menyerbu keluar membasahi pipi cabinya. Lantas matanya tertuju kepada seseorang yang sedang tertidur pulas di sampingnya.

" Bahkan sampai sekarang, kamu masih saja melindungiku, membiarkan orang lain yang mencintaimu dan menghabiskan waktu denganku" Airin menyeka air matanya dan menarik lembut tangan Johan, menggenggamnya menyalurkan kerinduannya, dan kekhawatirannya karena telah meninggalkannya daritadi.

Setelah pulang dari rumah sakit, Airin menemukan Johan tertidur di ruang atas. Rautnya tampak lesu, dengan kuas yang masih digenggam kuat tangannya. Sebenarnya Airin berniat untuk membahas Shera saat pulang, dan bertemu dengan Johan. Namun niatnya ter urungkan, saat melihat keadaan Johan yang seperti ini. Nampaknya ada sesuatu yang Johan sembunyikan, hingga Johan melukis sesuatu yang terjadi dimasalalu. Dengan hati-hati Airin mengambil kuas dari genggaman tangan Johan, berharap supaya laki-laki itu tidak terbangun karena ulahnya.

" Kamu kapan pulang?" Johan mengerjapkan matanya,mengumpulkan kembali kesadarannya yang tenggelam karena mimpinnya.

" Ah aku membuatmu bangun, maaf" Airin membantu membenarkan cara duduk Johan.

" Hmmm engga, kamu nangis ya?" Johan mengerutkan dahinya, membenarkan apa yang dilihatnya. Dengan segera Airin menghapus sisa jejak Airmata di pipinya. " Kamu kenapa? Ada masalah?" tatapan Johan mulai terlihat khawatir dengan sikap Airin.

" Lukisan itu" Airin menunjuk lukisan ayunan itu. Johan hanya tersenyum mengerti, apa maksud Airin. Johan adalah orang yang selalu mengerti tanpa diberi tahu, memahami tanpa dipinta, melindungi tanpa menunggu bahaya, menemani kala sepi, datang melanda Airin.

" Itu ayunan yang di taman bermain sana" Johan menunjuk ke luar, tempat dimana taman bermain itu berada.

" Bohong, kamu merindukan om dan tante kan" Airin tau johan selalu pintar menyembunyikan sesuatu. Tapi Airin juga tahu, apa yang Johan sembunyikan kali ini, gadis itu tau kalau Johan melukis hal berbau masa lalu, itu berarti ada hal yang Johan rindukan.

Johan mengangguk lemah, menatap nanar lukisan yang dibuatnya. Sementara Airin hanya tersenyum lemah. " Aku mengerti, itu tidakan mudah. Tapi aku yakin om dan tante baik-baik saja di atas sana, bersama ayah" mata Airin mulai berkaca-kaca kembali. Sebenarnya, Airin juga sangat merindukan sang Ayah, namun rindu itu tersimpan rapi ,karena takut melukai hati bunda dan Noval. Johan yang menyadari perubahan ekspresi Airin segera menepuk bahunya lembut.

" Sudah jangan dipikirkan, ini hal yang biasakan. Mending kamu nyiapin Air panas biar nanti bunda pulang tinggal masak" Johan tersenyum, rautnya berubah menjadi lebih tenang, ya karena laki-laki itu tidak mau melihat Airin sedih, karena ulahnya. Airin memutar bola matanya, saat sikap manis mereka keluar pasti, berakhir dengan keributan, atau hal yang tidak terduga yang dibuat Johan ataupun Airin.

Airin menghentidakan kakinya, berjalan malas meninggalkan Johan. "bukan hanya mereka yang kurindukan, ada seseorang yang lebih kurindukan" batin Johan bermonolog bersamaan dengan matanya yang menatap langkah Airin yang tenggelam di rentetan tangga.

***

Kelas mulai riuh dengan aktifitas siswa kelas dua belas, ini minggu terakhir mereka berlajar. Karena minggu depan mereka harus berjuang mempertaruhkan masa depan mereka berperang dengan selembar kertas bersenjata soal-soal yang bisa menaklukan nasib masa depan mereka. Namun hal itu sepertinya tidak menjadi masalah buat Alvin dan Nando.mereka seakan tidak takut untuk Ujian Nasional nanti. Lihat saja ini masih pagi, pajar masih besarang di timur. Alvin dan Nando sudah memulai aksinya kembali.

Seperti biasa mangsa mereka kali ini adalah Raniya, karena hanya Raniya yang berani menyerang mereka dan membalas perlakuan mereka tanpa rasa tidakut sedikitpun. Alvin dan Nando mengambil bekal dari tas Raniya, dan memakannya tanpa peduli perasaan pemiliknya.

" Hei jangan dimakan, itu buatan nyokap gue" Raniya berjinjit berusaha mengambil bekalnya ditangan Nando, namu laki-laki itu tidak menggubrisnya. Nando malah menyuapi Alvin seperti ibu yang sedang menyuapi anaknya. Namun saat Nando mau menyuapi Alvin kembali tiba-tiba gerakannya tertahan di udara seseorang berhasil menahan tangannya.

" Lo jangan ngambil makanan cewe galak seperti dia, bunda buatin makanan buat kita" Johan melepaskan tangannya yang menahan tangan Nando barusan, dan menepuk-nepuk tasnya antusias. kakinya masih dilapisi gips, berjalan dengan bantuan tongkat dan Airin, bahkan luka lebam masih belum hilang sepenuhnya dari wajah tampannya . Tapi lihat sekarang, Johan benar-benar antusias. Laki-laki itu bersikap seperti biasa bahkan raut wajahnya tidak menunjukan bahwa Johan sedang sakit.

" Ohh sijagoan kita suda bersekolah hari ini" Alvin mengambil bekal Raniya dari tangan nando dan mengambil potongan roti, dari kotidak itu " Aaaaa lo mesti coba ini, enakk broo" belum sampai roti itu nyampe di mulut Johan kegiatannya terhenti.

"Alvin katanya gak mau ganggu aku dan Raniya lagi, katanya mau berteman baik" Airin mengangkat kedua alisnya, membuat Alvin kembali menyimpan roti itu kedalam tempatnya. Alvin lupa kalo Johan datang bersama Airin. Alvin juga lupa waktu di Rumah sakit dirinya pernah berjanji, tidak akan berbuat seenaknya lagi kepada Airin ataupun Raniya.

Raniya menatap Airin tidak percaya, bagaimana mungkin. Airin bisa bisa setenang itu saat berhadapan dengan Alvin, kemana wajah dingin Airin. Raniya mengangkat tangannya mencari kepastian disana.

" Kalian berdua" Raniya menunjuk Alvin dan Airin. Namun Airin hanya tersenyum dan berjalan santai kebangkunya. Membiarkan Johan berjalan tertatih di belakangnya. Tidak hanya Raniya, Nando juga meminta penjelasan dengan yang terjadi barusan. Mungkin terlihat sepele, tapi bagi Raniya dan Nando itu hal yang sangat menakjubkan. Raniya sangat tau, Airin akan menjadi dingin saat di depan Alvin, dan Nando sangat tau Alvin akan terlihat sangat menakutkan jika berhadapan dengan Airin. sekarang Raniya dan Nando melihat mereka berdua bersikap biasa saja.

" Sudah lah, gue sama Airin udah baikan. Jadi kita temenan" ucapan Alvin barusan membangunkan lamunan Raniya, dan Nando. Alvin berlalu meninggalkan mereka, yang berusaha mencerna ucapan Alvin.

" Kita udah temenan jadi sekarang balikin bekal gue" Raniya menghampiri Alvin yang kini tengah duduk manis disamping Johan, bersama bekal Raniya ditangannya.

Alvin mengeser bekalnya kedepan Johan supaya Raniya tidak mengambil bekal tersebut. " justru itu, kan kita semua udah temenan nih" Alvin mengangguk-ngangguk kepada Johan, Airin,Nando,dan Raniya yang menatap Alvin Antusias. " Jadi lo harus ikhlas ngasih bekal ini kegue" dengan wajah tanpa dosa Alvin melehap habis potongan roti yang tersisa, membuat Raniya mendecih sebal dan kembali kebangkunya dengan wajah tertekuk, membuat Airin tertawa melihatnya. Johan tersenyum melihat Airin tertawa begitu lepas, beban dipundaknya seakan rontok, saat melihat gadis yang disayanginya tersenyum bahagia. Begitu juga Alvin, ini adalah momen langka, karena Alvin melihat sosok asli Airin, benar kata Johan, meskipun berwajah dingin, Airin menyimpan keceriaan yang amat mendamaikan. Rasanya seperti menikmati malam bersama bulan purnama ,begitu damai dan menenangkan.

***

Koridor sekolah tampak sepi saat ini, padahal jam istirahat sedang berlangsung. Hanya ada beberapa siswa yang lalu- lalang di sana. Sedangkan Airin dan Raniya tengah duduk manis di kursi di depan Perpustakaan. Seperti biasa mereka menggosipkan kembali Novel yang mereka baca bersama merebutkan tokoh utama sebagai bias mereka. Saat mereka tertawa dengan hal lucu yang mereka bahas seseorang menghampiri mereka membuat Raniya menatapnya tidak suka.

" Lo ngapain kesini hah" hardik Raniya dengan segera berdiri dari duduknya.

" Ran, udah jangan kasar seperti itu" Airin juga berdiri dari duduknya memegang bahu Raniya lembut berusaha menurunkan kadar emosi yang kini memuncak di ubun-ubunnya. " ada apa ra?"

" Gue mau ngembaliin kotak bekal lo, makasih" Shera memberikan kodak itu kepada Airin. belum sempat Shera melangkah Airin sudah menahan tangan Shera.

" Ra aku minta maaf ya, aku belum sempat..."

" Aduh Airin kamu kamu kenapa kesambet lucifer di Novel itu hah, ngapain kamu minta maaf cew gila kaya dia" Raniya memotong ucapan Airin, matanya benar-benar tajam menatap Shera. Suara Shera barusan cukup tinggi membuat Alvin dan Johan yang tangah mengobrol di depan mading menghampiri mereka penasaran.

" Siapa yang minta maaf?" keadaan mulai mencekam saat suara dingin Johan menyeruak masuk ke dalam telinga mereka. Shera yang sudah tidak enak dengan keadaan ini memilih untuk pergi. " Mau kemana lo," langkahnya terhenti untuk kedua kalinya, Shera memejamkan matanya tegang. Takut Johan akan memarahinya lagi. " Ngapai lo nyuruh Airin minta maaf, hah" benar saja, suara dingin Johan begitu dingin menusuk bagai belati, menyayat hati Shera begtu saja.

" Johan, kamu apa-apaan sihh? Kenapa kamu berbicara seperti itu hah" Airin meninggikan suaranya berharap Johan sadar dengan ucapannya.

" Kamu yang apa-apaan ngapain kamu minta maaf sama cewe kaya dia" Johan juga meningggikan suaranya, karena muak dengan sikap Airin yang tiba-tiba baik kepada Shera. Shera membuang nafasnya kasar, gadis itu jadi merasa bersalah karenanya Johan dan Airin bertengkar karenanya.

" Rin, udahlah jangan minta maaf. Lagian gue udah lupa ko, sekali lagi makasih ya" Shera melangkah menjauhi mereka sebelum cairan bening yang memenuhi pelupuk matanya tumpah di depan mereka semua. Shera terus melangkah membiarkan Airin yang meneriakinya berharap Shera mendengarkan penjelasannya lebih banyak. Namun mau bagaimana, Shera tidak sanggup jika ada Johan disana, orang yang sama sekali tidak bisa ia benci meski telah banyak menyakiti.

" Johan kamu itu kenapa sih, kenapa kamu ngomong seperti itu" Airin kesal karena Johan sama sekali tidak bisa menjaga sikapnya.

" kamu yang kenapa, ngapain kamu harus minta maaf sama dia" johan memeanarkan tongkat yang membantu menyangga kakinya , berharap tongkat itu tidak patah karena emosinya.

" Kamu bilang aku kenapa? Hahh harus nya kamu minta maaf sama Shera, karena kamu udah mutusin dia. Kamu udah ninggalin dia"

Johan berdecih dan menggelengkan kepalanya tidak percaya, " ck ck, benar-benar gila. Ngapain kamu ngungkit itu semua, itu masa lalu Rin. apa hubungannya dengan kamu kenapa aku harus minta maaf, kenapa kamu juga harus minta maaf?"

" karena aku terlibat di dalamnya, karena aku kamu kehilangan waktu untuk membahagiakannya, karena aku kamu egois tehadapnya, karena aku kamu tidak punya waktu untuk bersamanya. Dan karena kamu meninggalkannya tanpa mau mendengarkan penjelasannya. Kamu tau setelah kamu meninggalkannya dia kehilangan semua teman temannya, dia seperti itu karena dia kehilangan sosok yang selalu menenangkannya. " nada suara Airin bergetar menahan emosi, Airin menarik nafas dan melanjutkan perkataanya kembali " dan karena itu kamu dan aku harus minta maaf" .

" Aku gak mau minta maaf" ujar Johan dingin. Setelah ucapan Airin barusan Johan semakin emosi bagaimana mungkin gadis ini bisa menarik emosinya sekarang.

" Jo!" Airin bertolak pinggang, tidak percaya dengan apa yang diucapkan Johan.

" Aku gak mau minta maaf, dan ngga akan minta maaf. Kamu juga ngga perlu minta maaf" mata Johan memang menatap Airin, namun Raniya dan Alvin tau tatapan Johan kosong.

" Oke kalo kamu gak mau minta maaf, gak papa. Kamu gak usah ngomong sama aku, kalo kamu gak mau minta maaf" Airin menghentakan kakinya, melangkah meninggalkan mereka semua. Johan membanting tongkatnya membuat Alvin dan Raniya tersentak kaget karena ulahnya. Bagaimana tidak, sedari tadi mereka berdua tenggelam dalam lamunan pertanyaan yang berputar dalam otak mereka berdua. Raniya lantas pergi berusaha menyusul Airin.

Johan mendudukan dirinya dengan kasar di kursi yang tadi di duduki Airin. Alvin menepuk-nepuk pundak Johan memberi ketenangan kepada sahabatnya itu.

" Lo harus sabar, Airin seperti itu karena mungkin dia nggak tau"

Johan menundukan kepalannya, menatap lekat lantai yang di pijakinya

." Rin andai kamu tau, bukan kamu penyebab aku tidak melakukan itu semua untuknya. Karena aku sengaja, aku lebih senang bersamamu dari pada bersamanya, aku lebih senang membahagiakanmu dari pada membahagiakannya, apa aku salah?. Aku memang sengaja tidak mendengarkan penjelasannya, bukan karena aku tau dia tidak salah. Tapi ini satu-satunya cara aku lepas dari genggamannya. Genggamannya yang selalu menghalangiku untuk bersamamu. Karena aku tidak akan pernah lupa tentang kenangan masa lalu yang kita ciptakan bersama" hati Johan bermonolog menjawab semua yang dikatakan Airin. johan mengusap wajahnya kasar menyandarkan tubuhnya menghembuskan nafasnya kasar berharap karbon dioksida yang keluar dari pernafasannya membawa terbang emosi yang sekarang berasarang di tubuhnya.









Teman-teman jangan lupa Vote dan comentnya, semoga suka dengan ceritanya.

Continue Reading

You'll Also Like

6.2M 483K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
1.1M 80.6K 39
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
6.5M 278K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
504K 25.2K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...