Naughty Kiss (A & Z) [COMPLET...

By unaisahra

458K 31.1K 7.5K

Cerita amburadul wkwkwk . . . . . . . Blue eyes. Pecicilan, penuh percaya diri, suka bikin rusuh, cerewet, su... More

1 : Satu kecupan
2 : Bertemu Mommy Prilly
3 : Zia
4 : Nantang Kak Aldo
5 : What?!
6 : Anive
7 : Kiss 💋
8 : Cerita Cinta Mommy
9 : Posisi Bahaya
10 : Casting
11 : Hadiah dari kak Aldo
12 :
13 : Full Drama Musical
14 : A&Z
15 : Serangan kak Aldo
16 : Di culik?
17 : Dia
18 : Full A & Z
19 :
20 : Makan Malam 1
Apa apa aja
21 :
22 :
24 :
25 : AylaView
26 : sandaran hati
27 : Camping
nyengir
28 : Camping 2
29 : A
B : Pernyataan.
30 : Topikir
31 :
32 : Masha
33 : Antara
34 : Haruskah?
35 : Queen
36 : Akhir
EXTRA PART A
Numpang Lewat
EXTRA PART B
EXTRA PART C (bag 1)
bag 2
wait
Extra D
Special part

23 :

9.6K 728 147
By unaisahra

Hay, lama yah? 😂😂

Warning!!!

Typo bertebaran..

😝😝😝😝😝😝😝😝

"ZiA ZIA ZIA ZIA. . . . . ."

Zia tersenyum bangga sembari mengacungkan salah satu jempolnya pada suporter setianya yang tak lain dan tak bukan adalah kelima sekutunya. Konyol memang, mereka tak malu sedikitpun melakukan hal-hal yang di luar batas kewajaran.

Demi menyemangati sahabatnya, kelima bocah ini berjejer rapi di tepi lapangan. Dasi mereka ikatkan di kepala masing-masing. Panjul dan Ivan mengangkat tinggi-tinggi kertas karton berukuran poster yang tertulis GO ZIA! dengan sepidol hitam besar. Sedangkan di sisi kanan Panjul dan Ivan, —Rifky,Bagas dan Ipang melompat-lompat ala cheerlders sambil memegang ranting daun jambu yang mereka jadikan Pompon ala cheerls.

Aksi bocah-bocah ini pun mengundang tawa murid-murid yang lain. Entah karena geli, lucu, ataupun meremehkan karena norak dan kampungan.

Masalahnya, teman sekelasnya pun tidak seberlebihan mereka. Mereka tetap menyemangati Zia dan Intan dengan cara yang tidak menonjol seperti mereka yang lebih mirip dengan aksi demo.

Iya, demo masak, kata mereka.

Tapi bagi Zia, aksi mereka itu sangat keren! Amazing! Dan menakjubkan! Zia sangat takjub dengan kesetiaan teman-temannya. Mereka rela melakukan apapun untuknya, walaupun memalukan sekalipun. Dan mencari teman gila seperti mereka di jaman sekarang itu sangat sulit. Sesulit mencari kutu di kepalanya Dedy cobuser.

"GO ZIA! GO ZIA! GO ZIA! WE LOVE YOU SO MUCH MUCH MUCH. . . "

Teriakan keras kelima temannya sekaligus dengan gaya ala cheerls yang tumpuk-tumpuk membuat mereka berjatuhan. Dan itu semakin mengundang tawa yang lainnya. Bukannya fokus melihat acara perlombaan, tapi malah sibuk menertawakan teman-teman Zia yang sangat menggelikan.

Rifky melompat lagi sambil berteriak. "AYO ZI... TETAP SEMANGAT! PANTANG MUNDUR! JANGAN MENYERAH! SELAMA AYAT MASIH DI KANDUNG BADAN KITA TETAP SETIA MEMPERTAHANKAN INDONESIA!"

Sontak saja Bagas yang ada di sebelahnya mendorong kepala Rifky greget. "Emang lo pikir ini agustusan."

"Lah, yang penting kan intinya semangat bapaaakk."

"Bapak lu nungging!"

-

Sound track "song "of jams

Zia menuangkan minyak ikan, minyak wijen, minyak bawang dan bumbu lainnya ke dalam teflon, lalu setelah bumbunya berbau harum, ia mengintrupsi Intan selaku satu kelompoknya —yang mewakili kelasnya, untuk memasukan cincangan daging, udang, telur, saun tiram, lalu Zia mengaduknya sampai dagingnya matang. Setelah itu, ia memasukan sayuran dan terakhir nasi. Zia membolak-balik nasi gorengnya ala-ala Chef idolanya, Chef Juna yang terkenal bermulut pedas tapi ganteng. Walaupun mulutnya tajam, tapi Zia tetap suka, karena dia itu ganteng. Udah sih gitu aja katanya.

Semua yang menyaksikan perlombaan ini –termasuk guru-guru yang menjadi juri, pun sangat kagum dengan kelihaian Zia. Seorang gadis yang tukang pecicilan, hobby membuat gaduh, suka keluar masuk BP yang sudah seperti keluar masuk toilet, ternyata punya keahlian di luar perkiraan mereka. Dia pandai memasak. Jika melihatnya seperti ini, wajah menyebalkannya menguap entah kemana, berganti dengan aura kecantikannya yang semakin terpancar.

"Kecap, saos AB*, Royk*, masukin ntan." Intan mengangguk, mengikuti arahan Zia.

Kedua anak ini bekerja sama dengan baik. Tidak ada cekcok ataupun merasa lebih memiliki kelebihan masing-masing. Karena hasil dari kekompakan merekalah yang membuat pekerjaan mereka cepat selesai.

Sementara Silvy selaku panitia yang memegang lomba masak untuk kelas X menatap sinis Zia yang sedang melakukan finishing bersama Intan. Kesal sendiri karena ia sempat mengejek Zia yang tidak bisa memegang sutil apalagi memasak.

Apalagi balasan pedas dari bocah itu yang semakin menyulut emosinya.

"Lo bilang gue gak bisa megang sutil?!" Zia mengangkat dagunya seraya berkacak pinggang. "Coba siniin sutilnya. Abis itu gue tebas pala lo pake sutil biar lo tau kalo gue paling ahli pegang begituan!" Zia membusungkan dadanya, masih berkacak pinggang. "Mau apa lo hah!" tantangnya.

Silvy merasa sangat terhina sebagai kakak kelas. Ia terlihat sangat menyedihkan karena ia sendiri kalah jika harus beradu mulut dengan Zia. Dan lebih kesalnya lagi, ia harus merasakan kesal sendiri,
karena keberuntungan tidak berpihak padanya. Ia tidak di tugaskan bersama Nanda ataupun Firda yang belakangan ini sangat cocok dengannya untuk memusuhi adik kelas mereka yang bermulut setan. Melainkan ia di tugaskan bersama Yoga –teman sekelasnya yang kenal baik dengan Zia.

Sial banget gue!

***

Di lorong yang sepi, Aldo berdiri dengan punggung bersandar di dinding kelas. Ia terlihat sibuk memandangi kameranya. Secercah senyum geli terbit di bibirnya kala melihat hasil jepretannya. Diantara ratusan foto yang ia ambil, hanya satu yang paling menarik baginya.

Bagaimana saat gadis itu yang sedang serius memotong sayuran, saat gadis itu memberi arahan pada temannya, saat gadis itu yang mengelap keringatnya karena panas, dan saat gadis itu tersenyum ceria. Aldo tak menyia-nyiakan itu. Semuanya ia abadikan di kameranya.

Melihatnya seperti itu, sifat annoying gadisnya lenyap entah kemana. Berganti rasa kagum yang berefek pada bibirnya yang terus melengkung. Tak ada yang menyadari itu, tak ada juga yang tahu jika Aldo mengambil candid Zia.

"Aldo! Istirahat dulu. Kita eating-eating ama masakan peserta lomba." teriakan cempreng namun ada aksen seraknya membuat Aldo menoleh.

Dari jarak sekitar sembilan meter ia berdiri, terdapat Candy yang melambai padanya setelah berteriak kencang padanya.

Aldo mengangguk singkat sebelum Candy berbalik pergi. Setelah mematikan kameranya, Aldo mencantelkan di salah satu bahunya, lalu melangkah pergi menuju kelas yang mereka jadikan markas sementara.

***


Silvy tersenyum memandang Aldo yang sedang bermain ponsel di tempat duduknya dengan gigi yang menggigit ujung sedotan teh botol. Dalam keadaan apapun Aldo memang tetap ganteng. Siapa sih yang tidak terpesona dengan cowok tampan ini. Tentunya setiap cewek ingin dekat dengannya. Termasuk Silvy, yang sudah memendam perasaannya sejak pertama kali mereka menjadi Team.

Kakinya melangkah mendekati Aldo, dan kedua tangannya menenteng tempat makan bermerek tupperwa** yang berisikan nasi goreng. Nasi goreng hasil dari menciduk milik kelas X yang berhasil meraih juara satu. Sempat enek karena ia tahu siapa pemenangnya, tapi dengan nasi goreng ini yang sialnya sangat enak, ia rela menghiasnya kembali untuk mengambil hati Aldo.

"Aldo," panggilnya pelan.

Aldo mendongak tanpa melepaskan sedotan dari giginya. Melihat siapa yang berdiri di depannya, sebelah alisnya terangkat seolah berkata, why?

Silvy mengeluarkan senyuman terbaiknya yang terlihat biasa saja dimata Aldo.

"Gue tadi sempet bikinin nasi goreng buat lo," Silvy mengulurkan kotak makannya yang hanya di lirik Aldo tanpa berniat ingin mengambilnya.

Melihat Aldo tak merespon, Silvy buru-buru meralat. "Emm, bukan apa-apa. Ini cuma sebagai tanda terimakasih gue karena lo udah bantuin pas gue di tabrak cewek itu."

"Namanya Zia." cetus Aldo dengan nada datar.

Mendadak Silvy gugup di tatap seperti itu oleh Aldo. Bukan tatapan seperti biasanya, namum tatapan yang menunjukan Aldo sangat muak dengannya.

Oh ayolah Aldoo... Lo itu pasti gak serius sama setan cilik itu. Kaya pas lo sama Nanda. Cuma status belaka.

Tentu saja Silvy hanya mampu mengucapkannya dalam hati.
Namun di tatap seperti itu membuat Silvy merasa takut.
"Eh, i–ya dia maksudnya." ujarnya gugup.

Gerah dengan suasana yang seperti ini, Aldo memilih berdiri dari duduknya setelah meletakan teh botol bekasnya di meja.  Mengabaikan tangan Silvy yang masih menggantung di udara. Silvy masih dengan senyum gugupnya, menunggu Aldo untuk menerimanya.

Dari sini Aldo tahu, ada sesuatu yang aneh pada cewek ini. Dan Aldo tidak terlalu bodoh untuk menebak jika cewek di depannya ini tertarik padanya.

Akhirnya Aldo menerima kotak makan tersebut yang membuat senyum Silvy berubah cerah. Kepercayaan dirinya pun semakin tinggi. Ia merasa akan ada harapan untuk mendapatkan Aldo, lalu menyingkirkan si kutu kupret yang mengaku pacar Aldo.

Namun, tak berselang lama senyum itu luntur ketika Aldo mengeluarkan suaranya lagi.

"Makasih, gue dah kenyang." ucap Aldo sebelum menoleh pada Dhika yang sedang makan snack bersama teman-temannya. "Dhik," panggil Aldo. Dhika menoleh. "Yo!"

"Lo mau nasi goreng?" tawarnya sambil mengangkat kotak makannya tinggi-tinggi. Silvy memasang ekspresi terkejut dengan mulut menganga.

"Waahh mau banget! Kebetulan masih laper gue." jawab Dhika dengan semangat empat lima.

Aldo berjalan menghampiri Dhika dan kawan-kawan. "Nih buat lo," ucapnya seraya menaruh kotak tersebut di meja Dhika.

"Wohooo! Thanks bro!"

Aldo mengangguk sebelum keluar dari kelas tanpa menyapa dan melirik Silvy.

Oh my god!

Rahang Silvy seakan merosot kelantai. Harga dirinya serasa diinjak tanpa perasaan. Kepercayaan dirinya hancur seketika. Secara tidak langsung Aldo telah menolaknya.

"Sialan!" umpatnya seraya menendang kursi bekas Aldo.

Dengan kemarahan yang menggebu ia berjalan kearah Dhika yang belum sempat menyendokkan nasi itu kemulutnya.

"Ini punya gue!" sentaknya sambil menarik paksa kotak makannya, lalu pergi tanpa permisi.

"Eh dasar jelangkung pelit! Sukurin lo di tolak Aldo. Ha ha Muka dua siihhh. "

***


Zia berjalan melewati kelas demi kelas dengan senyum ceria yang tak pernah luntur dari bibirnya. Kakinya melangkah mantap menuju ruangan Aldo untuk memberi kabar gembira ini.
Kabar gembira tentang kemenangannya. Ia masih tak menyangka kalau ia bisa mengalahkan kelompoknya Nisa yang terkenal anak baik dan pintar memasak.

Ah, itu mah rejeki. Di syukurin aja.

Dan atas kemenangan itu, teman-temannya yang memberi dukungan penuh (baca : komplotannya) mengangkat tubuh Zia tinggi-tinggi seolah Zia berhasil memenangkan lomba tinju Intenasional. Tak ketinggalan Bebby dan Delio ikut andil di dalamnya.

Mereka sempat mengadakan pesta dadakan di kelasnya. Delio dengan suka rela mentraktir gorengan, kripik singkong kiloan dan air mineral gelasan untuk teman sekelasnya Zia. Padahal Delio sendiri beda kelas dengan Zia. Tapi demi sahabatnya, apapun Delio lakukan.

Setiap jalan yang Zia lewati, tak sedikit dari teman satu sekolah yang menyapanya. Dari teman seangkatan maupun kakak kelasnya yang mengenal Zia. Tentunya hanya dari kalangan cowok yang sangat gemas dengan tingkah Zia.

"Zia...."

"Zi, "

"Zia..  Selamat ya? "

"Zia cantik mau kemana?"

"Zia mau kakak temenin?"

"Zia nanti malem ada acara gak?"

Dengan tingkah tengilnya, Zia membalasnya dengan kecupan jauh ala-ala idola kepada fans nya. Itu saja mampu membuat hati cowok-cowok meleleh.

Di saat sedang memberi kecupan jauh terakhirnya, tanpa sadar ada sebuah bola yang sedang melayang ke arahnya. Sontak saja mereka yang melihatnya langsung memekik.

"Awaass Zii...! "

"Apa—"

Duk!

"ANNjeeng!" reflek Zia memekik.

Benda bulan berwarna orange itu berhasil mencium mesra keningnya. Tidak membuatnya terjatuh, hanya sedikit oleng saja, tapi tak di pungkiri jika itu lumayan sakit.

Zia mengelus jidatnya sembari menatap benda bulat yang menggelinding di lantai. Berbagai pertanyaan yang menanyakan bagaimana keadaannya ia abaykan, memilih meliarkan pandangannya untuk mencari siapa yang sudah sembarangan bermain bola sampai mendarat di jidatnya.

Emang jidatnya mirip lapangan gitu?

Selang beberapa detik, seorang cowok berpakaian basket  berlari kecil kearahnya.

Mungkin jika cewek lain yang melihat cowok itu kesan pertamanya adalah ganteng. Dia punya tubuh tinggi tapi kurus, kulit bersih, dan face nya yang indonesia banget tapi cakep. Mungkin cewek lain langsung meleleh seketika melihatnya. Apalagi rambutnya yang acak-acakan membuatnya terlihat semakin cool.

Tapi, tidak dengan cewek satu ini. Ia memandang cowok itu biasa saja seolah tak ada yang menarik. Gayanya yang ala-ala Boy Band itu sama sekali tidak ngaruh padanya. Baginya cowok tertampan di dalam hidupnya adalah pacarnya sendiri yang memiliki tubuh kekar dan seksi. Al to the Do, titik!

Cowok itu terdiam beberapa saat sebelum mengeluarkan suaranya. "Lo yang kena bola?" tanyanya seraya memandang Zia intens.

Zia memutar bola matanya. "Menurut lo?" jawabnya ketus sambil mengelus jidatnya yang masih nyeri. "Nih liat jidat gue kalo gak percaya."

Zia menurunkan tangannya, sehingga memar di jidatnya dapat terlihat jelas oleh cowok di depannya.

Cowok itu memandang Zia merasa bersalah. Tangannya terulur untuk menyentuh jidat Zia. Namun pandangan kagum atas kecantikan Zia tak bisa ia hindari. Cewek yang baru ia temui ini sangat cantik dan menarik. Bola matanya yang sangat indah mampu menghipnotisnya menjadi cowok bodoh.

Dan sifatnya yang cuek telah berhasil menarik perhatiannya. Dia tidak histeris seperti cewek-cewek lain ketika melihatnya.

Apa dia gak tau gue siapa?

"Maaf, gue gak sengaja. Pasti ini sakit banget." ucapnya merasa bersalah.

Zia sedikit memundurkan kepalanya, tak mau lebih lama cowok itu menyentuh keningnya. Belum sempat Zia mengeluarkan suaranya, ia terlonjak ketika cowok di depannya ini memekik. "Eh, lo mimisan!"

"Hah!" Sontak saja Zia langsung menyentuh hidungnya yang tiba-tiba terasa lembab. Dan saat itu juga, pandangannya tiba-tiba mengabur membuat tubuhnya melemas lalu jatuh ke tubuh cowok di depannya.

Cowok itupun terkejut bukan main. "Lo pingsan?"

"Nggak, tapi tiba-tiba tubuh gue lemes banget. Tolong bawa gue ke UKS." cowok itu mengangguk.

Disaat ia akan mengangkat tubuh mungil Zia, sebuah tangan kekar menahan bahunya.

"Dia cewek gue." 

Cowok yang menahan tubuh Zia menatap Aldo dengan sebelah alis yang terangkat, seolah berkata gak salah bro?!

Aldo melirik tangan cowok yang melingkar di pinggang pacarnya. 
"Maaf Tuan Adelardo Gerald yang terhormat, gue gak percaya." ucapnya sembari memandang sinis Aldo.

Aldo berdecak keras sebelum merebut Zia yang langsung di halangi oleh teman seangkatannya ini.

"Siniin cewek gue!" geram Aldo.

"Cewek lo itu Nanda,"

Tatapan tajam bak pedang yang siap memenggal siapapun Aldo hunuskan pada cowok Boy Band di depannya.

"Davino Alexander sang artis FTV murahan dan model gadungan, lo ketinggalan gosip!" Aldo menyingkirkan paksa tangan Davin yang ada di pinggang Zia. "Sekarang ini cewek gue." Aldo berhasil merebut tubuh Zia yang sudah tak sadarkan diri. "Lo kebanyakan kencan sama kamera." ejeknya.

Merasa targetnya berhasil di rebut, Davin mengeram tak terima, ia ingin mengambil alih kembali tubuh Zia. "Gue yang bertanggung jawab sama cewek ini!" keukeh nya yang dapat di halangi Aldo.

"Ngimpi lo," Aldo mengangkat tubuh Zia ala bridal. Lalu tersenyum mengejek sebelum mengecup bibir Zia sekilas di depan Davin yang langsung melotot. "Ini cewek gue." lanjutnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan tempat ini.

"OH my god!!"

"Tolong katakan padaku kalau tadi aku salah liat. Pasti gue mimpi."

"Oh oh! Gue harap tadi cuma halusinasi."

"Tadi yang kita liat apaan coeg?"

"Omegoot.. Ini adegan 17+. Mata gue udah terkontaminasi."

Aldo tak peduli siapapun yang melihat ia mencium Zia di tengah koridor. Karena apapun itu, Aldo memang cuek. Mungkin kegilaan cewek ini sudah menular padanya. Dan apa yang dulu ia takutkan kini sudah terbukti. Kalau penyakit menular itu sudah menjangkitnya.

***


Aldo memandang lurus cewek yang masih betah menutup matanya. Ia masih kesal mengingat cowok sialan itu yang sempat menangkap tubuh pacarnya. Sampai tangan cowok itu yang melingkar di pinggangnya pun masih membayanginya. Kalian tahu, Aldo tak terima itu. 

Davin memang salah satu musuh bebuyutan Aldo, dia memiliki dendam tersendiri karena dia tak bisa mengalahkan Aldo di arena. Selain itu, dia juga selalu iri dengan kelebihan Aldo yang dengan mudahnya menarik cewek-cewek cantik, termasuk Nanda yang dulu dia sukai.

Dan Aldo tahu itu. Maka dari itu Aldo sengaja menarik Nanda yang sudah jelas tergila-gila padanya. Semua itu Aldo lakukan hanya untuk membuat musuhnya marah bahkan cemburu.

See, seorang Aldo tidak pernah di tolak bukan? Dan Aldo berjanji, ini terakhir kali nya Aldo akan berhenti pada satu wanita saja.

"Eugh.... " lenguhan kecil itu tak sedikitpun lolos dari pandangan Aldo.

Ia masih bergeming ditempatnya, duduk bersandar di kursi sembari melipat kedua tangannya dan menaruh kaki kanannya di atas lutut. Matanya memperhatikan gadisnya yang perlahan membuka kedua kelopak matanya. Kedua mata dengan bulu mata lentik itu mengerjap-ngerjap lucu menatap langit-langit UKS. Namun Aldo masih betah dengan keterdiamannya.

Bosan menatap langit-langit, lantas Zia menggeser pandangannya kekanan, sehingga mempertemukan
nya dengan bola mata hitam yang tengah menatapnya. Dua detik saling memandang sebelum cewek ini mengeluarkan cengirannya.

"Ini kak Aldo kan?"

Aldo menatap gadis di depanya malas. Pacarnya ini begonya mulai kambuh.

Merasa tak di respon, Zia merubah posisinya menjadi duduk di tepi ranjang. Memandang Aldo dengan seksama, sampai punggungnya sedikit membungkuk agar jarak mereka semakin dekat. Ia tak mau salah orang.

Jengah, Aldo menurunkan kakinya, lalu mendorong jidat Zia dengan telunjuknya yang membuat gadis ini tersenyum senang sembari menepuk tangannya girang. "Ini mah beneran kak Aldo!"

Belum sempat Aldo bangkit dari duduknya, ia di kejutkan dengan tingkah Zia yang sangat gila.

Zia menyeringai lebar sebelum melompat dari ranjang dan mendarat tepat di pangkuan Aldo dengan posisi menghadapnya. Posisi ini membuat kedua paha mulus Zia berkibar-kibar.

Dan ini memang sangat berbahaya. Aldo tak mau kebablasan mengingat mereka masih di lingkungan sekolah.

"Turun!" perintahnya dengan mata melotot.

Bukannya takut, Zia malah mengalungkan tangannya di leher Aldo dengan senyum mengembang. "Gak mau kasih selamat nih," gumamnya dengan ekspresi wajah yang sialnya semakin menggoda.

Aldo membuang pandangannya. Lalu mengeluarkan jawaban yang mampu membuat hati Zia seakan tercubit. "Gak,"

Senyum yang tadinya mengembang kini memudar. Tangan yang tadinya melingkar erat kini mulai mengendur. Ia tersenyum kecut.

Aldo tidak suka ia menang.

Jadi ia percuma mengikuti lomba gak penting itu? Padahal ia sudah berusaha keras agar Aldo bangga padanya karena ia bisa memasak. Tapi usahanya sia-sia. Aldo tak suka. Jadi buat apa ia senang mendapat juara?

Buang-buang energi saja.

Kenapa sih Aldo tidak bisa seperti teman-temannya yang memberi selamat seperti ia meraih kejuaraan dunia.

Ngimpi kali ya?

"Jahat," Zia memukul bahu Aldo dengan satu tangannya. "Padahal gue udah usaha biar menang. Lo jahat!" sekali lagi Zia memukul bahu Aldo.

"Padahal gue tad–"

"Jangan deket-deket cowok lain." potong Aldo cepat. Ia kembali menatap datar Zia.

Zia terdiam. Mencerna kalimat yang baru saja Aldo ucapkan.

"Emang kenapa?" tanyanya polos.

Mungkin jika Delio berada disini sudah mengetuk keras kepala Zia tiga kali, lalu menarik telinga Zia sambil berteriak kencang. ZIA GOBLOK GAK PEKA!

"Gak usah protes." jawabnya kesal.

"Lah,"

"Kenapa bisa sama Davin." pada akhirnya Aldo menanyakannya.

"Davin?" Zia mengerutkan keningnya. "Siapa?"

"Yang meluk lo." ucapnya dengan dada yang bergemuruh ketika mengingat itu.

Zia menepuk jidatnya keras yang seketika itu juga langsung meringis. Ia baru ingat jidatnya ini masih nyeri.

"Nah cowok itu! Gara-gara dia tuh gue ngalamin insiden. Dengan sopannya bola basketnya mampir ganteng di jidat gue. Terus kan dia datengin gue tuh. Duh mana cakep lagi orangnya. Dia minta maaf sama gue terus gue malah tiba-tiba mimisan. Terus pala gue langsung pusing eh, jatuh ke cowok itu. Mending sih dari pada jatuh ke lantai. Kan sak–" cerocosan Zia terhenti begitu menyadari ekspresi wajah Aldo berubah menjadi horror.

Kok serem ya?

Zia menyengir kikuk. Apa kata-katanya ada yang salah? Coba koreksi.

"Maap, maap kalo ada kata-kata gue yang salah he."

"Sekarang lo turun."

Zia menggeleng, mengeratkan kembali kedua tangannya. "Gak mau!"

"Turun."

"Gak mau! Masih kangen." Zia semakin merapatkan tubuhnya.

Aldo menarik dan mengeluarkannya nafasnya. Berusaha meredam emosinya yang menggebu-gebu. Bisa-bisanya bocah ini memuji cowok lain di depannya. Parahnya lagi dia memuji musuh bebuyutannya yang masuk sekolah dapat di hitung dengan jari ayam. Apa dia tidak merasa bersalah?

Marah pun Aldo merasa percuma karena gadisnya ini memiliki kepekaan yang sangat buruk.

"Jangan muji cowok lain di depan pacar lo!" ucap Aldo dengan menekan kata terakhirnya. Ia rela sedikit menurunkan gengsinya yang tingginya melebihi tower di puncak. Sekali ini saja, pikirnya.

Zia mengangkat wajahnya, menatap mata Aldo yang juga tengah menatapnya.

"Jadi gak boleh ya?" ujarnya dengan wajah polos.

Masih tanya juga!

"Gak," ucap Aldo gemas ingin menggigit kepala Zia.

"Batasi juga sama temen-temen cowok lo."

Zia tersenyum senang, lalu memeluk leher Aldo seperti anak kecil yang mendapat hadiah dari Daddy nya. "Oke, oke, say kuuu." ucapnya lalu mencium kedua pipi Aldo.

Aldo menahan senyumnya dengan perlakuan Zia yang seperti anak kecil. Kemarahannya pun berangsur-angsur hilang setelah gadis ini berhasil mengambil hatinya. Tangan yang tadi melipat di perut kini Aldo lepaskan, beralih melingkar di pinggang gadisnya.
Menarik tubuh gadisnya agar lebih merapat padanya.

Kedua mata mereka saling beradu, nafas kedua nya pun saling bertubrukan. Aldo sedikit memiringkan kepalanya sebelum kedua bibir itu bertemu.

.

Tidak akan bosan dengan rasa bibir ini walaupun setiap hari merasakannya. Kapanpun ia mau dan kapanpun ia ingin. Bibir ini sudah menjadi candu baginya. Tak peduli saat ini mereka berada dimana. Karena candunya telah menghilangkan akal sehatnya.

Zia semakin terbuai ketika tangan Aldo turun perlahan dari pinggangnya, melewati pinggul sampai berhenti di pahanya. Memberikan usapan lembut nan menggoda. Membuat perut Zia seakan di kerubungi beribu-ribu semut.

Itu sangat menggelikan dan–entahlahh...  Zia merasa terbang di udara setiap kali tangan Aldo menyusuri setiap lekuk tubuhnya.

Decapan dan desahan lembutnya menjadi satu-satunya ring tone di ruangan yang sunyi ini.

Tak ada yang tahu apa yang terjadi di balik tirai tersebut. Kecuali ada yang berniat pura-pura sakit.

.

Disaat Zia akan membuka kancing seragam Aldo, tangan Aldo terangkat menahannya seraya menarik bibirnya.

Zia mengerucutkan bibirnya lucu.

"Gue udah pernah bilang, kalo mau buka baju jangan disini." bisik Aldo dengan suara seksinya.

Zia yang malu menyembunyikan wajahnya di lekukan leher Aldo, menyembunyikan senyum malunya. Bukan karena malu keinginannya di tolak, tapi malu karena mengingat permainannya di ranjang bersama Aldo.

Aldo tersenyum geli, satu tangannya terangkat mengusap lembut punggung Zia. "Gue baru tau kalo lo punya malu." bisiknya di telinga Zia sembari mencium telinganya.

"Kak Aldoo.. " panggilnya manja. "Jangan mulai lagi deh, "

Aldo tersenyum, masih merengkuh tubuh mungil Zia di pangkuannya.

"Masih sakit?"

Zia menggeleng dalam pelukan Aldo. Tangannya melingkar semakin erat dan tubuhnya semakin merapat membuat dada Aldo sesak karena harus menahan sesuatu yang mendesak dadanya.

"Udah enggak kok." jawabnya dengan nafas yang menyapu leher Aldo.

"Jangan gitu, lo bikin gue sesek."

Aish!

#Tbc

Udahan yeess..

Bye bye 😘😘😘

Babang cibuk 😄

Nih ci bulee pecicilan 😁

Lah ini nih dedek adeelll😊

Continue Reading

You'll Also Like

476K 2.6K 19
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.
793K 76.7K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
240K 1.1K 15
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!
1.8M 8K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...