Am I Wrong (Sudah Terbit)

By Diruna

37.7K 1.1K 45

Ini tentang tiga orang yang saling mencintai. Johan yang mencintai Airin, Airin mencintai Alvin, dan Alvin me... More

1. Aprilmop
2. Cinta Sendirian
3. Khawatir
4. like
5. Fatamorgana
6. Flashback
7.guardian angel
8. Lebih Dari Suka
10. Kapas-kapas Putih
11. Sebuah Alsan Tersenyum
12. Deja vu
13. Mengikis
14. Cinta Sepihak
15. Hospital
16. Fate
17. Masa Lalu
18. Rain
19. V.A.G.U.E
20. Malam Minggu
21. Look at me
22. Kupu-kupu
23. Selamat Ulang Tahun
24. Would you Be Mine
25. R.E.A.L.I.T.Y
26. Let Her Go
27. Rindu di Balik Siluet
28.Semua Sudah Tersurat
29. Goodbye
Thank's
AWAKE
34.AM I Wrong
35 Open Po

9. Sebuah Pilihan

1.1K 46 9
By Diruna

"bundaaaaaaa" Airin memeluk bundanya dari belakang, membuat bunda tersenyum merasakan kehangatan bersama anak kesayangannya.

"sudah pulang sayang?" bunda berbalik, lantas mengecup lembut, puncak kepala Airin. Rsasa sayangnya tidak akan pernah hilang untuk anak-anaknya, Wanita paruh baya itu berusaha bangkit dari kejadian buruk yang terjadi dimasa lalu. Ia selalu berusaha menjadi penopang kerapuhan anak-anaknya."Johan mana.? Kamu tidak pulang bersamanya?" bunda melanjutkan kegiatannya kembali.

" Tidak, dia pulang ke rumah pacarnya" ucap Airin datar

" Johan punya pacar?" bunda mengerutkan keningnya heran. Sejak kapan Johan pulang kerumah orang lain, biasanya juga pacarnya yang dibawa kerumah.

" iya itu loh Nando sama Alvin" lantas mereka berdua tertawa.

Bunda bersyukur Johan bisa mengenal Alvin,dan Nando. Bunda sangat ingat saat Johan belum mengenal kedua sahabatnya, Johan seperti orang yang tidak punya harapan hidup. Hari-harinya selalu dihabiskan dengan melamun di balkon. Apalagi dulu Airin masih tinggal di Surabaya, dan Noval sibuk magang di Rumah sakit. Bunda hanya bisa menenangkannya dengan air mata yang selalu berhias di pipinya. Namun, lamunannya berubah jadi candaan, saat Johan mengenal Alvin dan Nando. Air mata bunda berubah menjadi tawa saat melihat Johan kembali ceria, meski tidak jarang Johan pulang berbekal luka memar di wajahnya. Itu lebih baik, dari pada melihat mata kosong Johan. Kebahagiaan di keluarganya terasa sempurna saat Airin kembali dan tinggal bersamanya.

***

Suara petikan gitar menggema di setiap sudut ruangan sempit itu, mengalum bersama angin, menemani sang rembulan memecahkan kesunyian malam. Tiga pemuda berkelut dengan kegiatannya masing-masing. Ini berbeda, di saat laki-laki sebaya mereka berdansa ria di sebuah club, balapan liar, atau minum-minum tidak jelas. Mereka bertiga menciptidakan music sendiri dengan keahlian yang mereka punya.

" karena kuyakin cinta dalam hatiku hanya milikmu sampai akhir hidupku. Karena ku yakin disetiap hembus nafasku hanya disiru satu yang selalu ku rindu.." suara merdu Johan melengkapi keindahan petikan gitar Nando. Mereka seakan punya cerita dalam lirik lagu yang mereka bawakan, terutama Johan.

Johan dan Nando bermain bersama sementara Alvin sibuk dengan dunianya. Laki-laki itu menyimpan lengannya menutupi matanya seakan tidak mau diganggu oleh siapapun. Entah apa yang dipikirkannya, tapi yang mereka ketahui Alvin akan diam seperti batu, tentang masalah keluarganya. Mulutnya seakan bisu saat Johan dan Nando meminta Alvin untuk bercerita tentang masalahnya.

Johan dan Nando tidak bisa berbuat apa-apa, Alvin terlalu egois dalam permasalahan keluarganya. Ia selalu berjalan sendirian tanpa harus dibantu oleh orang lain. Kedua sahabatnya itu hanya bisa menyemangatinya, karena mereka juga tau Alvin bisa menanganinya.

" Howowowowowo" ponsel Johan bergetar membuatnya mengehentikan nyanyiannya. Tanganya dengan cepat meraih ponselnyang ada di saku celananya.

" kenapa Jo?" petikan gitar Nando juga berhenti bersamaan dengan Johan yang menyimpan kembali ponselnya.

" kayanya gue harus pulang sekarang deh" Johan mengemas barang-barang miliknya.

" Lah ko gitu, ini lagi seru ini Jo.?" Nando menyimpan gitar kesayangannya itu dengan hati-hati. Matanya menatap Johan kecewa pasalnya, jika Johan pulang Nando tidak bisa melanjutkan permainan gitarnya. Alvin juga sedang tidak bisa diajak bicara sekarang.

" Ade gue dirumah sendirian, Bunda ada urusan malam ini" ucap Johan santai.

" Gak asikkkkkk lu Jo" Nando beranjak dari tempat duduknya, dan membaringkan badannya disamping Alvin, namun Alvin sama sekali tidak bergeming. Seakan hanya ada dia yang berada disini. Tangannya masih setia menutupi wajahnya. Bahkan saat Nando mengambil bantal yang dipakai Alvin. Alvin sama sekali tidak bereaksi.

" kasian dia lagi banyak masalah. Tidakut gue , ninggalin sendirian dirumah" Johan selalu bersikap tenang, dengan apapun yang terjadi.

Johan yakin Adiknya akan baik-baik saja. Karena adiknya mempunyai pribadi yang tenang jadi sebesar apapun beban yang dipikulnya adiknya, selalu punya cara mengikis beban tersebut. Hanya saja Johan janji kalo dia akan selalu ada untuknya apapun dan bagaimanapun keadaanya.

" Tugas kalian udah gue kerjain, tapi pelajari. Bentar lagi ujian" itulah kelemahannya Johan tidak bisa menolak untuk tidak mengerjakan tugas kedua sahabatnya. Bukan karena Johan tidakut, tapi jika mereka berdua di hukum Johan selalu terkena imbasnya. "gue cabut" Johan mengambil kunci motornya. Namun belum sempat Johan melangkahkan kakinya, tiba-tiba Alvin memanggilnya.

" Tunggu Jo" Alvin bangun dari tidurnya, tangan kanannya menopang kepala. Johan juga menghentikan langkahnya , setelah sikapnya tadi yang seperti orang mati. Kini Alvin bangkit dari tidurnya, matanya terlihat sayu namun, suaranya masih seperti biasa.

" Masalah lo sama Airin. Mulai besok lo bisa jauhin dia. Lo gak usah pura-pura deket lagi denganya. " Kata-kata Alvin membuat Johan berbalik dan mengerutkan dahinya.

"Maksud lo?" Johan benar-benar tidak mengerti apa yang dimaksud Alvin.

"gue tau lo deketin Airin, gara-gara minta maaf karena kesalahan gue nembak dia tempo hari kan. Lo gak usah minta maaf hanya gara-gara itu, udah biarin aja, toh gadis itu juga biasa aja" ucap Alvin to the point. Ya, Johan adalah orang yang berbeda. Johan selalu ikut andil saat mereka membuat kekacauan tapi Johan juga selalu minta maaf setelahnya. Bahkan saat Alvin mengganggu adik kelas hingga adik kelas itu menangis Johan meminta maaf dan berani melakukan apapun asal gadis itu berhenti menangis. Jadi, kejadian saat Johan berangkat bersama Airin mungkin itu juga cara Johan, untuk meminta maaf atas perbuatan Alvin.

" Hah, gue gak bisa jauhin Airin, dia itu terlalu baik buat ditinggal sendirian. Selama ini gue udah membiarkan dia sendiri " Johan tersenyum sinis lantas melanjutkan langkahnya membuka pintu keluar. " Oh ya, gue deket sama Airin bukan mau minta maaf atau gara-gara ulah lo tempo hari" Johan pergi dari kosan Nando. Sementara Alvin memandang nanar punggung Johan yang lenyap bersamaan dengan pintu tertutup.

Tanpa sadar tangan Alvin mengepal. Kata-kata yang dilontarkan Johan barusan membuatnya emosi. Alvin juga tidak tau kenapa, yang jelas melihat Johan bersama Airin, sangat membuatnya tidak nyaman.

***

Bel isitarahat berbunyi membuat anak-anak bersorak sorai. Pasalnya, mereka sudah jengah. Pikiran mereka harus berdansa dengan rumus-rumus matematika yang membuat mereka pusing tujuh keliling.

Suasana kelas mulai lengang, anak-anak satu persatu mulai meninggalkan kelas, dan berkutat dengan dunianya masing-masing.

" Cabut yu?" Alvin beranjak dari duduknya. Lalu melangkah menjauhi bangkunya, disusul dengan Nando yang sibuk dengan ponselnya.

" Lo duluan aja nanti gue nyusul, ada urusan di ruang lukis" johan berlari, kini posisinya mendahului Alvin dan Nando. Johan adalah anggota dari kelompok seni sekolah, dia cukup bisa menyalurkan bakat yang dia punya.

" Anak itu, selalu saja seperti itu" Nando bergumam gemas, lantas merangkul bahu Alvin dengan sedikt birjinjit mengingat Alvin lebih tinggi dari Nando.

Kini koridor sekolah terlihat rame, pasalnya siswa yang tidak pergi ke kantin sekolah, memilih bergosip di setiap penjuru koridor sekolah, daripada harus berkutat di gudang buku. Alvin dan Nando berjalan santai menarik perhatian adik kelas mereka. Tidak jarang ada adik kelas yang nyapa atau tersenyum jika melihat dua cowok populer sekolah itu.

Jika istirahat, tiga serangkai itu enggan untuk pergi kekantin, mereka bertiga benci keramaian, dan benci Artur. Artur adalah anak kelas bahasa 4, Artur mempunyai perawakan jangkung, wajahnya lumayan tampan, dan dia juga anak basket sama sepert alvin, Artur juga populer, tapi bedanya, laki-laki itu populer karena perlakuannya yang kasar terhadap siapapun, yang bermasalah dengannya . Dan orang yang selalu bermasalah dengan Artur adalah Alvin dan kedua sahabatnya. Dimana pun itu, jika ada Artur dan gengnya mereka selalu berkelahi, apapun itu biang permasalahannya. Artur selalu mencari masalah dengan Alvin, terlebih saat tau Johan pacaran dengan Shera. Jadi, dari pada harus ber ujung di ruang BP. Alvin dan Nando pergi rooftop untuk sekedar menenangkan pikiran, meski semua orang tahu, mereka tidak benar-benar berpikir dalam belajar.

" Lo ngapain berhenti bro?" Nando heran melihat Alvin menghentikan langkahnya, seakan ada yang menarik perhatianya, kini maniknya menatap Airin dan Johan yang sedang tertawa di depan perpustidakaan. Nando mulai penasaran, lantas dia mengikuti kemana arah mata Alvin menatap.

" Memangnya kenapa dengan mereka" Nando merasa ada yang aneh denga kedua sahabatnya itu.

" Brengsek, dia membohongi kita" Alvin bergumam , mimiknya berubah marah tanganya terkepal, Alvin melanjutkan langkahnya dengan kasar. Membuat Nando yang mengekorinya dari belakang penuh penasaran.

Mereka berdua sampai di rooftop. Nando kini mendahului langkah Alvin, berdiri di ujung pagar, matanya menyipit kala cahaya matahari menusuk matanya. Sementara Alvin hanya menatap datar gedung-gedung pencakar langit, yang tempampang indah di depannya. Tatapannya kosong ,namun ada kilat emosi disana. Membuat Nando resah melihat kelakuannya.

" Al ada apa sih.???" Nando yang penasaran dari tadi pun bertanya kembali, Alvin hanya menggeleng pelan tanpan ada penjelasan, atau hanya sekedar kata yang keluar dari mulutnya. Tidak ada reaksi lain selain gelengan tadi.

Johan muncul dari pintu dan melambaikan tangannya . johan berjalan cepat kearah Alvin, yang kini berdiri tidak jauh dari pintu. Tiba-tiba bugggghhhhhhh sebuah pukulan mendarat di pipi johan, membuat ujung bibirnya mengeluarkan cairan merah pekat.

" Lo kenapa mukul gue Al? salah gue apa?" Johan meringis, memegangi pipinya yang kini terasa perih dan panas. Sementara Nando yang kaget dengan perlakuan Alvin, segera menghampiri mereka.

" Ndo lu diem disana" suara Alvin yang tinggi, membuat langkah Nando terhenti.

" tapi Al kalian?"

" Gue bilang diam, ya diam!" Alvin membentidak Nando , membuat Nando mematung penasaran, apa yang sebenarnya terjadi. Mereka memang suka bertikai, tapi tidak sampai melukai seperti ini. Apa sebenarnya yang dilakukan Johan membuat Alvin bisa semarah ini. Nando hanya berdecak sebal, kesal pada dirinya sendiri, yang hanya jadi penonton tanpa tau, apa yang jadi masalah antara mereka berdua.

" Lo bilang lo mau keruang lukis hahhh, nyatanya lo malah menemui Airin!" Johan mengerutkan keningnyanya tidak mengerti, kenapa Airin dibawa-bawa dalam masalah ini, dan kenapa Alvin bisa semarah ini hanya karena Johan bertemu Airin.

" Gue tadi memang dari ruang lukis, dan kebetulan gue bertemu Airin di depan perpus" ucapan Johan santai, tangannya masih meraba sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.

" Lo bohong hahhh!" Alvin menarik kerah baju Johan , membuat Johan menatapnya, semakin tidak mengerti.

" Lo kenapa hahh? Apa masalahnya kalo gue ketemu sama Airin? "

Nando mulai mengerti apa biang dari semua ini, ini masalah wanita. Nando bertolak pinggang tidak berniat, melerai perkelahian mereka. Membiarkan mereka menyelesaikan urusan masing-masing.

" Gue gak suka lo deket sama Airin. Gue gak suka lo deket sama cewe kasar itu!, gue gak suka lu lebih sibuk dengan cewe itu dari pada kita! Gue gak suka, puas lo! Sudah gue bilang jauhin cewe itu" nafas Alvin memburu bersamaan dengan emosinya yang meluap-luap. Entah kenapa kata-kata itu keluar tanpa jeda dari mulutnya. Entah kenapa pula, Alvin merasa egois saat Alvin tau Airin dekat dengan Johan. Kebencian itu muncul saat Johan terlihat menyukai gadis itu. Alvin juga tidak tau kenapa, yang Alvin tau, dia benci melihat Johan dekat dengan Airin.

Johan melepaskan tangan Alvin yang menarik kerah bajunya kasar. " Eh Al, inget yahh Airin tidak kasar, dia tu cewe baik. Kenapa sih Al, lo ngelarang gue deket sama Airin? padahalkan Airin itu...." Johan belum selesai bicara, Alvin sudah melayangkan pukulannya lagi. Membuat Johan sedikit terhempas dari tempatnya sekarang.

" Al Al cukuppp cukuupp!" Nando melerai mereka berdua. Matanya menatap jengah, permasalahan seperti ini, tidak akan selesai kalau hanya dengan kekerasan, apalagi dari tadi Johan tidak berniat utuk melawan Alvin Nando tidak bisa membiarkan mereka berdua saling menyakiti hanya karena masalah wanita. " heh kalian berdua itu temen bro, jangan saling menyakiti kaya gini. Bicara baik-baik" perkataan Nando membuat Alvin berhenti dari pergerakannya.

" Oke! Lo sekarang tinggal pilih, Airin atau persahabatan kita?" Alvin melipat tangannya di dada, menatap Johan tajam. Johan dan Nando juga sama menatap Alvin tidak percaya. Mana mungkin hanya karena Johan dekat dengan Airin, Alvin mengambil keputusan seperti itu, ini sama sekali bukan pilihan. Karena menurut Johan, setiap orang punya hak untuk bergaul dengan siapapun.

" L,o lo gak bisa gitu dong Al?" Johan melangkah menghampiri Alvin. " Al itu gue sama sekali gak bisa milih, lo berdua berarti, lo berdua sahabat gue , dan Airin juga..gue itu.." Johan benar-benar dilema sekarang, kenapa Alvin tega menempatkannya di sebuah pilihan yang jelas-jelas.bukan hal untuk bisa di pilih salah satu.

" lo apa hah? Lo suka sama Airin iyaa" Alvin mendorong Johan dengan kasar, membuat Nando kembali menahan Alvin suapaya laki-laki itu tidak melayangkan pukulannya lagi. Sementara Johan menatap Alvin tajam, kini emosi mulai menghampirinya sekarang, ia mulai jengah dengan sikap Alvin yang sama sekali tidak menerima penjelasan. Alvin terlalu egois dan memikirkan dirinya sendiri. Johan menggigit bibir bawahnya menatp langit dengan tatapn kesal. Ia berusaha meredam emosi yang kini bergejolak membakar kesabaranya.

" Engga, gue gak suka sama Airin. Tapi gua sayang sama Airin, PUAS LO!" emosi Johan meluap tidak tertahan , Johan mengepalkan kedua tangannya. Ingin sekali tanganya itu menyentuk wajah tampan Alvin. Namun, itu hanya akan membuat situasi lebih runyam. Johan membuang nafas kasar, meninggalkan dua orang sahabatnya, dengan perasaan penuh kecewa. Ya, kecewa karena Alvin benar-benar tidak bisa mengertinya saat ini.

Sementara Nando berteriak-teriak memanggil Johan sekarang. " Jo, Jo lo gak bisa gitu dong" Nando mempecepat langkahnya berusaha mengejar johan.

" Sudah lah Ndo, dia udah milih cewe itu bukan persehabatanya atau bahkan kita heh" Alvin mendengus. Membuat langkah Nando terhenti. Nando hanya menatap nanar langkah Johan yang hilang di balik pintu.

Nando berjongkok kakinya lemas, bersamaan dengan hancurnya persahabatan mereka, Nando mengacak rambutnya kasar, ini seperti mimpi di siang bolong baginya. Dadanya panas, menerima kenyataan persahabatannya usai. Mengalahkan panas sang surya yang kini menyengat langsung tubuhnya." kita gak bisa seperti ini, ini gak boleh terjadi" meski Nando tau Alvin masih mematung dibelakangnya, Nando memilih bermonolog sendiri. Nando kesal tapi bukan karena Alvin atau Johan. Nando kesal karena kejadia inin bisa terjadi,. Ingin sekali dia marah tapi kepada siapa kemarahannya bertepi, mengingat Nando juga tidak tau siapa yang salah antara mereka berdua.






oke oke semuanya :) chap kali ini tentang persahabatan.

aku mau nanya jika kalian ada diposisi johan apa yang kalian rasakan??

mohon komenannya yaaaaaaa. vote nyaa jugaaa dengg wkwkw

Continue Reading

You'll Also Like

15.5M 874K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
12.1M 751K 56
Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan se...
2.7M 153K 41
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
6M 703K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...