Lisa terduduk menggenggam ponselnya. Ia memandang sebuah foto yang selalu jadi lockscreen itu selama berbulan-bulan.
"Bam, salah gak sih langkah aku sekarang?" Lisa mengusap pelan layar ponselnya.
"Tapi, kalau semisal aku pulang juga gak akan buat kamu berubah seutuhnya. Kamu tetap aja jadi Bambam yang akan perhatian sama semua orang dan buat orang salah paham sama sikap kamu. Aku ngelepas kamu dari sekarang. Kita jalan masing-masing ya. Aku capek," Lisa sedikit terisak dan mengapus air yang hampir meluncur keluar dari sudut matanya.
"Kalau masih sayang kejar. Jangan bikin kamu nyesel, Lis," Lisa menoleh ketika Mark sudah membawa makan malam pesanan mereka dan duduk di hadapannya.
"Eng—enggak kok. Aku udah lepasin dia," Lisa mengambil piring bagiannya. Dia menyimpan ponsel ke dalam tas sebelumnya.
"Aku juga cowok. Aku tau apa yang dirasain cowok ketika ceweknya pergi. Itu sakit. Jujur, gak enak," Lisa terdiam fokus memotong daging di piringnya.
"Gini deh," Mark mengambil tangan kanan Lisa. Dia genggam erat tangannya itu.
"Aku pernah kehilangan kamu. Bahkan sebelum aku punya kesempatan untuk tau perasaan kamu. Sekarang, kalian udah pernah saling ungkapin perasaan satu sama lain dan kamu malahan pergi. Itu pasti lebih sakit. Aku yakin," Lisa tertunduk. Dia diam.
"Dia yang gak bisa berubah. Dia yang selalu buat aku pengen pergi. Dia yang ngejar tapi dia yang akhirnya ngejauh. Aku juga manusia, punya perasaan," Mark melepas genggamannya dan membiarkan Lisa untuk mengusap lagi ujung matanya yang mulai mengeluarkan bulir air mata.
"Gak perlu dia untuk berubah. Kamu yang harus coba terima sifat dia. Namanya pasangan itu untuk saling melengkapi dan memahami. Kalau mau saling tuntut ini itu mending kalian jadi jaksa juga pengacara aja. Simpel," Mark mengunyah udang asam manisnya. Lisa masih diam dengan posisi yang sama.
"Kamu harus dewasa. Jangan cuman pikirin ego kamu untuk hari ini. Coba pikir tentang kedepannya juga. Tuhan udah kasih pola tinggal kamu jalanin aja."
Lisa menundukkan kepalanya. Dia menangis untuk kesekian kalinya. Daging kesukaan dia di tempat makan itu pun belum sempat ia cicipi.
Mark juga jadi menyimpan alat makannya. Tangannya beralih menyentuh puncak kepala Lisa lembut. Ia jadi mengingat kejadian yang sama saat Lisa mendengar ungkapan perasaan Mark dulu. Lisa menangis keras sekali ketika Mark hanya bilang, "aku sayang kamu Lisa. Kita pacaran gimana?"
"Kenapa hiks ketawa?" Lisa mendongakkan kepalanya mendengar suara tawa Mark.
"Jadi inget dulu kamu nangis," Mark masih sedikit terkekeh.
"Hah? Kapan?"
"Waktu aku bilang sayang sama kamu. Disitu kamu nangis kejer banget sampe orang lain ngeliatin kita. Inget gak sih?" Lisa menutup wajahnya malu. Ia malu sehabis nangis juga malu dengan kejadian itu.
"Udah deh makan aja," Lisa mengalihkan pembicaraan dan langsung melahap potongan besar daging. Mark makin tertawa melihat wajah Lisa yang merona.
💢💢💢
Bambam mengecek kembali pakaian dan barang yang akan ia bawa. Sudah ditutup dibuka lalu ditutup dan dibuka lagi koper biru nya itu.
"Ribet banget sih bawa koper doang," protes Jaebum yang ikut lelah melihat kelakuan Bambam.
"Ini itu harus dicek berulangkali biar gak ada yang ketinggalan."
Jaebum hanya mendengus dan kembali fokus dengan ponselnya.
"Nih, kabar terakhir Lisa. Aku sampe harus berantem dulu sama Jisoo buat dapet ini," Jinyoung memperlihatkan foto Lisa dengan seorang perempuan.
"Siapa tuh? Cantik juga ya," Yugyeom malah salah fokus sama cewek yang ada di foto bareng Lisa.
"Fokus Yug," omel Jinyoung.
"Aduh sayangku semua. Makasih banyak ya," Bambam berlagak memberikan ciuman jarak jauh untuk ketika sahabatnya yang duduk memperhatikannya itu.
"Lagian ini seriusan mau nyusul Lisa ke Thailand?" Yugyeom masih tak yakin dengan rencana Bambam yang mendadak ini.
Bambam mengangguk pasti. Dia mengecek juga pakaiannya agar tetap terlihat fashionable.
"Kalian gak usah banyak tanya. Mendingan kalian siap-siap anter aku ke bandara sebentar lagi. Penerbangan aku 3 jam lagi nih," Bambam sudah menarik kopernya dekat pintu.
Jaebum, Jinyoung, dan Yugyeom hanya berdiri pasrah mengikuti kemauan teman mereka yang selalu keras kepala.
Mereka akhirnya melaju menuju bandara dengan mobil Jaebum. Suasana dalam mobil sudah pasti ramai. Tak mungkin keempat manusia ini tidak berisik.
"Lah lah Bam! Kenapa belok sana?!" Teriak Jaebum yang melihat Bambam jalan menuju terminal 3B sedangkan terminal yang mereka tuju seharusnya 5A.
"Mau pamit terakhiran. Udah tunggu sana aja sekalian titip koper!"
Bambam langsung berlari menuju pintu masuk terminal 3B. Tempat Mina akan berangkat menuju Osaka, Jepang.
"MINAAA!!"
Perempuan dengan rambut sebahu dengan pria lebih tinggi di sampingnya menoleh.
Bambam setengah berlari menghampiri Mina dan Yuta yang sedikit mundur dari tempat berdirinya. Memberi ruang untuk Mina juga Bambam mengobrol.
"Aku gak telat kan?" Mina mengangguk dan terkekeh melihat Bambam yang sedikit membungkukkan badannya mengambil dan membuang napas.
"Ini baru mau check in. Kamu ngapain juga kesini?" Bambam meneguk air mineral yang diberikan Mina sebelumnya.
"Katanya kamu mau pulang. Aku juga cuman mau nganter aja," Mina tersenyum getir.
"Padahal gak usah. Bikin tambah susah buat dilupain tau," kini giliran Bambam yang tersenyum getir melihat Mina yang memajukkan bibir bawahnya cemberut.
"Udah, mau take off nih kita. Ayok masuk," Yuta menginterupsi obrolan mereka dan menarik koper Mina.
"Makasih untuk semua. Sekali lagi maaf untuk Lisa juga," Mina terkejut ketika Bambam duluan yang menarik tubuhnya ke dalam pelukkan.
"Udahan ahh. Kalau kamu baik gini nanti aku jadi gak mau pulang," Mina melepaskan pelukannya.
Mina melambaikan tangannya pada Bambam dan jalan mengikuti langkah kakaknya, Yuta.
💢💢💢
Otw end
Siapkan hati kalian dengan kemungkinan apapun yg jadi endingnya wueheehe
MWAHHHH
😘😘😘😘
-billoxx