Naughty Kiss (A & Z) [COMPLET...

By unaisahra

458K 31.1K 7.5K

Cerita amburadul wkwkwk . . . . . . . Blue eyes. Pecicilan, penuh percaya diri, suka bikin rusuh, cerewet, su... More

1 : Satu kecupan
2 : Bertemu Mommy Prilly
3 : Zia
4 : Nantang Kak Aldo
5 : What?!
6 : Anive
7 : Kiss 💋
8 : Cerita Cinta Mommy
9 : Posisi Bahaya
10 : Casting
11 : Hadiah dari kak Aldo
12 :
13 : Full Drama Musical
14 : A&Z
15 : Serangan kak Aldo
17 : Dia
18 : Full A & Z
19 :
20 : Makan Malam 1
Apa apa aja
21 :
22 :
23 :
24 :
25 : AylaView
26 : sandaran hati
27 : Camping
nyengir
28 : Camping 2
29 : A
B : Pernyataan.
30 : Topikir
31 :
32 : Masha
33 : Antara
34 : Haruskah?
35 : Queen
36 : Akhir
EXTRA PART A
Numpang Lewat
EXTRA PART B
EXTRA PART C (bag 1)
bag 2
wait
Extra D
Special part

16 : Di culik?

8K 666 143
By unaisahra

Wohaaa! Berdasarkan permintaan. Gue next nih cerita. Semoga masih nyambung ya? 😁 And semoga belum d apus dr library kalian. 😁

Selamat membaca ☺

Typoh bertebaran.....

6
__________________________

Keluarga. Satu kata yang menyimpan sejuta kenangan di dalamnya. Membayangkan jika memiliki keluarga yang hangat walaupun hanya memiliki seorang ibu. Ibu yang dengan segenap kasih sayangnya, Ibu yang selalu pasang badan jika ia merasakan sakit, kesulitan, merasa tak di butuhkan oleh orang lain, selalu menjadi orang pertama yang mendengar keluh kesahnya, dan lain sebagainya yang membuat anaknya nyaman dengan kehadiran seorang ibu.

Sehingga, anaknya selalu menjadikan ibu sebagai tempat kembali yang paling ia rindukan. Ia merasa terlindungi, setidaknya jika ia tak memiliki teman, ia masih memiliki ibu yang senantiasa bersedia menjadi teman. Ah, lebih dari teman. Ibu itu multi talent, dia bisa berperan menjadi apapun untuk anak dan keluarganya.

Itulah sosok ibu yang Zia harapkan.

Mungkin indah ya hidupnya jika memiliki seorang ibu yang ada dalam bayangannya. Tak masalah hanya ada ibu saja tanpa adanya ayah di sampingnya, walaupun ia sangat menginginkan sosok ayah. Tapi jika takdirnya ia tak pernah melihat wujud ayahnya seperti apa, mau bagaimana lagi? Zia pun harus menerimanya.

Kenginannya tak muluk-muluk, ia hanya ingin memiliki ibu yang memperlakukan nya dengan lembut. Selalu merentangkan kedua tangannya jika anaknya membutuhkan pelukan hangat. Membelai rambutnya penuh kasih sayang. Menenangkannya dengan kata-kata lembutnya. Berharap anaknya dapat terlelap dengan nyenyak, dan di sambut dengan mimpi indah.

Ah, Itu terlalu jauh. Semua orang pasti mendambakan sosok ibu seperti yang ia bayangkan. Itu terlalu indah bagi Zia. Menurutnya, gadis pendosa sepertinya memang tak pantas mendapat kebahagiaan seperti itu. Ia pantas mendapatkan semua perlakuan ibunya selama ini. Rela jika ibu nya bahagia dan merasa puas untuk melampiaskan kemarahannya. Atau mungkin mamahnya capek.

Menghela napas panjang, Zia menghentikan langkahnya. Meraba pipi chubbynya yang terasa basah. Bibirnya menyungging senyum tipis. "Gue gak nangis kan?"

Tertawa pelan, Zia kembali bergumam. "Gak mungkin lha, ini kayaknya grimis. Gue gak bakalan nangis."

Kepalanya mendongak ke atas. Menatap langit yang ternyata  perkiraanya meleset. Tak ada sedikit pun tetesan-tetesan air yang jatuh langit. Langit sangat cerah dengan matahari yang sudah sedikit lengser ke arah barat, menandakan jika waktu siang hampir habis.

Zia meringis perih. Kepalanya kembali menunduk menatap ujung sepatu converse nya. "Ternyata gak gerimis ya. Jadi gue udah berani nangis di jalanan kaya orang gila?" gumamnya pelan.

Kembali Zia melangkahkan kakinya dengan kepala menunduk, tak peduli dengan mobil dan motor yang seliweran di tengah jalan. Kakinya menendang-nendang kerikil-kerikil kecil yang mengganggu jalannya.

Hari ini Zia tak langsung pulang. Ia menghindar dari Aldo yang sedari tadi mengirimkan pesan beruntun karena hari ini ia tak melaksanakan tugasnya. Kali ini saja Zia tak ingin mengganggu Aldo. Kali ini saja Zia tak menampakkan wujudnya di depan kakak kelas tersayangnya. Hanya kali ini saja, Zia ingin menyendiri.

Sedangkan Delio, jangan tanyakan dia. Dia sedang dalam mode pedekate dengan anak baru sekaligus anak sahabat mamahnya. Beby. Tak habis pikir, secepat itukah? Delio memang tak bisa merem sedikit saja jika ada yang bening lewat.

Sebagai sahabatnya, Zia sudah sangat hafal sifat Delio. Zia tak mempermasalahkan itu, siapa saja pacarnya pun Zia tak ingin tahu. Mungkin butuh buku absen untuk mendata pacar-pacar Delio.

Ck! Bodo amat. Yang terpenting hari ini ia harus sendiri. Tak ingin dulu berhubungan dengan duo saudara itu.

Menurutnya, ini adalah hari tergalau selama hidupnya. Ia ingin merasakannya sendiri. Tak ingin ada yang merecokinya. Sungguh tak bohong. Kepalanya masih terasa nyeri, bekas benturan sudut meja yang menusuk jidatnya masih membekas jelas. Terpaksa slayer bintang bintang nya masih melingkar di jidatnya. Sempat di tegur guru kesayangannya, tapi Zia tak peduli. Bu siska memang sangat pengertian. Dia tidak memaksanya, melainkan hanya memberi poin 10 saja.

Bahagianya di perhatikan.

Zia terkekeh pelan. "Perhatian gundulmu Zi. . .Zihhmmp." Disaat sedang menggumam sendiri, tiba-tiba ada seseorang yang membekap mulutnya dengan kain. Zia tidak bisa melihat siapa orang itu dengan jelas karena pandangannya mulai mengabur. Samar-samar Zia mendengar tawa seorang perempuan. Detik selanjutnya, pandangannya sudah gelap dan tawa cewek sialan yang sudah berani mengganggunya lenyap seketika. Kesadarannya sepenuhnya menghilang.

***


Brak!

Aldo membanting stik PS nya sampai remuk. Dengusan kasar dan geraman sudah kesekian kalinya lolos dari bibirnya. Tangannya mengacak rambutnya frustasi, lalu membanting tubuhnya ke tempat tidur dengan posisi terlentang. Pandangannya menatap lurus langit-langit kamarnya yang berwarna putih polos.

Moodnya hari ini benar-benar buruk. Aldo sendiri tidak tahu apa yang membuat ia segelisah ini. Yang jelas, sejak ia berangkat sekolah, bawaannya ingin mukulin orang mulu. Farel sendiri sampai tak berani menyenggolnya. Sedangkan Candy yang mencoba bertanya ada apa dengannya? Malah Aldo menjawabnya sangat ketus. Sontak saja Candy langsung menutup mulutnya rapat-rapat, lalu menarik Farel agar membiarkan Aldo Sendiri dulu. 

Kemarahannya kembali memuncak ketika mengingat pesannya yang beruntun tak satupun di balas oleh bocah itu. Apalagi saat berpapasan dengannya waktu ia baru saja menginjakkan kaki di koridor bersama Delio. Bocah itu dengan tampilan aneh dan wajahnya yang sedikit pucat, tak berani menatap kearahnya, dia seperti menghindar dengan beralasan untuk mengantar murid baru. Dan sejak pagi itu, bocah itu benar-benar lenyap.

Tunggu!

Sejak pagi? Waktu berpapasan dengan bocah itu? Moodnya rusak?

Oh! Itu tidak mungkin!

Aldo meraup wajahnya kasar, lalu merubah posisinya menjadi duduk. Raut wajahnya berubah panik. Kepalanya menggeleng cepat, berusaha mengusir pikiran anehnya.

"Gak mungkin karna bocah itu. Ini gilak!" Aldo mmemijat pelipisnya.

"Kepala gue kayaknya butuh di siram air dingin." Lantas Aldo bangkit dari tempat tidurnya, menyeret kakinya ke dalam kamar mandi. Aldo harus menyiram kepalanya dengan air dingin agar kesadarannya kembali.

***

Tawa membahana dari dua orang cewek menggema di dalam mobil mewah berwarna merah cherry. Dendam yang dia miliki akan segera terbalaskan untuk bocah belagu yang kini tergeletak tak sadarkan diri di jok penumpang. Rencananya, dia akan membuat gadis itu hancur di lahap cowok-cowok brengsek yang haus dengan makhluk bernama wanita.

"Ah, gue gak sabar ngeliat bocah itu nangis kejer. Mamiihhhh aku gak perawan...." katanya dengan suara yang di buat-buat, lalu tawanya kembali keluar dari bibirnya. Saking ketawanya, ia sampai memukul-mukul stir mobilnya.

Tak berbeda dengan temannya yang ikut tertawa seperti orang gila. "Kak Nanda kok jahad banged cih, apa salahku kak??" temannya —Firda, menirukan suara gadis belagu yang mereka sekap. Lalu kembali tertawa.

"Salah lo, udah ngerebut Aldo dari gue. Sok nantangin gue, nyaingin kepopuleran gue. Salah lo itu kalo dikiloin tu udah berton-ton. Rasa pengen gue lempar ke elo biar lo cepet modar!" Nanda kembali tertawa seperti nenek sihir yang berhasil membuat ramuan beracun.

"Lo emang gila. Tapi gue dukung bitch." kata firda yang kembali terbahak.

"Ck. Ini akibatnya udah berani main-main sama gue." decaknya dengan senyum miring. Matanya menatap lurus ke arah jalanan. Kedua tangannya mencengkeram stirnya dengan kuat. Seolah gadis itulah yang ada dalam genggamanya.

Nanda menghentikan mobilnya setelah memasuki gerbang rumah minimalis berlantai satu. Daerah yang mereka masuki lumayan jauh dari perkotaan. Tak heran jika di daerah ini banyak pepohonan. Jarak rumahnya pun tidak terlalu dekat.

Nanda mengambil handphone dari saku kemejanya, mendial nomor seseorang yang akan membawa gadis itu.

"Gue udah di depan. Buruan gih ambil ni anak."

"Di jamin bagus gak? Soalnya lo ngasih ngratis. Biasanya yang gratis gak berkualitas."

Nanda tertawa kejam. "Jangan salah, walopun gue bencinya setengah mampus ama ni anak. Gue jamin deh gak kalah ama barang brended. Made in LN broh!"

Terdengar decakan kagum dari sebrang sana. "Wow! Gue jadi gak sabar pengen liat. Tunggu, sebentar lagi temen gue yang ngambil."

"Oke! Gue tunggu."

Klik.

Setelah sambungan terputus,
Nanda tertawa girang sambil meng hentakan-hentakan kakinya di mobil. "Aahh!! Gue puas banget fir." Temannya tak berbeda. "Lo seneng, gue apalagi. Kalo perlu lebih sadis dari ini."

"Eitt...! Jangan salah, ini tu baru awal. Kalo sampe dia tetep deketin Aldo, gue jamin bakal lakuin lebih ama bocah ini."

Lantas keduanya pun kembali tertawa kejam.

***


"Bang! Kok stiknya remuk sih!" Delio, yang baru saja menyelonong ke dalam kamar Aldo berteriak frustasi melihat stik abangnya sudah tak berbentuk.

Niatnya ingin meminjam stik milik abangnya karena stik PS yang ada di bawah entah kenapa tiba-tiba rusak. Sehatikah dengan stik PS milik Aldo?

Tak tahukah bahwa sore ini Delio benar-benar bosan. Delio butuh seseorang yang bisa ia ajak ribut. Tentunya hanya sahabat tersayangnya yang entah kini berada di mana.

Tadi, setelah Delio mengantarkan Bebby pulang, Delio langsung melesat ke rumah Zia. Namun orang yang di carinya ternyata belum pulang, padahal sudah memasuki waktu 'asar. Bik Siti selaku pekerja di rumah Zia pun tak tahu kenapa anak itu belum pulang. Biasanya jika ingin keluar lagi, Zia selalu pulang dulu untuk berganti baju. Atau tidak, Zia akan menelfon rumah agar bik Siti tidak khawatir.

Akhirnya Delio pun menghubungi nomor Zia, yang sialnya malah tidak aktif. Mendadak perasaan Delio tidak enak. Sahabatnya tidak pernah seperti ini. Menghilang tanpa kabar walaupun ini belum sampai satu hari. Ada apa dengan bocah itu? Perasaan tadi di sekolah biasa saja. Hanya sedikit pendiam saja. Menurut Delio, Zia sedang berusaha menjadi cewek beneran. Jadi menurutnya tak ada masalah apapun yang menyangkut pada sahabatnya.

Delio menepis perasaan gak enaknya. Mencoba berfikir positif saja. Mungkin baterainya habis, atau mungkin sedang jalan-jalan untuk membeli keperluan, atau mungkin juga nyantol sama gebetan yang tak sengaja ketemu di jalan. Kaya Ftv-ftv gitu.

Lagi pula, siapa juga yang pengen nyulik orang macam Zia. Yang ada tukang culiknya di culik balik sama Zia. Sahabatnya itu walaupun otaknya hanya seperes, tapi dia punya seribu satu cara kibul dalam kamusnya.

Delio terkekeh geli mengingat tingkah sahabatnya.

Ceklek.

Bayangan Delio buyar ketika mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka. Aldo keluar dari kamar mandi dengan handuk kecil yang ia letakan di atas kepalanya.

Delio mengernyit heran menatap abangnya. "Tumben jam segini mandi, biasanya nunggu gelap baru mandi."

Aldo hanya melirik Delio sekilas yang kini sedang duduk selonjoran di karpet bludrunya, punggungnya ia sandarkan di sofa.

"Bumi gak bakalan ambles gara-gara gue mandi jam segini." katanya sembari berjalan menuju kulkas kecil yang berdiri di samping meja mininya yang menampung televisi dan kawan-kawan. Mengambil minuman soda yang menjadi minuman favorite nya.

Lantas ia mendaratnya pantat nya di sofa dekat Delio. Bedanya, Delio duduk di bawah. Tangannya sesekali menggosok rambutnya yang masih basah dengan handuk kecilnya.

"Napa ntu stik dah remuk aja. Gue mau pinjem ellah." dengusnya sebal. Kakinya menyingkirkan stik PS yang sudah remuk, lalu menyeret remote tv yang tergeletak di samping stik yang ia singkirkan.

Aldo menenggak minumannya separo. "Gue banting." jawabnya santai.

Delio langsung mendongakkan kepalanya ke arah Aldo. Menatap abangnya tak habis pikir. "Kenapa Lo? Gabut?"

"Bosen pengen ganti yang baru." bohong nya.

Sontak saja Delio melotot. Yang benar saja, bukannya stik ini baru beli seminggu yang lalu?

"Eh, ini tuh masih baru abangku tersanduuungg!" kata Delio dengan gemas. Tangannya terangkat di udara seolah sedang meremas wajah Aldo. "Gak usah pake acara di remukin kali, buat gue juga mau." lanjut nya yang masih tidak terima dengan keadaan. (?)

"Bodho." jawabnya seraya mengendikkan bahu nya tak peduli. Aldo kembali menenggak habis minumannya.

Delio mencebik. Abangnya memang selalu seenaknya saja, semaunya saja, sebodo teuing dah.

Tak ingin peduli, ia kembali menatap layar televisinya yang menampilkan acara mancing mania. Seketika raut wajahnya langsung berubah ketika melihat ikan segede bocah berusia lima tahun. "Busyeeett! Tu ikan gede bener. Kalo Zia liat bisa jingkrak-jingkrak tu anak."

Ck!

Siapa tadi yang Delio sebut?

Aldo mendengus lelah mendengar nama bocah itu. Punggungnya ia sandarkan di sofa dengan pikiran yang kembali berputar-putar sampai membuat kepalanya pusing.

"Sayangnya tu anak malah ngilang. Jadi gue bosen gak ada yang bisa di ajak ribut." Delio kembali bersuara membuat alis Aldo menaut.

Bocah itu ngilang?

Aldo kembali menegakkan punggungnya. Berdehem pelan untuk menutupi kegugupannya. Sedikit ragu untuk menanyakan bocah itu yang entah mengapa jadi menarik untuknya. Karna sungguh! Bocah itu telah mengganggu pikirannya sejak tadi pagi. 

"Emang kemana?" tanya nya pelan.

"Tau tu anak. Gue samperin ke rumah tumbem belum pulang, gue hubungin nomernya malah gak aktif. Kan gue jadi kesel. Nemu gebetan mungkin di jalan." jawabnya yang sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari layar televisi.

Kalimat terakhir yang di ucapkan Delio sangat tak masuk ke akalnya. Menurutnya tidak mungkin atau bisa jadi Aldo menolak kemungkinan itu.

Tanpa Aldo sadari, ia tak ingin menerima kemungkinan jika bocah itu menemukan gebetan baru. Karena sejak perjanjian itu, hanya Aldo lah yang menyentuh bocah itu. Dan dalam perjanjiannya, bocah itu tak boleh dekat dengan cowok manapun.

Jadi tak mungkin kan?

Aldo kembali menggosokan rambutnya dengan kasar, lalu melempar asal handuknya. Ada kemungkinan bocah itu yang membuat perasaannya —gelisah, mungkin.

Aldo harus keluar.

Lantas ia bangkit dari sofa, berjalan menuju lemarinya. Mengeluarkan celana jeans, kaus putih dan jaket berwarna navy.
Tak menunggu lama pakaian yang ia ambil sudah melekat di tubuhnya. Mengambil salah satu sepatu koleksinya yang berjajar di dalam rak. Pilihannya jatuh pada sepatu yang berwarna putih.

Setelah penampilannya rapih, Aldo menyambar kunci motor yang tergeletak di atas nakas.

"Wangi bener. Mau kencan ya?" selidik Delio dengan mata memicing.

"Mau cari pacar." jawabnya datar. Namun berbeda dengan Delio yang berteriak heboh mendengar jawaban asal abangnya. "Wooohaaa!!! Bang Aldo udah punya cewek. Tumpengan dong besok."

"Berisik!" Aldo menghentikan langkahnya sebentar sebelum membuka pintu kamarnya. "Apapun yang lo denger besok, lo gak usah banyak tanya, gak usah kaget." setelah mengatakan itu, Aldo menghilang di balik pintu. Meninggalkan Delio yang tak mengerti apa maksud perkataan Aldo.

Krik,krik,krik

Lola





#Tbc

Wow! Ternyata bs lanjut juga ni cerita. Wkwk

Apakah kalian bertanya" gimana keadaan Zia? Hehe

Continue Reading

You'll Also Like

815K 77.1K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
357K 19.1K 27
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...
3.3M 49.1K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
1.9M 8.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...