HILANG [ bamlis ] ✔

By billoxx

52.1K 6K 748

[ FINISH] ;unedit Ketika yang hilang kembali mencari jalan pulang. "Ini tidak seindah yang kalian inginkan"... More

Pemberitahuan
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Cast
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
+instagram+
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44 [END]
[Special Chapter] Jinyoung's Problem
[Special Chapter] Give in

Chapter 38

668 94 17
By billoxx

Coba sambil play musiknya.

Hehehe.


Lisa sudah siap dengan koper yang sangat besarnya. Ketika yang lain bertanya masalah ukuran kopernya itu Lisa akan menjawab hal yang sama.

"Lis, itu gak terlalu besar kopernya? Mana bawa jinjingan sama tas kecil juga," ucap Ji soo memandang perlengkapan Lisa.

"Ini bawa banyak aku. Oleh-oleh dari Korea buat di Thailand. Baju juga bawa banyak buat disimpen disana terus beli lagi disana bawa sini deh. Hehehehe," dia menjawab dengan cengiran khasnya.

"Gak mikir buat kabur kan?"

"Ngaco deh. Unnie semua terlalu baik buat aku tinggalin. Udah deh mau take off sejam lagi aku harus masuk dulu ya," Lisa berdiri dari duduknya dan melambaikan tangan pada 3 teman yang selalu menemaninya.

Terjadilah peluk memeluk di depan tempat pengecekan barang. Bukan hanya Jisoo tapi Jennie dan Rose merasa ada yang aneh dengan kepergian Lisa. Ini terlalu mendadak dan ganjil. Tapi yasudahlah.

"Ohya, itu bingkisan yang ada di kamar aku jangan lupa dikasih besok ke Bambam ya. Dan, janji kita, jangan lupa. Inget! Aku pergi, bye."

Lisa memeluk sekali lagi dan jalan menarik koper besarnya sendirian menjauhi teman-temannya.

Setelah melihat jelas Lisa masuk ke dalam dengan selamat(?) Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk sekedar ngobrol di kafe kawasan bandara.

"Jenn, masalah kamu sama Jaebum oppa selesai?" Tanya Jisoo membuka percakapan mereka.

"Selesai. Cuman salah paham juga sih sebenernya," jawab Jennie enteng sambil menambah gula pada kopi hitamnya.

"Emang awalnya gimana sih? Aku masih gak ngerti," Rose ikut bertanya.

"Awalnya kan aku nangis lama itu, nah itu karena aku belum haid. Ya kalian bayangin aja ini udah beberapa bulan semenjak kejadian di hotel Namsan waktu itu dan sejak itu aku belum haid. Panik lah jelas. Kalian bisa bayangin kalau aku hamil gimana."

"Hush! Ngomongnya sembarangan," sergah Jisoo.

"Namanya juga panik. Pas dateng Jaebum oppa makin panik jelas. Tapi pas dipaksa cerita akhirnya aku cerita sama dia. Dan, kalian juga tau aku tadi pagi kan pergi sama dia, kita itu ke dokter buat cek. Untungnya itu, ternyata cuman ada sedikit penggumpalan darah di dinding rahim gitu yang ngebuat aku telat haid dan harus ada tindakan langsung juga minum obat. Sekarang aku langsung haid deh," jelas Jennie sambil menepuk perutnya pelan. Yang lain cuman mengangguk mengerti.

"Ohya, aku ada jadwal kelas tambahan sekarang. Pamit duluan gapapa kan? Btw, thanks buat traktir kopinya ini. Bye," Rose mengangkat kopinya dan menyambar tas lalu pergi keluar kafe. Jisoo dan Jennie hanya mengangguk dan melambaikan tangan lewat jendela besar di sampingnya.

"Jenn," Jennie pun langsung menoleh pada Jisoo yang duduk pas di depannya.

"Aku mau tanya boleh?"

"Tanya aja. Lagian tumben minta izin segala. Ck."

"Jujur ya," tatapan Jisoo tiba-tiba berubah menjadi serius menatap Jennie.

"Duh, suasananya biasa aja dong. Bikin tegang kayak lomba cerdas cermat aja deh, Unn."

"Hehehe. Mianhe. Gini, aku cuman mau tanya masalah Jinyoung oppa—"

"Ohh cowok yang ketemu di kantin kampus?" Jawabnya dengan santai. Aslinya, dipaksa santai sih.

"Kamu kenal kan?"

"Kan dikenalin kemarin lagian—"

"Kalian kenal sebelum itu kan? Bahkan jauh lebih tepatnya sempet dekat? Iyakan?"

Jennie hanya diam mengatupkan bibirnya mengaduk asal kopi di depannya. Jisoo mengusap bahu Jennie pelan dan tersenyum, "it's okay. Just say the truth."

"Emm, yakin gapapa?" Jisoo mengangguk dan tersenyum tulus.

"Jadi, emang kita sempet deket lebih dari temen dulu tapi di bawah pacaran. DULU. D-U-L-U!" Jennie menatap Jisoo dengan membulatkan mata untuk meyakinkan. Jisoo hanya terkekeh pelan dan mempersilahkan Jennie melanjutkan ceritanya.

"Tapi dia ngilang gitu aja padahal dia udah berhasil buat aku jatuh sama dia. Namanya juga cowok emang gitu kelakuannya, udah dapet ya pergi," wajahnya terlihat menyendu. Tapi ia langsung tersadar dan menatap Jisoo lagi, "itu dulu ya. Dulu inget!"

"Kamu udah tanya kenapa dia pergi gitu aja?" Tanya Jisoo. Jennie hanya menggeleng.

"Nanti aku coba cari tau ya." Jennie hanya menggeleng cepat. Sebetulnya ia tak mau mengorek masalah ini lagi. Sudah cukup jadi cerita lalu saja.

"Aku gak mau dianggap yang ngerusak hubungan kalian. Biar aku cari kejelasannya ya," pinta Jisoo. Dan lagi-lagi Jennie menggeleng dia mengentuh pelan tangan Jisoo, "udah cukup sakitnya kemarin aja jangan dibongkar dan buat aku sakit lagi. Aku capek."

"Udah deh ngobrolnya gak enak kalau gini suasananya. Kita gosip orang lain aja kan seru," Jennie mencoba mengalihkan obrolan mereka dan Jisoo hanya terkekeh dan mengikuti alur pembicaraan Jennie yang mulai ngelantur. 



💢💢💢



Lisa menggenggam erat ponselnya. Ini kesempatan terakhirnya mengaktifkan ponsel sebelum pesawat yang ditumpanginya melaju.

Ia bimbang untuk memberikan kabar pada Bambam atau tidak.

Memang benar, ia berangkat hari ini dan Bambam tahu bahwa ia berangkat esok. Lisa sengaja mengaturnya begitu. Ia tak ingin melihat pria itu mengantarnya pergi. Tak ingin pula ditagih kapan waktu ia akan kembali. Sudah dijelaskan, ia tak tahu. Ia hanya butuh waktu untuk diri sendiri dulu.

Ia menonaktifkan ponselnya langsung ketika sudah terdengar pengumuman dari pramugari yang bertugas. Ia siap berangkat ke Thailand saat ini juga.

Bambam sudah siap dengan pakaiannya yang selalu tampak rapih. Yugyeom yang kebetulan menginap malamnya pun harus membantu sohibnya itu memilih baju tadi. Bukan Bambam namanya jika asal dengan gaya pakainnya.

Sudah siap dengan kunci mobilnya Jaebum yang ia pinjam di tangan kanan. Dan ponsel yang ia perhatikan sejak semalaman. Pasalnya tak ada kabar dari Lisa, membuatnya bingung kapan ia harus mengantarnya. Menurut kabar terkahir ia akan berangkat dengan pesawat hari ini jam 3 sore. Dan, ini sudah jam 12 belum ada kabar juga.

Ting tong


Jennie berjalan membukakan pintu apartemennya. Ia terkejut ketika melihat Bambam sudah berdiri di depan pintu.

"Lisa mana? Aku janji mau anter dia ke bandara," Bambam celingukan melihat kondisi apartemen yang sepi. Tak ada suara Lisa bahkan pakaian Jennie sekarang saja terlihat seperti baju tidur untuknya.

"Duduk dulu," Jennie pergi masuk ke dalam kamar Lisa. Bambam hanya mengikuti perintah. Ia pikir Jennie masuk kamarnya Lisa untuk memanggil wanita itu keluar.

Tapi,

Jennie hanya datang dengan sebuah kotak. Ia menyimpannya di pangkuan Bambam.

Pria itu nampak kebingungan. Di tutup kotak itu ada sebuah tulisan, "Open Me Please:) This is Me, Lalisa."

Langsung saja Bambam membuka kotaknya. Ada kotak dalam kotak ternyata. Terdapat sebuah kotak besar dan 2 kotak kecil di dalamnya.

Dalam kotak yang besar terdapat sebuah kemeja lengan panjang berwarna biru langit terlipat rapih. Wangi khas Lisa menempel pada pakaian itu. Bambam semakin bingung. Ia mengambil secarik kertas di atasnya.

"Semoga kamu masih ingat dengan anganku waktu itu. Melihatmu dengan kemeja panjang dengan lengan baju yang dilipat hingga sikut. Ingat? Dan untuk harumnya, kau simpan itu."

Jennie hanya menaikkan bahunya ketika Bambam menatapnya dengan wajah bingung. Ia memegang ponsel sesekali untuk mendapatkan gambar sebagai bukti pada Lisa.

Dibukanya kotak kecil yang pertama, disana ada foto polaroid sebanyak 7 lembar. Tertera nama hari dimulai Senin hingga Minggu dan catatan di bekakangnya.

"Senin: Kamu masih ingin libur lebih lama bukan? Fighting!"


"Selasa: Tugas menumpuk lagi? Istirahat aja jangan memaksakan."


"Rabu: Jaga kesehatan! Aku akan marah kalau kamu sampai sakit."


"Kamis: Hari kosong kan? Pergilah main sebentar dengan temanmu. Bukan Mina yang jelas! Hehe:)"


"Jumat: Makannya dijaga ya. Jangan terlalu banyak minum kopi!"


"Sabtu: Olahraga jangan lupa! Badan kamu masa mau saingan kurusnya sama cewek. Hft."


"Minggu: Weekend gini, aku rasa...aku mulai rindu kita yang dulu."


Bambam semakin bingung. Ia mengusap wajahnya kasar. Ia bingung sungguh dengan keadaan yang seperti ini.

Kotak kecil kedua, kotak terakhir.
Isinya hanya sebuah gulungan kertas.

"I love you—I do—but I am afraid of making that love too important. Because you're always going to leave me. We can't deny it. You're always going to leave."

—David Levithan, Every Day

Sekarang Bambam makin tak mengerti dengan keadaannya. Ia memandang Jennie meminta penjelasan.

"Kamu telat," Jennie duduk di kursi depannya. Bambam mengkerutkan dahinya.

"Lisa udah berangkat kemarin. Dia sengaja titip itu buat pamitan," Jennie menunjuk kotak yang masih di pangkuan Bambam.

"Tapi...dia bilang hari ini... dia berangkat jam 3 sore hari ini," suaranya sudah sedikit bergetar khawatir.

"Kamu kenal Lisa berapa lama sih? Belum sadar juga kalau dia orangnya susah terbuka sama lainnya? Hm?" Jennie menyandarkan tubuhnya santai berbalik dengan Bambam yang sudah bergerak tak jelas di kursinya.

"Kita udah coba tahan dia. Tapi, Lisa kekeuh harus pergi tanpa pamit sama kamu. Dia bilang udah mempertimbangkan semuanya."

Bambam masih mencerna semua ucapan Jennie. Dia bergerak ke kanan dan kiri. Menggeleng dan mengangguk ketika berpikir sendiri. Ia mencari tahu bagian mana yang dirasa terdapat kesalahannya pada Lisa. Tak ada.

"Tapi kenapa?" Bambam masih tak menerima keputusan Lisa yang pergi begitu saja.

"Tanya Lisa. Sekarang kamu mending pulang dan bawa barang ini. Pikirin apa alasan yang buat dia kayak gini. Menurut aku, semua ada hubungannya sama kamu."

Jennie berjalan menuju pintu dan membukanya lebar-lebar mempersilahkan pria itu pergi.

Bambam mengemas barangnya dan bingkisan Lisa beserta foto polaroidnya yang sempat berceceran tadi.

Ia berjalan gontai denga kotak ditangannya. Matanya sudah semakin panas dan berair.

Ketika pintu apartemen itu menutup kembali, air mata menetes pas pada wajahnya. Ia tak tahan lagi kehilangan Lisa. Kedua kali.



💢💢💢



Secepetnya aku beresin ini yaw

Ternyata bingung mikir 3 cerita sekaligus wk

Lagian ini udah ngaret banget dari waktu selesai seharusnya 😥😥

Vomment(s) juseyoo~



-billoxx

Continue Reading

You'll Also Like

15.8M 991K 35
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
6.6M 496K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...
753K 69.1K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...