The Truth

By ryylme

57.4K 6.7K 1K

Kisah tentang hubungan rumit Kim Jongin dengan mantan sahabatnya, Oh Sehun. Tentang Jongin yang mengorbankan... More

How
Just...
Lose Control
Broken
Not Me anymore
Comeback
I dont know
Us
We get the Chance?
What happen?
Real Pain
I Lose you?
Final Of Us?
Am I hurt you?
The Start of feeling
Chanyeol
What Should I do?
??
Sehun, Eomma & Jongin
Trying
Misunderstanding
The start or The ending?
Pleasure & Heartbreak
When Trusted Being Destroy
Feeling
Heartbreak pt. 1
Heartbreak pt. 2
The Turth
flashback (Special Chap)

Me

7.1K 347 20
By ryylme

Oh Sehun - Kim Jongin
Park Chanyeol
Friendshipp, Bromance, School life
Rate : 17+ for bad language and scene
[Get inspiration from "School2013"]

_________________________________________

Hari ini aku kembali kesekolah seperti biasanya. Aku kembali bukan karena aku ingin belajar. Tapi karena tidak ada pekerjaan lain. Sejujurnya, tidak ada yang spesial dari hidup ataupun diriku. Jika tidak kesekolah, aku harus kemana lagi.

Di rumah sendirian. Tidak ada siapapun. Karena aku hidup sendirian. Karena itulah, setidaknya sekolah bisa membantuku melewati hari-hariku.

Aku hanya siswa biasa. Tapi mungkin salah satu yang menonjol. Jangan terlalu berharap aku menonjol karena hal baik, karena pada kenyataannya aku jauh dari kata kebaikan.

Aku menonjol karena diriku yang seperti ini. Aku yang jauh dari peraturan sekolah. Aku tidak pernah memikirkannya, hanya saja aku sulit untuk mentaati peraturan itu.

Selalu melawan arus dan menjadi salah satu siswa yang ditakuti. Bukan tanpa alasan juga mereka seperti itu padaku.

Berkelahi.

Itulah diriku yang paling menonjol. Sebenarnya, aku tidak suka melakukannya. Tapi selalu ada orang lain yang memulainya denganku.

Dan image ku yang suka melanggar peraturan menambah kesan buruk lainnya. Dan aku tahu, anak-anak lebih memilih menjauh daripada mendapat masalah jika berdekatan denganku.

Well, aku tidak perduli dengan itu sebenarnya.

Tapi satu hal lagi, aku bukan type orang yang suka membully atau membuat masalah.

Aku tidak tahu bagaimana awalnya hingga diriku bisa serumit sekarang.

Aku hanya anak yang tidak suka peraturan yang mengekang hidupku. Dan aku hanya orang yang ingin melindungi diriku jika ada orang yang menbuat masalah padaku.

Itu saja.

Tapi aku tidak tahu jika itu bisa membuat imageku sebagai berandalan semakin kuat.

Aku tidak menyesali apa yang terjadi. Dan aku tidak menyesali diriku yang sekarang. Aku hanya ingin menjalani hidupku. Itu saja.

Aku tidak memiliki banyak teman. Hanya satu orang yang menyebut dirinya sendiri adalah temanku.

"Ah!". Aku sedikit terkejut ketika tiba-tiba seseorang merangkulku dari belakang.

Dan aku menemukan Chanyeol yang tengah tersenyum lebar seperti biasanya menatap depan.

Dan dialah orangnya. Seseorang yang menyebut dirinya sendiri temanku. Padahal pada kenyatannya, aku tidak perah menerima atau menolak ajakan pertemanannya. Semua hanya berjalan begitu saja. Hubungan kami yang seperti sekarang, itupun karena Chanyeol yang selalu mengikutiku kemana-mana.

Awalnya aku risih dan tidak suka dengan sikapnya. Tapi lama kelamaan aku mulai terbiasa. Dan sampai sekarang, aku hanya membiarkannya melakukan apapun yang dia ingin lakukan.

Aku tidak ingin ambil pusing dengan hal itu.

"Semalam kemana? Kenapa tidak menjawab telfonku".

Aku meliriknya sebentar ketika tiba-tiba ia bertanya. Sedikit berpikir tentang sesuatu.

"Aku tidur". Jawabku singkat.

"Bukan karena sengaja tidak menjawabnya kan?".

Hah...orang ini tidak akan pernah puas dengan satu jawaban. Itu benar aku malas mengangkat panggilannya, tapi ada yang lebih penting dari itu.

"Kenapa aku harus melakukannya?". Bohongku

"Hmm. Molla. Siapa tahu ka-

Aku sedikit bingung ketika Chanyeol berhenti bicara. Dan ketika aku mengikuti arah pandangannya, aku menemukan Sehun berdiri didepan kami.

Dengan wajah kaku dan dinginnya. Dan juga mata tajam yang dalam.

Kenapa dia disini?

"Oh! Hai Sehun".

Aku hanya diam ketika Chanyeol menyapa Sehun. Dan seperti biasanya, orang itu hanya meliriknya sesaat. Jangan khawatirkan perasaan Chanyeol. Orang itu tidak akan sakit hati.

"Ikut aku".

Ketika dia berbalik dan mulai berjalan, aku menatap Chanyeok sebentar. Dia menjauhkan tangannya dan aku mengikuti Sehun Dari belakang, meninggalkan Chanyeol sendirian.

Ada apa?

Aku terus melangkah mengikutinya. Tidak ada pembicaraan diantara kami. Dalam setiap langkahku, sulit rasanya untuk tidak menatap tubuhnya yang sempurna dari sini.

Dia terasa sangat jauh.

Dan kami berhenti di atap sekolah yang sepi. Aku penasaran dengan ini, kenapa dia membawaku kemari.

Aku menunggunya, ketika dia tidak kunjung bicara. Dari belakang sini, aku hanya bisa melihatnya yang berdiri membelakangi ku dengan kedua tangan yang ia masukkan ke saku.

Sebenarnya apa yang dia pikirkan?

Apa yang ingin dia katakan?

Ketika dia berbalik dan menatapku, entah kenapa aku merasa gugup tiba-tiba. Bukan gugup yang baik tapi, gugup kecemasan. Raut wajah dan matanya membuatku cemas dengan tiba-tiba.

Cepatlah bicara!

"Jangan ikut campur dalam urusanku".

Nadanya, sangat dingin.

Dan kalimat itu...aku mengerti kemana arah pembicaraan ini sekarang.

Dia sudah tahu apa yang terjadi kemarin malam. Dan apa yang bisa kulakukan sekarang? Tidak ada. Karena aku hanya bisa diam entah kenapa.

"Aku tidak membutuhkanmu untuk menyelesaikan masalahku. Jadi menjauhlah".

Entah kenapa aku merasa semakin kecewa dan...sakit?

"Jangan membuatku lagi-lagi mengatakan ini"

"Menjauhlah dari kehidupanku".

Kenapa aku seperti orang bodoh?

Aku tahu ini akan terjadi. Dan kenapa, aku tetap menatapnya saat ia bicara meski ucapan itu menyakitkanku.

Mataku sangat jelas menangkap wajahnya.

Kebencian.

Mata itu, apa tidak akan pernah berubah?

Aku terus berpikir jauh, dan membiarkan Sehun berjalan melewatiku begitu saja. Hingga suara pintu tertutup dan aku sendirian.

Barulah aku menyadarkan diriku dari lamunanku. Aku membuang nafas, berharap diriku bisa lebih tenang. Tapi itu tidak ada gunanya.

Aku tidak bisa membuang rasa sakitku begitu saja.

Aku kecewa,

Marah,

Namun juga sedih.

Aku hanya.....

Ah~ sampai kapan hubungan ku dengannya terus seperti ini?

Aku benci hubungan yang seperti ini. Sampai kapan kami akan saling menyakiti seperti sekarang?

Tapi seharusnya aku bisa menjalani ini. Aku sudah mengambil jalan itu sejak awal. Seharusnya aku bisa menanggung semua kebenciannya.

Bukankah aku sudah tau semua ini akan terjadi?

Aku sudah tahu sejak awal, apa resiko yang akan ku hadapi. Tapi kenapa semua sangat sulit?

Aku benar-benar merasa...sangat sulit untuk menerima kebenciannya.

Tapi, aku tidak mungkin mengatakannya. Tidak mungkin aku rela membuatnya terluka hanya untuk agar dia tidak lagi membenciku.

Aku akan lebih menderita jika dia tahu kebenarannya.

Lebih baik dia membenciku. Meski itu bukan kesalahanku, semua ini lebih baik.

Kebenciannya padaku lebih baik daripada kebenciannya pada orang itu nanti.

Aku bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan sangat terluka dengan tahu kebenaran itu.

Ya, kebenciannya padaku itu lebih baik.

Dan rasa sakitku...itu sangat jauh lebih baik daripada rasa sakitnya nanti.

Aku hanya perlu bertahan.

Hanya itu.

Dan semua akan baik-baik saja.

_________________________________________

Pelajaran terakhir dimulai, dan aku duduk ditempatku. Tidak ada yang kulakukan selain melamun dengan menatap langit dari jendela.

Benar-benar sulit rasanya, membuang semua yang terjadi begitu saja.

Sejak pagi, setelah kejadian diatap tadi. Aku sama sekali tidak bisa fokus dengan yang lain.

Karena aku merasa...

Semuanya benar-benar terasa semakin rumit.

"Aku tidak butuh bantuanmu".

Benar. Kau memang tidak membutuhkanku untuk melakukannya, Sehun. Kau orang yang kuat, orang yang mandiri, dan bisa menyelesaikan masalah apapun yang kau hadapi.

Aku tahu itu, karena kita sudah berteman sejak kecil.

Aku sangat mengenalmu.

Tetapi, sangat sulit bagiku untuk meningkalkanmu!

Beribu-ribu kali kau menyuruhku untuk menjauh dari hidupmu, dan beribu-ribu kali aku sakit karena hal itu...tetap saja, sampai sekarang aku tidak bisa melakukannya.

Sulit rasanya menahan dirimu ketika aku mengetahui masalahmu.

Sulit rasanya untuk tidak membantumu.

Karena aku sudah seperti ini sejak dulu ketika kita berdua masih berteman.

Kau lebih baik dariku di berbagai hal. Kau mandiri dan bisa menjaga dirimu.

Tapi meski aku tahu kanyataan itu, sangat sulit membuang rasa perduliku padamu.

Karena keperdulian itu sudah ada sejak lama. Aku sudah terbiasa dengan perasaan itu sejak kita bersama sebagai teman.

Dan mungkin juga, karena perasaan aneh yang tidak seharusnya ku miliki terhadapmu, temanku.

"Jongin".

Aku terkesiap, dan sadar dari lamunanku. Aku menatap linglung Chanyeol yang terlihat khawatir melihatku.

"Kau tidak ingin pulang?".

Pulang?

Aku menatap sekitar, dan ruangan kelas sudah kosong.

Seberapa jauh aku melamun tadi?

Aku berdiri dan mengambil ranselku. Meletakkannya dipundak kiriku dan berjalan keluar kelas.

Chanyeol selalu membawa dirinya untuk pulang bersamaku setiap hari. Dan pulang bersama seolah sudah menjadi kebiasaan yang wajar bagi kamu berdua.

Sejujurnya, aku bisa merasakan Chanyeol sering mencuri pandang padaku dengan tatapan khawatirnya. Tapi karena dia diam, aku juga tidak akan membahasnya.

Selain itu, aku juga tidak ingin Chanyeol tahu masalahku.

"Hei, jika kita langsung pulang itu akan membosankan. Kita makan sesuatu dulu bagaimana?".

Benar juga. Dirumah juga tidak ada apapun.

"Baiklah". Jawabku menyetujui.

"Ditempat biasa".

Aku hanya mendengung sebagai jawabannya. Chanyeol terlihat sangat senang ketika aku menyetujuinya. Well, tingkah dan ekspresi dirinya memang selalu over.

Meski aku banyak membencinya, tapi jujur saja...aku juga sering mendapati diriku merasa lebih baik karena keceriaan Chanyeol yang entah bagaimana bisa menular padaku ketika aku melihatnya.

Mungkin aku memang harus bersyukur karena memiliki seseorang yang mengakui dirinya secara sepihak sebagai temanku ini. Setidaknya aku tidak sendirian dan masih ada yang membuatku merasa lebih meski hanya sedikit.

Kami memesan makanan kesukaan kami masing-masing setelah sampai di kedai. Tidak ada soju karena kami masih SHS. Selain itu, aku dan Chanyeol buruk dalam hal minum. Oleh karenanya, kami memutuskan untuk menjauhi minuman itu.

Ah...Lega rasanya, bisa menikmati ramen sekarang. Perutku sudah sangat lapar karena tadi aku melewatkan semua jam makan siang.

"Senang rasanya melihatmu lebih baik".

Apa?

Aku berhenti menyumpitkan mie kedalam mulutku dan menatap Chanyeol. Dan aku mendapati dirinya hanya tersenyum padaku.

Jadi benar kan, sejak tadi dia memperhatikanku.
Kenapa aku merasa, dia terlihat lega. Sangat berbeda dengan dia yang selalu mencuri pandang padaku dengan tatapan khawatirnya tadi.

Apa dia merasa lega karena aku merasa lebih baik sekarang?

Jika benar, kenapa dia begitu.

"Memang aku kenapa?". Gumamku dengan kembali memakan ramen.

Aku bisa mendengarnya yang terkekeh. Dia pasti tahu aku mengatakan itu hanya untuk berpura-pura dan membuat aliby jika aku selalu baik-baik saja.

Namun, senang rasanya karena Chanyeol tidak membawa pembicaraan ini lebih jauh. Dan ia lebih memilih melanjutkan makannya.

"Hei!". Kesalku saat tiba-tiba ia memberikan daging ke mangkukku.

"Aku tidak makan daging sekarang. Jadi kau saja yang makan ini".

Aku terus menatapnya yang terus memilih i daging dari mangkuk dan memberikannya kemangkukku.

"Jika tidak memakannya, kenapa tadi tidak bilang pada penjualnya". Kesalku.

"Ck. Harganya akan tetap sama jika aku tidak menggunakan daging. Lagipula, daripada membuat keuntungan yang lebih disini, lebih baik aku memesan apa adanya dan memberikan dagingnya padamu. Kau kan maniak daging dan ayam".

Lagi-lagi, sikap dan ucapan Chanyeol membuatku merasa...ah, bagiamana aku menjelaskan ini. Hanya saja, ia terlihat sangat mengenalku dan juga perhatian.

Aku merasa tidak enak. Ya, karena aku selalu bersikap acuh padanya selama ini. Sepertinya aku harus mengubah sikapku. Setidaknya aku tidak akan melukai hati orang lain lagi karena sikapku yang seperti ini. Apalagi orang yang tulus macam Chanyeol.

"Ngomong-ngomong, kenapa kau tidak makan daging?". Tanyaku dan memakan ramenku kembali.

Namun, dengan tiba-tiba dia berpose sok tampan dengan jarinya yang membuat tanda √ dibawah dagu.

"Absku akan segera terbentuk. Dan aku akan semakin tampan".

"Cih. Abs itu tubuhmu, bukan wajahmu. Kau memiliki abs pun, wajahmu juga akan tetap sama seperti itu".

"Eey...bentuk tubuh juga mempengaruhi, tahu".

"Ya, ya. Terserah. Semoga berhasil".

"Tentu saja".

Setelahnya, kami kembali berjalan untuk pulang. Tidak akan lama karena kami berdua sudah ada dikompleks.

"Jongin".

"Hmm".

"Apa aku ini tampan?".

Aku menatapnya heran karena tiba-tiba bertanya seperti itu.

Apa yang salah dengannya?

"Wae?".

"Ck. Jawab saja. Jujur tapi".

Memaksa sekali. Dasar. Aku berjalan sambil memikirkannya. Dan Chanyeol terlihat menunggu.

"Hmm... lumayan. Tidak buruk".

"Jawab yang jelas, kkamjong".

Aku terkekeh ketika melihat wajah juteknya.

"Hmm. Kau tampan". Ucapku enteng. Well, Kenyataannya anak itu memang tampan. Hanya saja bodoh.

"Woah, benarkah?". Hebohnya

"Hmm". Anggukku ringan.

Dan aku bisa melihatnya yang terlihat mulai besar kepala. Haha dasar.

"Tapi tidak lebih tampan dariku". Sambungku dengan percaya diri.

Dan lihatlah, orang itu langsung berhenti berjalan dengan tatapan datarnya padaku. Benar-benar berbeda dengan wajah tadi.

ㅋㅋㅋㅋㅋ

Aku tidak menyangka dia lucu dan mudah dikerjai seperti ini. Hei, tapi apa yang kukatakan itu fakta. Aku lebih tampan darinya.

"Sialan kau. Kemari!".

Sedikit terkejut ketika Chanyeol tiba-tiba berlari untuk menangkapku. Dan sialnya dia terlalu cepat hingga aku harus menerima lilitan lengan panjangnya pada bagian leherku.

"Hei! Lepaskan aku!".

"Aku tidak akan melepaskanmu. Rasakan ini".

"Hei! Sialan kau! Ini sakit, bodoh!".

Ah sial, dia mengacuhkan teriakanku padanya. Bahkan lilitan itu lebih erat. Leherku ㅠ.ㅠ

"Bagaimana? Enak bukan?".

"Enak, pantatmu! Lepaskan aku,Yeol!".

"Woah...".

Baiklah, kenapa lagi dia sekarang. Aku jadi merinding saat dia tiba-tiba mencengkram kedua pundakku dengan tatapan yang...emm..kenapa aku merasa horror seperti ini.

"Kau menyebut namaku?".

Memang kenapa?

"Daebak. Ini pertama kalinya kau memanggilku dengan namaku".

Aah~ itu...

"Apa karena aku melilit lehermu, kau jadi sebaik ini?".

What the..dia ini kenapa sih!

"Baiklah, kemari".

"Hei! Ck. Kau ini kenapa!? Lepaskan!".

Jika seperti ini terus aku akan benar-benar marah padanya. Leherku sakit lagi karena Chanyeol melilit leherku kembali.

"Tidak akan. Semakin lama aku melilit lehermu, semakin kau akan sering memanggilku dengan namaku".

"Fuck you, Yeol!".

"Aha! Lihat? Kau menyebut namaku lagi. Wahh".

Sial, kenapa aku harus menghadapi orang yang otak dan sikapnya tsundere seperti dia!

Alasan tidak masuk akal apa yang ada diotaknya!
Tetapi aku merasakan sakit tiba-tiba.

Sakit yang sangat.

Sial! Luka ku.

Karena Chanyeol terus menyeretku berjalan dengan melilit leherku, itu membuat cara jalanku tidak benar. Tumpuan pada kakiku lebih berat dan posisinya tidak nyaman.

Aku tidak bisa merasakan sakit itu terus. Terlalu sakit untuk di tahan.

"Yeol, lepaskan aku". Ucapku tanpa berteriak. Aku tidak bisa berteriak jika aku merasa sakit seperti ini.

"Tidak. Lihat sudah tiga kali kau menyebut namaku".

Sial. Kenapa dia tidak mengerti. Aku serius disini!

Aku sudah lelah memintanya. Oleh karena itu, aku menggunakan tanganku untuk menjauhkan lengannya dari leherku. Tapi sialnya dia lebih kuat.

Ya tuhan, kakiKu!

Sudah cukup!

Aku menegakkan tubuhku bermaksud untuk mempermudah bergerakan tanganku untuk melepas lengannya. Namun perkiraanku salah. Chanyeol justru, tertarik dan aku merasakan tubuhnya goyah.

Hingga aku merasakan kakinya menginjak kakiku dan tubuh kami jatuh bersamaan.

Fuck!

Aku tidak perduli dengan sakit ditubuhku yang lain karena terjatuh. Dengan spontanitas, aku duduk dan memegangi pergelangan kakiku yang terasa sangat sakit.

Rasanya terlalu sakit hingga terasa sangat sesak untuk ditahan.

"He-hei. Maafkan aku. Kau baik-baik saja?".

Ketika merasakan Chanyeol menyentuh lenganku, dengan segera aku menampiknya dengan keras.

Aku tidak perduli dengannya. Aku tidak memikirkan apapun selain rasa sakit ini. Susah payah aku menahannya dan berhati-hati ketika disekolah. Tapi nyatanya, aku tetap kesakitan seperti sekarang.

Fuck! Fuck! Fuck!

Ini benar-benar sakit.

Aku berusaha menahannya, dan menundukkan kepalaku. Aku bahkan bisa merasakan sedikit air mata dimataku.

"Hei...kakimu...".

Aku terkesiap. Aku menatap Chanyeol yang terlihat terkejut dengan kakiku. Tangannya, aku mendapati tangannya telah menyibak celana ku hingga luka yang tak tertutupi tanganku terlihat.

Sial!

Aku segera berdiri. Aku tidak ingin dia tahu! Tapi, sekarang dia tahu.

Membenarkan letak ransel di bahu kiriku, aku pun segera mulai berjalan. Namun sialnya, kakiku terasa sangat sakit.

Tapi aku harus segera pergi.

Aku merasa ingin sendiri.

"Bagaimana kakimu bisa sepeti itu?".

Aku tidak menjawabnya. Aku tahu dia sangat khawatir, itu terdegar jelas dari nada suaranya. Tapi aku tidak ingin menjawabnya.

Oleh karena itu, dengan perlahan dan tertatih. Aku berjalan dengan hati-hati dan terus menahan rasa sakit yang tidak menghilang.

"Jongin -

"Jangan ikuti aku". Aku harap dengan tekanan dan ucapan dingin itu dia berhenti.

Aku terus berjalan, dan aku bersyukur ia tidak mengikutiku.

Sesampainya dirumah, aku langsung masuk kedalam kamar dan membiarkan tubuhku merosot dipintu.

Melepas ranselku dan melepas sepatu perlahan. Karena terlalu sakit aku tidak melepasnya ketika didepan pintu rumah tadi.

Dengan sangat perlahan, aku melepas sepatu yang berada dikaki kiriku. Begitupun dengan kaos kaki.

Dan aku mendapati pergelangan kakiku yang semakin membengkak dan membiru dari sebelumnya.

Menyandarkan kepalaku pada daun pintu. Aku menatap atap langit kamarku.

Malam itu...
_________________________________________

[Flashback]

Masih dengan seragam sekolah dan juga ranselnya, Jongin berjalan dengan pasti ke sebuah gang. Dimana gang itu sangat sepi meski disiang hari.

Suatu tempat menjadi tujuannya. Dengan mata tajam penuh amarah, Jongin terus berjalan tanpa keraguan.

Hingga ia menemukan sebuah gudang yang terlihat ditinggalkan sudah lama. Ia terus mendekat dan langsung membukanya.

Didalam sana ada sekelompok anak sekolah yang berbeda seragam dengannya. Diam memperhatikan kedatangannya.

Jongin berhenti. Diam menatap kelima orang itu dengan tatapannya. Berdiri dengan kedua tangannya berada didalam saku.

"Wah..siapa ini".

Jongin hanya diam menatap kelimanya mulai berdiri dari acara duduk mereka di atas tumpukan kayu.

Ia tahu, dan sangat tahu. Datang kesini sendiri merupakan resiko yang tinggi. Karena siapa yang dia hadapi adalah kelompok yang tidak main-main kuatnya. Kelompok itu sudah sangat terkenal. Tapi itu tidak membuatnya takut. Kemarahan dan rasa tidak terimanya tidak mendukung ketakutan.

"Apa aku mengenalnya?".

Sekali lagi Jongin hanya diam menatap leader genk itu bicara dengan anak buahnya. Dengan wajah meremehkan seperti biasanya. Menatapnya rendah seperti debu. Dengan ejekan dan tawa mereka.

Dan keterdiamannya sudah berakhir. Membiarkan ranselnya terjatuh, Jongin berjalan dengan cepat kearah kelompok itu. Ia sudah tidak bisa menahan semuanya. Dan memukul dengan sangat keras pada leader mereka tepat dirahang.

Hingga semuanya berubah. Perkelahian semakin rumit. Jongin melawan lima orang sekaligus, yang notebennya bukan kelompok main-main.

Ia bertahan dan menyerang. Bertahan sebisa mungkin dan menyerang dengan seluruh tenaganya. Seolah melampiaskan kemarahannya pada setiap pukulan ataupun tendangan yang ia lepaskan.

Ia tahu, kemenangannya tidak akan bertahan lama. Karena dari jumlah ia sudah kalah. Selain itu kemampuannya juga bukan tandingan mereka. Ia memiliki batas yang lebih sempit.

Beberapa kali ia bisa mengenai mereka. Tapi ia merasa ia sudah terlalu lelah. Namun ia tidk berhenti. Ia masih bisa melakukannya.

Dan Jongin menjatuhkan semuanya. Suatu keberuntungan ia bisa berhasil mengajar semuanya.

Dengan peluh dan juga nafas yang terengah Jongin menatap kelima orang yang terluka parah didepannya.

"Itu, untuk temanku".

"Jangan pernah menyentuh dan mendekatinya. Memerasnya atau memanfaatkannya".

"Oh Sehun. Siswa Sopa tingkat 2. Jauhi dia".

Merasa selesai. Jongin berbalik dan berjalan menjauh. Mengambil ranselnya.

Bukan tanpa alasan ia melakukan semua ini.

Karena Sehun tidak akan bertindak. Itulah yang membuatnya muak. Maka dari itu dialah yang bertindak.

Sehun adalah type orang yang menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri. Dia tidak suka berbelit-belit terutama berkelahi. Namun, itu tidak berarti Sehun lemah. Jongin mengenalnya sangat dalam.

Sehun, itu kuat. Jauh lebuh kuat darinya dan kelima orang dibelakangnya. Jika ia memiliki keberuntungan untuk menang, maka Sehun memiliki kepastian untuk menang.

Tapi sifat orang itu berbeda. Jika kau memintainya uang, maka dengan mudah dia akan memberinya cuma-cuma. Memberinya kemudian pergi begitu saja. Tanpa berbicara, melawan, ataupun protes. Hanya dengan wajah dingin dan acuhnya, Sehun menyelesaikan masalah dengan cara seperti itu.

Karena ia tidak ingin membuat masalah lebih jika ia menghajar orang-orang yang seperti itu. Memiliki musuh dan ditakuti. Sehun tidak menginginkanya. Orang itu ingin hidup tenang, dan tidak menonjol.

Dan Jongin muak, sangat muak ketika Sehun terus saja bersikap seperti itu ketika dirinya sendiri selalu membiarkan kelima orang dibelakangnya merampas uangnya hampir setiap hari.

Dengan diam-diam, ia selalu mengawasi Sehun.

Tanpa Jongin sadari, salah satu dari kelima orang itu bangun dan mengambil sebuah kursi besi bekas disana.

Hingga Jongin mendadak merasakan sebuah rasa sakit yang sangat pada bagian kakinya. Tubuhnya mulai goyah. Namun ia bertahan dan segera berbalik. Namun lagi, ia mendapatkan sebuah hantaman balok kayu sangat kuat tepat diperutnya.

Tubuhnya ambruk begitu saja ketika rasa sakit menyerang kaki dan perutnya yang dipukul sangat kuat dengan bantingan kursi besi dan balok.

Hingga, ia harus merasa kan rasa sakit disemua bagian tubuhnya. Kelima orang itu mengajarnya habis-habisan secara bersamaan. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menerimanya dan melindungi wajahnya dari tendangan.

Namun, detik berikutnya. Ia refleks berteriak kesakitan ketika seseorang menginjak pergelangan kakinya dengan sangat keras. Orang itu seolah berusaha mematahkan kakinya.

Tapi ia tidak bisa melawan. Ia hanya bisa menerima rasa sakit itu ketika orang itu terus menginjak kakinya.

"Hei, sudah. Hentikan. Kau akan mematahkan kakinya".

Samar-samar Jongin mendengar salah satunya berusaha menghentikan.

"Itulah yang akan kulakukan".

Jongin kembali berteriak saat orang itu menginjak lebih keras pergelangan kakinya.

"Kau gila".

Salah satu dari kelompok itu menahan leader mereka untuk melanjutkan tujuannya. Menjauhkan sang leader yang terlihat lepas kendali dari Jongin.

"Sudah. Lebih baik kita pergi".

Sang leader lebih tenang. Dan mendekat pada Jongin yang terlihat hampir kehilangan kesadarannya.

Tidak ada yang orang itu katakan selain menatapnya. Hingga Jongin mendengar sebuah suara orang yang meludah kearahnya.

Keadaan menjadi sunya. Dengan kesadaran tipis, Jongin membalikkan tubuhnya untuk terlentang. Menatap langit-langit yang gelap.

Matanya semakin sayu. Rasa sakitnya semakin parah. Hingga ia tidak bisa menahannya dan kesadarannya hilang.

To be continued...

_________________________________________

Hubungan antara Jongin dan Sehun itu seperti Jongsuk dan Woobin ketika di School 2013. Aku suka banget sama hubungan dan karakter mereka disitu. Dan aku buat karakter Sehun sama Jongin hampir sama dengan WooSuk. Tapi tetap ada perbedaan, dan kalian bisa melihatnya setelah membaca.

Mungkin akan menemukan beberapa kesamaan. Namun aku membuat alur dan genrenya lebih berbeda. Karena disini YAOI, aku memberikan juga kisah tantang percintaan antara Hunkai.

Untuk Chapter pertama, moment hunkai segitu dulu. Karena ini akan banyak rahasia😁.

Aku harap kalian suka dengan ini.









Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 18.5K 46
ON GOING SAMBIL DI REVISI PELAN-PELAN. Start 18 November 2023. End? Cerita bertema πŸ”ž, Kalau gak cocok bisa cari cerita yang lain terimakasih. Mars...
50.6K 8.3K 18
Lisa dan Jennie adalah pasangan yang sudah satu tahun menikah, dan memiliki anak di usia Lisa yang tergolong masih cukup muda. Lisa masih berumur del...
69.9K 6.1K 15
[ RION KENZO MIKAZUKI ] adalah ketua mafia dari Mikazuki AV Rion kenzo Mikazuki mafia Italia, ia terkenal dengan kekejamannya terhadap musuh maupun...
Fantasia By neela

Fanfiction

1.6M 5K 9
⚠️ dirty and frontal words πŸ”ž Be wise please ALL ABOUT YOUR FANTASIES Every universe has their own story.