Senja Dan Jingga

Από Mayalsa

481K 27.2K 771

Sequel of "FRIENDSHIP IS NEVER ENOUGH" Apa hanya sekedar ilusi, sayang? Jika berharap kau akan segera pulang... Περισσότερα

Harap Dibaca
Prolog
1. Hujan
2. Janji dan Sebuah Perasaan
3. Teman
4. Suatu Tempat
5. Kebetulan yang Menyakitkan
6. Sekolah dan Kamu [ Repost ]
7. Sekolah dan Kamu 2
8. Senandung Terindah
9. Peredam Nyeri
10. Minggu Sendu
11. Jadi Pacar Saya, mau?
12. Kita Pacaran, 'kan?
13. Untuk Apa Kembali?
14. Hancur Berkeping
15. Terlalu Rumit
16. Sama-sama Patah Hati
17. Belum Terlatih Patah Hati
18. Serba Salah
19. Itu Hanya Kamu
20. Hujan Yang Sama
21. Dandelion
Cuap-Cuap Dikit
22. Post It
23. Kembali
24. Bumi
25. Sekali Ini Saja
26. Takdir
28. Senja Yang Memudar
29. Senja dan Cerita Yang Telah Usai
Info Kelanjutan Senja Dan Jingga
My Coldest Ocean
Harus Banget Baca!!!
Kelanjutan...
Paper Hearts
My Beautiful Storm

27. Kemenangan Semu [Repost]

10.7K 678 24
Από Mayalsa

Cek mulmed, ada Role Player Senja mwehehehe. Gak kalah cantik kok sama authornya;( *ini bohong*

Ada yang tau dia siapa?

Daisy Tomlinson Daekin as Senja.

Yaaaa dia adiknya Louis Tomlinson🙈

Adik iparku hehe. Bercanda. Karena aku tetep pilih Cammy wohooo💕

***

"Senja, besok saya tanding basket. Saya nggak tau, beneran bisa gantiin Arya atau nggak, tapi semua mempercayakan saya. Saya merasa punya tanggung jawab besar." Jingga menghela napas gusar saat menceritakannya, membayangkan saat Bu Reka menunjuknya untuk menggantikan Arya, sang kapten basket, untuk tanding besar-besaran besok. Awalnya Jingga menolak, ia tidak menyukai kegiatan itu lagi, sejak ia merasa kecewa terhadap Jane.

Jingga tidak bisa duduk diam di samping ranjang Senja, tetapi itu lebih baik daripada tidak ada Jingga di sampingnya. "Coba kamu nonton pertandingan saya nanti, saya pasti semangat 45!" Jingga menggerutu sendiri, membuat Senja merasa lucu melihat bibirnya yang berkomat-kamit itu.

"Yang penting, aku di sini doain kamu melaksanakan tugasmu dengan benar. Nggak masalah kalo nantinya menang atau kalah, usahamu lebih berharga dari piala itu." Tutur Senja, membuat Jingga terkesima. Ah Jingga lupa, bahwa dia menaruh sebatang bunga dandelion di saku jaketnya.

Jingga mengeluarkan bunga tersebut, meski ada beberapa benih yang rontok, namun tetap indah di mata Senja. Jingga mengangkat bunga itu tepat di hadapan wajahnya, "tau ini bunga apa?" Tanya Jingga pada Senja yang mengangguk samar. Selang-selang itu membuat Senja sulit bergerak!

"Dandelion." Jawab Senja semangat.

"Betul. Tau kenapa saya bawa dandelion?"

Senja menggeleng lemah.

"Saya mau, kamu belajar dari dandelion. Seberapa kuat angin membawanya, dia akan tetap bertahan.

"Dia memang jatuh pada akhirnya, bukan berarti dia benar-benar mati. Benihnya menumbuhkan kehidupan baru, dan membuat bunga itu malah jadi semakin banyak.

"Kadang hidup memang penuh misteri. Penuh liku-liku, berjalan di luar rencana yang kita perkirakan. Namun saya tau, semua punya jalannya masing-masing. Saya mau kamu kuat, tidak perlu menjadi Hercules atau Perseus, cukup jadi dirimu sendiri dan memacu semangat hidupmu lebih dalam lagi. Setidaknya itu membuat saya senang." Jingga mengelus puncak kepala Senja dengan lembut, membuat Senja sangat nyaman berada di posisinya sekarang.

Senja meneliti bunga tersebut, memang tidak se-romantis bunga mawar merah. Namun entah mengapa, semua ini membuat Senja terenyuh. Suara khas Jingga yang menenangkan, selalu terngiang ditelinga Senja.

Lagi-lagi Senja terusik, pada takdir yang akan menunggu di depan sana. Ia harap ia tidak menyesali pengorbanannya. Selama Senja bukan udara, Jingga bisa hidup tanpanya.

***

Pagi cerah itu, saat Jingga ingin pergi ke tempat pertandingan, Jingga mengingat Senja. Entah bagaimana, ia berpikir harus ke rumah sakit dulu, berbicara sedikit dengan Senja berefek dahsyat pada semangatnya.

Sekarang, Jingga berada tepat di depan pintu ruang rawat inap Senja. Jingga perlahan membuka kenop pintu tersebut, dilihatnya Bi Sisi yang sedang menyuapi Senja. Senja baik-baik saja, tetapi kenapa hati Jingga rasanya gelisah dan cemas tidak jelas?

"Duh gusti... non Senja teh pagi-pagi udah di jenguk ayang-nya. Perasaan baru kemarin si bibi liat non Senja jatoh dari sepedah terus nangis gara-gara lututnya berdarah." Goda Bi Sisi yang membuat Senja terkekeh, si bibi ini, meski sudah berumur, tetap saja gaul.

Kalian mau tau rahasia Bi Sisi? Sebenarnya, nama Bi Sisi itu Sitiyem. Gara-gara nonton sinetron terkenal tentang vampir dan srigala, si bibi mengganti namanya menjadi Bi Sisi. Katanya, biar gaul. Senja sih oke-oke saja, asal Mang Dadang-suami Bi Sisi yang pernah menjadi supir Papa Senja itu nggak mengganti namanya juga jadi Digo.

"Ih, Bi Sisi mah suka gitu." Suara Senja melemah. Tetapi ia tetap berusaha kuat.

"Yaudah, deh. Bi Sisi keluar dulu, siapa tau Den Jingga mau berduaan sama si non." Bi Sisi meletakan nampan berisi bubur di nakas samping tempat tidur Senja. Lalu permisi untuk keluar. Jingga hanya tersenyum melihat Senja yang merona sehabis digoda Bi Sisi.

Sebelum suduk di samping ranjang Senja, Jingga mengecup lembut puncak kepala Senja. Senja hanya bisa terpaku sambil menyembunyikan rona memalukan itu.

"Katanya mau tanding, kok malah ke sini?" Ucapan Senja malah terdengar sarkastik. Memangnya kenapa jika Jingga ingin ke sini sebelum bertanding? Sambil mengobati rindu, dan menjadi bekal semangat nanti.

"Nggak tau juga, kepikiran mau ke sini sebelum tanding. Mungkin takut nggak dapet semangat." Tukas Jingga santai. Jingga meraih punggung tangan Senja yang terhubung dengan selang infus, lalu mengecup singkat. "Jangan kemana-mana, ya? Kamu harus di sini, tunggu saya bawa piala. Buat kamu."

"Ada atau nggaknya aku, nggak berpengaruh sama skill kamu. Nggak ada aku pun, aku yakin kamu berhasil."

"Jelas berpengaruh, kamu adalah alasan kenapa saya mau berjuang. Kamu adalah alasan dibalik setiap bangkitnya saya dari rasa sakit. Kamu yang mengajarkan saya apa itu hidup, dan bagaimana hidup. Itu kamu, bukan orang lain. Jelas kehadiran kamu mempengaruhi hidup saya." Suasana mendadak jadi melankolis! Ah, kenapa jadi begini? "Jadi saya mohon, jangan pergi dari saya. Jangan menjauh. Saya butuh kamu."

"Percaya, aku nggak pergi." Senja tersenyum layu, lalu tangannya yang lemah terangkat, menunjuk dada Jingga sebelah kiri. "Aku di sini. Akan selalu di sini."

"Janji?"

Senja mengulum senyum tulus. "Janji."

***

Priiitttt

Wasit tersebut mulai meniup peluitnya, pada saat bola di lambungkan ke atas, saat itu juga Jingga mulai melompat dan merebut bola tersebut. Aksinya berhasil, Jingga kali ini sedang men-drible bola tersebut sambil menghindari lawan yang ingin merebut bola tersebut.

Jingga melihat sekitarnya, tempat dimana teman-temannya berada. Jingga langsung meneriakkan nama Denis untuk memberi kode bahwa ia ingin mengoper bola tersebut pada Denis. Dan sepertinya Denis menanggapi kodenya itu, dan mulai berusaha meraih bola basket yang diberikan oleh Jingga.

Saat beberapa lawan sibuk mengepung Denis, bola tersebut malah berhasil di rebut oleh salah satu lawan main tim Jingga. Oke, ini bukan kesalahan Denis.

Untung saja bola tersebut berhasil di rebut Didi dalam sekejap. Dan dioper lagi pada Jingga, tanpa basa-basi lagi Jingga men-shoot bola tersebut ke ring lawan, dan mencetak satu poin yang membuat sebagian penonton bersorak ramai.

Jingga melakukan tos dengan Didi saat itu juga. Bola kembali dikuasai lawan, dalam sekejap bola itu sudah berpindah ke tangan Juna. Setelah melewati serangkaian cobaan akhirnya tim Jingga mencetak poin lagi, dan Didi sebagai pencetak poin kali ini.

Seterusnya kedua tim tersebut melakukan taknik-teknik pertahanan, penembakan, dan pembobolan dengan berbagai cara. Hingga pada saat waktu tinggal 2 menit lagi, skor kedua tim sama, alias seri. Hanya perlu satu poin untuk memenangkannya, pikir Jingga. Jingga menyemangati semua anggota timnya, tak apa jika kalah, ini sebuah permainan, hanya saja Jingga ingin menunjukkan piala tersebut pada Senja, bahwa Jingga bisa diandalkan.

Tepat ketika waktu tinggal sepuluh detik lagi, Jingga berhasil merebut bola tersebut dari lawan, menembus pertahanan lawan, dan tapa di duga, seorang lawan mencoba mencelakai Jingga. Cowok bertubuh atletis dengan nomor punggung delapan itu, sengaja merentangkan kakinya tepat di depan Jingga yang sedang berlari, hingga dalam hitungan detik Jingga tersungkur dengan bola yang sempat ia lambungkan ke ring.

Semua penonton berdegup melihat kemana arah bola yang tadi sempat Jingga layangkan, dan tepat sebelum peluit wasit berbunyi, bola itu menembus ring diiringi sorak penonton yang mendukung tim Jingga.

Tim Jingga menang.

Jingga yang dadanya terasa sedikit sakit akibat terbentur keras saat terjatuh itu berusaha bangkit dan bibirnya melengkung sempurna, sapu tangan yang dijadikan ikat kepala oleh Jingga itu dipererat lagi olehnya, seolah sekarang ia sedang menunjukkan kegagahannya.

Astaga, itu terdengar sangat hiperbola menurut Didi. Didi sendiri jijik melihat Jingga yang sok-sok cool, padahal kalau sekali dimarahi tante Tania, Didi yakin tingkat kejantanan Jingga menurun drastis seperti nilai di rapor Didi.

Jingga melempar senyum penuh kemenangan pada teman satu timnya yang bersama-sama mendekat membuat satu lingkaran. Mereka saling berpelukan satu sama lain. Sedangkan tim lawan hanya bisa pasrah menerima kelalahan, terkecuali cowok bernomor punggung delapan itu, dia menatap Jingga tidak suka.

"Gue harap, salah satu di antara kita nggak ada yang homo." Kekeh Didi dengan senyuman menyebalkannya.

Jingga me-noel kepala Didi dengan satu jari telunjuknya. "Mesum lo."

Tepat saat penyiar pertandingan itu menyerukan seruaannya mengumumkan sang pemenang, tim lawan beringsut pulang beserta para pendukungnya. Sementara tim jingga tetap di sana, melaksanakan penyematan medali dan penyerahan piala.

Sayang sekali tidak ada Senja, pikir Jingga. Senja pasti senang mengetahui ini semua.

Senja, Tunggu saya.

***

Jingga mengambil tas sport-nya di ruang ganti, ia mengganti baju dengan kaos oblong berwarna hitam, merasa seragam basketnya itu sudah dilumuri keringat yang mengganggu.

Jingga merasa ponselnya berdering, lalu ia mencari-cari ponsel tersebut di tasnya. Ternyata terselip di sana.

Itu telepon dari Shania. Tidak biasanya adik menyenalkannya itu menelepon di saat-saat seperti ini. Paling disuruh pulang cepat oleh Mama, atau disuruh beli detergen sama pembalut lagi ke supermarket.

Jingga menghela napas pelan, lalu mengangkat telepon tersebut. "Ngapa? Minta bel--"

Suara Jingga terhenti ketika mendengar suara di sebrang sana. Hati Jingga yang mencelos jatuh bersamaan dengan ponselnya yang jatuh dari genggamannya.

Tidak, ini pasti tidak mungkin.

***

Detik demi detik kuhitung.

Inikah saat ku pergi?

Oh tuhan kucinta dia.

Berikanlah aku hidup.

Takkan kusakiti dia.

Hukum aku bila terjadi.

(Acha Septriasa - Sampai menutup mata)

***

Aku nggak akan bahas panjang-panjang kenapa aku ngilang di cerita Senja Dan Jingga, tapi masih update FINE.

Pertama, aku minta maaf udah gantungin kalian lamaaaa banget. Bukan niat mau ngegantungin. Cuma aku lagi semedi tentang cerita ini, gimana kelanjutannya, atau bisa dibilang, buat plan baru.

Aku kehabisan orang buat menggambarkan ilustrasi Jingga, nggak ada yang sesuai sih sebenernya, karena ya emang gitu.

Bahkan gue berharap si Jingga asli nggak jadi baca cerita gue, kenapa? Najisin banget gue nulis a/n kalo gue sempet suka dia. Iya, gue lupa! Gerutu dalem hati.

Setelah mempertimbangkan tentang ehmm cerita Didi. Aku memutuskan untuk...

BUAT CERITA SI DIDI ANAK AJAIB!!!

Akan kupost setelah Senja Dan Jingga tamat. Oke, sabar makanya. Tanganku aja gatel mau ngepost cerita si Didi.

Salam, emaknya Jingga💕💕💕

Jangan lupa mampir ke cerita baruku ya Paper Hearts hahaha nantikan kejutan disanaaaa😊

Συνέχεια Ανάγνωσης

Θα σας αρέσει επίσης

kita bisa menjadi rumah Από panggilqiyah_

Εφηβική Φαντασία

544 55 9
"pernah mendengar jatuh cinta itu menyenangkan? " tentu saja bagi mereka yang selalu beruntung seorang gadis tertawa, siapa dia?? "sebuah Kata kony...
Let's Flying, Keylin! Από Bakwan

Εφηβική Φαντασία

385 48 1
Judul sebelumnya: 07 / 09 Ketika seorang mantan napi tak sengaja bertemu dengan gadis SMA yang memiliki strict parents. Yang dimana, hidup si gadis p...
ARGALA Από 𝑵𝑨𝑻𝑨✨

Εφηβική Φαντασία

5.8M 248K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
50.3K 814 34
Teruntuk wanita penggangum segala hal💛 @pipitandarstaapriani