Friendship or Relationship? [...

By dansfr

62.9K 3.9K 579

[ Belum direvisi karena mager banget ehe ] Ketika Ditya mencintai Safir, sahabatnya sejak kecil. Namun Safir... More

Part 1 : Ditya and Safir ( Rev )
Part 2 : Mix ( Rev )
Part 3 : Lovely Lion and A Bracelet? ( Rev )
Part 4 : Jealousy
Part 5 : It's the Real
Part 6 : The Moment Now Come Back
Part 7 : Tears
Part 8 : Our Promise
Part 9 : Surprise!
Part 10 : I and You : We
Part 11 : Nice and Sad
Part 12 : Search the Hidden People
Part 13 : Moment With You
Part 14 : Lies
Part 15 : Beginning
Part 16 : Who's He?
Part 17 : Hah?
Part 18 : Back Smilling
Part 19 : We're Different Story
Part 20 : Hang Out
Part 21 : Graduation Moment
Part 22 : Broken
Part 23 : Feelings
Part 24 : Decision
Part 25 : Little Holiday
Part 26 : Zico, Come Back
Part 27 : Disaster Begin
Part 28 : Recognition
Part 29 : Reunion
Part 30 : Succumb
Part 31 : Begin to Pull Away
Part 32 : Meet Child of Daddy's Partner
Part 33 : Away
Part 34 : Priority
Part 35 : Angel Without Wings
Part 36 : Friends Until End
Part 37 : Meet
Part 38 : The Second Time
Part 39 : Bridge of Hope
Part 40 : Defense
Part 41 : Having Fun × Meet Him
Part 42 : When We Become Like That?
Part 43 : Camping
Part 45 : End of All ( long part )
Part 46 : Epilog ( long part )
Info + Revisi
Extra Part

Part 44 : Until When? × Holiday ( long part )

915 56 5
By dansfr

"Sampai kapan semua ini akan terjadi? Jujur, lama - lama aku mulai cape."

Gimana sebelum baca vote dulu😂

Author POV

Seminggu setelah kejadian saat berkemah itu, Safir dan Ditya masih tak kunjung berbaikan. Semua kejadian itu terasa sia - sia. Ego mereka masih sama - sama besar. Ditya ingin meminta maaf duluan, tapi Safir masih milik orang lain dan rasanya tak etis. Lebih baik ia diam. Begitu pun dengan Safir.

Ditya sedang berjalan melewati koridor kelas 12 IPA. Itu berarti, ia melewati kelas Safir. Jika tidak karena Jessi yang ngambek, Ditya tak akan mau mengambilkan buku Geografi milik Jessi di dalam lokernya.

Ketika ia sudah berada di depan loker Jessi, senyumnya mengembang tipis sambil memperhatikan keadaan sekitarnya. Disini ia pernah bercanda sambil memperebutkan sebuah novel dengan Safir. Ingat, itu dulu.

Ditya membuka loker Jessi dan mengambil bukunya.

Sampai akhirnya, ketika ia sedang menutup loker, matanya bertubrukan dengan mata biru seorang gadis yang berada di sebrang loker Jessi.

Mata mereka saling menatap lama, sampai akhirnya gadis itu duluan yang memutuskan.

"Safir," batin Ditya.

Safir berlari menuju ke kelasnya. Ia menyesal telah kesana karena harus bertemu dengan, Ditya.

"Kenapa gue ketemu dia?" tanya Safir kecil.

Ketika masuk ke kelasnya, ia langsung duduk dan membuka novelnya. Entah sejak kapan, Safir jadi suka membaca novel.

"Hai sayang." sapa cowo yang tak lain tak bukan adalah Zico.

Safir menoleh dan mendapati cowo itu sedang berdiri disampingnya.

"Ah ni cowo kenapa selalu bikin baper?"

"Hai juga."

Zico langsung mengambil tempat duduk disamping Safir.

"Asik banget baca novelnya." ucap Zico.

"Eumm..biasa aja sih. Emang kenapa?" tanya Safir.

Zico menggeleng pelan. "Gapapa. Cuma kayaknya, novel itu jadi lebih penting ya dibanding aku? Buktinya kamu lebih perhatian sama novel dibanding aku. Aku jadi sedih." ucap Zico dengan nada ngambek.

"Lo tau gak sih? Lo itu gemesin banget kalo ngambek. Gila."

Safir menoleh ke arah Zico. "Engga kok. Jangan ngambek gitu dong. Aku gak ada maksud gitu. Aku juga lebih perhatian sama kamu lakukan dibanding novel. Novel cuma buat ngehilangin bosan aja. Atau kamu mau aku gak baca novel lagi? Yaudah gapapa, aku simpen novelnya." jawab Safir sambil hendak memasukkan novel itu ke tasnya.

Dengan cepat Zico langsung menahan tangan Safir. "Jangan! Aku bukan ngelarang kamu baca novel. Cuma aku mau kamu jangan cuma terlalu fokus sama novel. Lagian kan dua bulan lagi UN. Kamu mending belajar aja. Aku gak mau nilai UN kamu jelek, sayang."

"Mampus baper gue njir."

Ya. Setiap hari, Safir pasti selalu mengingatkan Zico tentang apapun. Makan, mandi, belajar dan sebagainya. Dan Zico senang dengan perhatian - perhatian kecil dari Safir.

"Iya iya. Bakal aku kurangin kok baca novelnya.  Kamu jugalah belajar. Masa aku doang. Aku juga gak mau nilai cowo aku jelek." ucap Safir.

Zico yang mendengar itu langsung mengelus pelan pipi Safir. "Iya sayang. Aku ke toilet dulu ya."

Dengan secepat kilat, Zico mencium kening Safir dan langsung berlalu keluar kelas. Dan itu membuat Safir terdiam sesaat.

"Mati ae gue njing."

Oh ya, untuk kejadian Safir saat berkemah itu, pelakunya adalah Laila. Ya, alasannya seperti yang lalu lalu. Ia tak suka dengan kedekatan Safir dengan Ditya. Ia pun akhirnya di skors selama dua hari. Namun, tanpa sepengetahuan Safir maupun orang lain, Ditya juga mengancam Laila.

"Lo deketin apalagi ngapa - ngapain Safir, sisa hidup lo di Keray cuma tinggal kenangan."

Dan sejak saat itu, Laila tak pernah berani lagi mendekati Safir. Begitu juga dengan temannya, Anya. Ia juga tak berani mengusik Safir karena takut Zico melakukan hal yang sama.

Zico juga sudah mengetahui bahwa yang menolong Safir saat berkemah adalah Ditya. Dan Zico juga tak marah karena Safir tak menceritakan hal yang membuatnya baper tingkat dewa itu. Yaitu saat Ditya merengkuh tubuhnya dalam dingin.

Saat itu, jam pelajaran terakhir. Ditya ditugaskan bu Ana untuk mengambil berkas di mejanya. Sementara Safir, ia juga ditugaskan pak Geno untuk mengambil laptopnya yang tertinggal di mejanya.

Dan tanpa mereka ketahui, meja bu Ana dan pak Geno bersebelahan. Baru pindah dua hari yang lalu.

Ditya berjalan keluar dari koridor IPS menuju ke ruang guru. Begitu pun dengan Safir yang baru saja hendak keluar dari koridor IPA.

Karena koridor dua jurusan itu berpapasan, mereka pun,

"Aduh!" teriak Safir.

Dengan segera, Ditya mengulurkan tangannya. Ditya masih tak mengetahui bahwa yang ia tabrak adalah Safir.

"Maaf, gue gak sengaja. Ayo bangun." ucap Ditya datar.

Gadis itu pun mengambil uluran tangan Ditya dan bangkit dari jatuhnya.

"Lain kali jalan slow dong." ucap Safir sambil merapikan seragamnya. Ia masih menunduk dan tak menatap cowo itu.

"Iya iya maaf. Bawel dah lo." ucap Ditya.

Dan ketika Safir mengangkat wajahnya, kedua orang itu pun menegang seketika.

"Safir?"

"Ditya?"

"E..eh sorry gue gak tau." jawab Safir terbata - bata.

"Gapapa." jawab Ditya santai.

Karena merasa tak nyaman, Safir pun hendak pergi duluan. "Gue ada urusan. Duluan." Safir pun langsung pergi meninggalkan Ditya.

Sementara Ditya hanya menghela nafas.

"Sampai kapan kayak gini? Gak cape apa ya gue?"

Ditya pun melanjutkan perjalanannya menuju ke meja bu Ana.

Safir merasa ada langkah kaki yang mengikutinya dari belakang.

"Siapa njir."

Safir mempercepat langkahnya dan segera masuk ke ruang guru, tepatnya ke meja pak Geno.

Tak lama setelah Safir masuk, seorang cowo yang sangat amat Safir kenal juga masuk ke ruang guru. Cowo itu yang tadi menabraknya.

Ditya.

Dan ia berjalan kearah Safir. Hati Safir rasanya jumpalitan.

"Mampus gue jantungan. Bentar lagi gue metong ini mah. Gak normal jantung gue. Detaknya cepet banget."

Ternyata cowo itu menuju ke meja bu Ana dan mengambil beberapa berkas.

"Penonton kecewa pemirsah."

Tatapan mereka beradu selama beberapa saat, sampai akhirnya cowo itu pergi terlebih dahulu.

Safir menghela nafas persis seperti Ditya tadi lalu berjalan meninggalkan ruang guru dengan sebuah laptop didadanya.

"Mau sampe kapan si Dit? Sampe kapan?! Gak tahan gue lama - lama kek gini. Cape."

Waktu berjalan begitu cepat. Sampai akhirnya, sekarang adalah waktunya untuk UN hari pertama.
"Udah siap kan UN nya?" tanya Zico.

"Udah. Kamu?" tanya Safir juga.

"Udah dong. Semangat ya!" ucap Zico sambil mengelus rambut Safir. Dan itu membuat Safir nyaman.

Dan perlu kalian ketahui, walaupun Safir sering bahkan sangat sering diperlakukan manis oleh Zico, tak terbesit sedikitpun rasa yang setara dengan rasanya kepada Ditya. Rasa cinta.

Sangat sulit menghilangkan rasa yang sudah lama bersarang di hati.

Lima hari sudah UN mereka lalui. Semua berjalan lancar. Safir juga berharap bisa mendapat nilai UN tertinggi seperti sang mantan. Alan.

Waktu untuk menunggu hasil UN adalah tiga minggu. Dan itu dimanfaatkan anak - anak kelas 12 untuk having fun alias jalan - jalan.

Dan mereka memutuskan untuk jalan ke pulau Seribu. Mereka akan berangkat dua hari lagi. Ingat, waktu berjalan cepat.

Dan akhirnya, disinilah mereka sekarang. Menunggu kedatangan kapal yang akan membawa mereka menyebrang menuju ke pulau Seribu. Akhirnya kapal itu datang juga. Mereka pun naik kedalamnya.

"Gak sabar gue nyampe sana!" heboh Dava.

Ditya dan Gilang hanya mengangguk. "Yogss. Gak sabar gue mau snorkling." ucap Gilang.

Mata Ditya sedari tadi memerhatikan keadaan sekitarnya. Wajah para teman seangkatan Ditya begitu senang ketika UN selesai dan apalagi, sekarang mereka akan berangkat ke pulau Seribu setelah menjalankan UN tersebut. Senyum Ditya pun mengembang begitu saja. Sampai akhirnya,

"Dit, Nabil mau ngomong sama lo nih di video call." ucap Dava tiba - tiba. Ditya pun tersentak dan langsung mengambil ponsel Dava.

"Kenapa Bil?" tanya Ditya.

"Umm kak, bisa jauhan dikit gak dari situ? Aku mau ngomong sebentar. Just four eyes." pinta Nabil. Ditya pun menuruti dan agak menjauh dari Dava dan Gilang.

"Udah Bil. Mau ngomong apa?"tanya Ditya lagi.

"Aku denger dari beberapa temen aku, emang kak Safir kuliahnya nanti pindah keluar kota?" tanya Nabil.

Mata Ditya membulat. Ya, sejak beberapa bulan menjauh, Ditya tak pernah lagi mendengar cerita dari Safir. Tak seperti dulu. Safir pasti selalu cerita apapun itu kepada Ditya. Apalagi ini masalah pendidikan. Jujur, Ditya kaget mendengarnya.

"Emang ya Bil?" tanya Ditya.

Oh ya. Nabil juga sudah mengetahui perasaan Ditya kepada Safir. Begitu juga Ariza, pacar Gilang. Kini, kedua gadis itu juga menjadi sahabat Ditya sejak berpacaran dengan kedua sahabat cowok Ditya.

"Iya kak. Aku juga denger dari kak Nanda, sahabatnya kak Safir. Katanya sih gitu." jawab Nabil.

Ditya mengangguk - ngangguk. "Oh gitu ya Bil. Yaudah, makasih ya infonya. Membantu banget. Gue matiin ya."

"Eh jangan kak jangan dimatiin! Kasih ke kak Dava aja. Sama - sama kak."

"Oke gue kasih ke cowok lo."

Ditya berjalan ke arah Dava dan Gilang. "Nih Dav. Cewek lo nyariin." ucap Ditya. Dava pun dengan  senang hati mengambilnya.

Dari jauh, Ditya sudah dapat melihat pulau Seribu itu. Begitu juga dengan gadis yang berdiri cukup jauh dari tempatnya berdiri. Ya, mereka sedang berdiri dipinggiran kapal, menikmati desiran ombak yang sesekali terasa mengguyur kapal.

"Gue harap, lo segera tau perasaan gue sebenernya Dit. Gue kangen banget sama lo. Banget banget. Gak ada yang bisa gantiin lo di hati gue. I love you, dear." batin gadis itu sambil memejamkan matanya, menikmati angin laut.

Tak berbeda jauh dengan gadis yang diketahui bernama Safir itu, Ditya juga berharap demikian.

"Gue harap secepatnya lo tau dan ngerti perasaan gue Fir. Tapi gue sadar, lo udah milik orang lain. Tapi siapa yang bisa bohongin perasaan? Gue masih sayang banget sama lo dan itu gak berubah sama sekali. I love you, lovely lion." batin Ditya sambil menatap air laut biru yang menenangkan.

Hanya itu yang bisa mereka lakukan. Saling berdoa, berharap, agar mereka dapat bersama lagi. Setidaknya tak perlu bersatu jika bersama saja sudah lebih dari cukup.

Dua puluh menit kemudian, mereka sampai. Safir yang tidak hati - hati pun, hampir saja jatuh ketika menuruni tangga jika tangannya tak ditahan oleh orang yang berada di belakangnya.

"Oh shit. Kenapa harus cowok ini sih?" batin Safir ketika tau yang menolongnya adalah, Ditya.

Ketika sampai dibawah,

"Makasih." ucap Safir.

Ditya hanya tersenyum kecil lalu pergi begitu saja. Safir hanya tersenyum kecut.

"Sakit woy digituin. Sakit." batin Safir meringis.

Kini, mereka sudah ada di resort yang mereka sudah booking.

Rencananya, hari ini Safir hendak jalan - jalan saja di pinggir pantai atau sekedar snorkling. Begitu juga dengan Ditya. Dan mereka sudah mulai menjalani semua itu.

"Sayang, aku kayaknya disini gak selalu bisa sama kamu. Kamu tau kan, aku anak photography. Jadi aku bakal banyak ngambil shot disini. Karena view nya pasti bagus." jelas Zico saat melihat Safir sedang bersantai di pinggir pantai.

"Yaudah gapapa. Aku bisa kok sama temen - temen aku. Gapapa kok, sayang. Santai aja. Asal kamu gak foto sama bule aja." ledek Safir.

"Engga dong, sayang. Aku setia sama kamu. Tapi aku janji, besok sore kita jalan. Kan kita disini empat hari ini." ucap Zico. Dan Safir hanya menyunggingkan senyumnya. Zico pun pergi bersama teman - temannya.

Safir bosan menunggu keempat temannya yang entah kemana. Sejak tadi mereka belum kembali menemui Safir. Safir pun berjalan di pinggiran pantai.

Namun tanpa Safir tau, Ditya mengambil fotonya sedang berjalan dipinggir pantai. Sangat cantik menurut Ditya. Ditya hanya bisa tersenyum melihat foto gadis yang ia cintai itu.

Keesokkan harinya, Safir kembali berjalan santai di pinggir pantai. Entah, itu bisa membuatnya tenang. Apalagi ia sekarang bersama keempat temannya.

Safir jadi ingat. Ia pernah jalan berdua ke pantai yang sama dengan yang ia kunjungi sekarang, bersama seorang cowok. Dia adalah Ditya. Tapi ingat, itu dulu. Saat semuanya belum berubah seperti sekarang.

"Eh Fir, Ras, Sha, gue sama Quena beli minum dulu ya." ucap Nanda dan hanya diangguki oleh ketiganya.

Mereka bertiga berjalan menyusuri pantai itu sampai akhirnya, Safir berminat untuk menaiki speed boat.

"Gue mau naik speed boat. Lo berdua mau ikut?" tanya Safir kepada Saras dan Alisha. Dan dengan cepat, keduanya menggeleng. Safir pasrah. Dari kelima gadis itu, hanya Safir dan Nanda yang suka memacu adrenalin. Tapi sekarang kan Nanda sedang tidak ada, jadi Safir memutuskan untuk naik sendiri.

"Yaudah, gue sendiri aja. Tunggu gue di resort aja ya." ucap Safir seraya meninggalkan kedua temannya itu. Dan keduanya pun hanya mengikuti dan mengabari Nanda dan Quena agar kembali ke resort.

"Mas, saya mau sewa speed boat nya satu." ucap Safir.

"Maaf dek. Kalo mau naik harus berdua. Gak boleh sendiri." jelas sang pemandu. Raut kekecewaan pun terpancar di wajah Safir. Sampai akhirnya,

"Gue mau naik sama Dava aja ah." ucap Gilang.

"Yaudah. Gue sendiri." ucap Ditya.

Mereka pun menghampiri tempat penyewaan speed boat.

"Mas, sewa speed boat nya dua." ucap Dava.

"Satu speed boat harus berdua dek. Adek kan bertiga. Yang satu gak boleh sendiri. Kalo gak, yang sendiri sama cewek itu aja." ucap sang pemandu sambil menunjuk gadis yang sedang berbalik badan.

"Saya sih terserah mas. Kalo dianya mau, saya juga." jawab Ditya.

Sang pemandu pun memanggil gadis itu. "Dek!" Gadis itu pun menoleh.

Dan terlihat raut wajah kaget baik di wajah Ditya maupun sang gadis.

"Kenapa mas?" tanya Safir. Ya dia adalah gadis itu.
"Adek jadi naik gak?" tanya sang pemandu. Safir pun mengangguk. "Adek yang ini?" tanya sang pemandu kepada Ditya. Ditya pun ikut mengangguk.

"Yaudah karena kalian sama - sama sendiri, kalian berdua satu speed boat ya. Gimana?" tanya sang pemandu.

"Hah?!" teriak keduanya. Sang pemandu pun terlihat bingung. "Loh ada apa? Ada yang salah?" tanyanya.

Safir dan Ditya dengan cepat menggeleng. "Engga mas. Yaudah oke." jawab keduanya.

"Mari." ajak sang pemandu menuju ke speed boat.

"Santai aja bro ama doi." ledek Dava dan diseringai oleh Gilang.

"Danta." jawab Ditya meninggalkan keduanya.

Dan kini, Gilang sudah berada di boncengan Dava. Dan ya kalian tau, Safir berada di goncengan Ditya. Dan hal ini adalah momen ter awkward mereka.

Satu.. Dua.. Tiga.. Speed boat pun berjalan.

Mereka begitu menikmati permainan itu. Teriakan - teriakan menghiasi keadaan mereka berempat. Safir juga lama kelamaan menikmatinya.

"Seru banget!" ucap Safir. Dan satu senyum tercipta di bibir Ditya. "Iya ya." jawab Ditya.

Tiba - tiba, Ditya menambah kecepatan ketika Dava mengajaknya balapan kembali ke tepi pantai. Dan itu membuat Safir refleks memeluk Ditya.

"Ditya pelan - pelan." ucap Safir yang memeluk Ditya. Ditya jadi merasa salting ketika dipeluk Safir.

"Iya." jawabnya.

Dan akhirnya tim Sa-Dit yang menang. Yeay!

"Kita menang Dit!" ucap Safir. Tiba - tiba saja, Safir menghambur ke pelukan Ditya. Ditya yang masih kaget pun, baru membalasnya setelah beberapa saat.

Lalu, Safir sadar ia sedang memeluk Ditya. Oh sekarang Safir malu!

"Eh..maaf Dit." ucap Safir ketika melepas pelukannya dengan wajah merah.

"Gapapa."

Dengan cepat, Safir meninggalkan Ditya. Namun mulutnya mengucapkan kata 'makasih, Dit.' dengan volume kecil. Tapi itu masih dapat di dengar Ditya.

Dava dan Gilang yang baru mengembalikan speed boat pun tiba - tiba meledek Ditya.

"Cielah ama doi romance amat si boy. Envy dedek." ledek Gilang.

"Sama. Abang juga envy." sahut Dava.

Dan mereka pun akhirnya mendapat pukulan  gratis di lengan oleh Ditya yang pergi begitu saja.

"Yee tuh orang seneng tapi gak sanggup ngungkapin. Jadi gitu dah." ledek Dava. Dava dan Gilang pun spontan tertawa.

Sore pun tiba. Safir menunggu Zico di luar resort. Ia ingat akan janji Zico yang akan mengajaknya jalan sore itu. Tapi sudah dua jam, Zico tak ada kabar. Ditelpon tak diangkat, di chat tak di balas, di kamarnya juga tak ada. Ah Safir jadi sebal dan kecewa. Zico ingkar padanya.

Ia pun memutuskan kembali ke kamarnya dengan raut wajah yang menyiratkan kekecewaan.

Tak terasa, sudah empat hari mereka di pulau itu. Dan sekarang adalah waktunya pulang. Keadaan Zico dan Safir juga masih tegang. Zico yang tak memberi kejelasan, dan Safir yang terlalu mementingkan egonya.

"Eh Fir. Lo waktu itu naik speed boat berdua ama Ditya ya?" tanya Nanda ketika mereka sedang menunggu kedatangan kapal.

Seketika, wajah Safir memerah. "Iya."

Keempat sahabatnya pun tersenyum sambil meledek cie cie. "Udah baikan?" tanya Saras.

Safir menggeleng. "Belum. Oh iya, gue beli makanan dulu ya buat di kapal."

Safir pun pergi menuju ke warung yang tak jauh dari tempat pemberhentian kapal.

Namun ketika ia menuju perjalanan balik, tubuhnya terhuyung. Ada yang menabraknya.

Dan ternyata, Ditya. Oh, kenapa dia lagi?

Makanan Safir pun terjatuh. Ditya dengan segera membantunya.

"Maaf." ucap Ditya.

"Gapapa."

Dan tanpa mereka sadari, mereka menjadi pusat perhatian selama beberapa saat. Karena Safir jatuh cukup kencang.

Setelah itu, Safir pun berlari meninggalkan Ditya.

"Makasih." ucap Safir seraya berlari.

"Sama - sama." jawab Ditya sambil tersenyum.

Kapal mereka datang. Mereka pun naik ke dalamnya. Dan di dalam kapal, Safir kembali menjadi  korban.

"Asik dah ama Ditya." x : Saras.

"Ciee ditabrak doi. Eh terus dibantuin deh. Ciee." x : Nanda.

"Cepet - cepet baikan ya lo sama Ditya." x : Alisha.

"Liburan terdabest ini mah namanya." x : Quena.

Dan Safir hanya bisa tersenyum sambil menahan wajahnya yang pasti sangat merah.

No comment. Pokoknya bentar lagi FoR tamat. Satu part lagi + epilog. Dan di part ini, part terakhir & epilog, wordsnya itu akan banyak banget. Jadi siap - siap pegel baca ya hehe.

Vomments!

Sorry for typo✌

Continue Reading

You'll Also Like

293K 33.9K 98
WAJIB FOLLOW Adin sebelum baca‼️ WAJIB LIKE and KOMEN‼️ Jan lupa FOLLOW dulu sebelum baca lalu klik tombol LIKE, KOMEN, dan SIMPAN di PERPUSTAKAAN ka...
116K 12.1K 6
[ BACA SELENGKAPNYA DI NOVELTOON/MANGATOON ] 'Light Show' merupakan novel terkenal dikalangan remaja sekolah. Novel ini menceritakan tentang kisah Ir...
78.7K 9.9K 130
Bentar lagi tamat. #1 - Romance ( 5 Agustus 2022) # 3- Fantasy ( 5 Agustus 2022) #1 - Magic ( 6 Agustus 2022) Cerita ini adalah Edisi 1 dari Pri...
2M 119K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...