🍋 ARSENSHA (END) 🍋

Per elaabdullaah

1.7M 91.9K 2.6K

My Possessive Boyfriend #1 Karena menolong seorang pria yang terluka, Sensha terjebak dalam hubungan yang rum... Més

Arshensa 1 - Ulah Arvin
Arsensha 2 - Terima Kasih Arvin
Arsensha 3 - Bunda
Arsensha 4 - Kedatangan Arvin
Arsensha 5 - Perdebatan
Arsensha 6 - Arvin Marah?
Arsensha 7 - Arvin Manja
Arsensha 8 - Si Bunglon
Arsensha 9 - Tante Audy vs Arvin
Arsensha 10 - Childish
Arsensha 11 - Aksi Ngambek
Arsensha 12 - Jogging
Arsensha 13 - Emosi Yang Kembali
Arsensha 14 - Aku Sayang Kamu
Arsensha 15 -Tetangga Baru
Arsensha 16 - Masalah Lagi?
Arsensha 17 - Ketahuan?
Arsensha 18 - Flashback
Arsensha 19 - Kesepakatan Bersama
Arsensha 20 - Apakah Berakhir?
Arsensha 21 - Ancaman
Arsensha 22 - Beruntung?
Arsensha 23 - Rey dan Anggi
Arsensha 24 - Rey yang Aneh
Arsensha 25 - Cemburu Terus
Arsensha 27 - Ada Apa Dengan Arvin?
Arsensha 28 - Perasaan Sensha
Arsensha 29 - Penyesalan Sensha
Arsensha 30 - Kelelahan Sensha
Arsensha 31 - Pikiran yang Mengganggu
Arsensha 32 - Kita Sama?
Arsensha 33 - Yippie!
Arsensha 34 - Kelakuan Kurcaci - END
OPEN PO SHALNA SASIKIRANA

Arsensha 26 - Penculikkan

29.6K 1.9K 187
Per elaabdullaah

Part 26

Mau menyesal seperti apapun semuanya sudah percuma. Hubunganku dengan Arvin sudah berlalu. Sangat sulit untuk memperbaikinya. Jika memang perpisahan adalah yang terbaik, maka kita akan berpisah.

Biasanya pagi ini Arvin udah muncul di meja makan, tapi sekarang? Dia tidak datang ke rumah. Karena memang seharusnya dia tidak datang, aku dan dia sudah selesai. Kita bukan lagi pasangan kekasih.

Mulai sekarang Arvin tidak perlu lagi menjemputku, atau bersikap terlalu posesif kepadaku.

Apakah kalian ingin tahu perasaanku yang sebenarnya? Aku juga sakit. Sakit harus merelakan cintaku. Bukannya aku sudah mengatakan, kalau aku sudah mulai menyayangi dan mencintai Arvin. Sejujurnya Aku tidak ingin putus dengan Arvin. Tapi, kalau Arvin terus seenaknya saja seperti kejadian kemarin, siapa yang betah?

"Sha, kok tumben Arvin nggak datang jemput kamu?" tanya Bunda. Ah, Bunda hapal banget sih jadwa Arvin main ke rumah.

Andai aja bunda tahu kalau aku sama Arvin udah putus, gimana coba reaksi bunda, pasti nyuruh dan maksa aku buat balikan sama Arvin.

"Sensha udah putus, Bun," kataku enteng sambil mengambil roti bakar buatan bunda.

"HAH?! KOK BISA?"

Tuh kan, toa banget suara bunda pagi-pagi gini. Pasti pertanyaan itu yang bakalan keluar dari mulut manis bunda, sudah kuduga.

"Bun, orang yang nikah aja bisa cerai, kenapa yang pacaran nggak bisa putus?" kataku sambil memakan roti bakar yang sudah kuolesi dengan selai kacang. Lalu aku mengecek ponselku, ada pesan dari Shadam.

Shadam : Kalian berantem?

Hanya itu aja pesan dari Shadam, aku bahkan nggak ngerti maksudnya apa. Aku bukan berantem sama Arvin, tapi kami udah putus. Sudah berakhir. Eh, kok sakit, ya?

"Padahal Arvin menantu idaman Bunda," ujar bunda kecewa.

"Ya udah, Bunda bikin bayi aja lagi sama Ayah, terus jodohin sama Arvin," kataku asal lalu mendapatkan tatapan tajam dari ayah.

"Kalau bicara jangan asal gitu, dong, Sha," kata ayah.

"Iya, Yah, maaf. Nggak lagi, deh. Habisnya Bunda sih yang mancing terus," jawabku membela diri.

Iya, lah. Mana mau aku disalahin gini. Andai aja bunda tahu kalau aku putus itu karena sifat Arvin yang selalu berlebihan. Coba aja kemarin dia nggak marah-marah dan asal tuduh aku selingkuh sama Rey, pasti aku nggak bakalan minta putus sama dia.

"Sayang banget kalau Arvin jadi mantunya orang lain."

"Bunda ... udah, dong. Jangan ngomongin Arvin terus. Sensha berangkat dulu, deh."

Setelah itu aku langsung mengambil tasku dan mulai berjalan ke arag garasi. Akhirnya, aku bisa naik motorku lagi. Selama pacaran sama Arvin, ia selalu menjemputku dan tidak memperbolehkanku naik motor sendiri. Tapi sekarang kan aku sama Arvin udah nggak pacaran lagi. Jadi, nggak ada alasan dia buat melarangku yang aneh-aneh.

Saat perjalanan menuju kampus, tiba-tiba aku dihadang oleh sebeuha mobil. Tunggu dulu! Kayaknya aku tau deh itu mobil siapa.

"SHADAM?!" teriakku. Hampir saja aku menabrak mobil Shadam. Lagian tu anak ngapain sih muncul tiba-tiba kayak dedemit. Udah tau aku lagi buru-buru mau ke kampus, keburu nanti dosen masuk.

"Kamu apa-apaan sih, Dham?" tanyaku. Kulihat ada Pandu juga yang ikut turun bersama Shadam. Ada wajah kepanikan di antara mereka berdua.

"Kamu harus ikut kita dulu, Sha. Nanti kita jelasin," kata Pandu sambil menggeretku turun dari motor.

Apa-apaan nih? Mereka mau nyulik aku gitu? Buat apa sih? Dijual juga gak laku.

"Ngga mau, ah. Kalian nggak jelas. Minggir sana, aku ada kuliah pagi, nih." Aku langsung menghidupkan motorku lagi. Saat aku ingin menjalankan motor, tiba-tiba Shadam lebih dulu mencabut kunci motorku dan membuangnya ke segala arah.

Sial. Kalau gini sama aja mereka sabotase aku buat berangkat ke kampus.

"Pandu, bawa Sensha sekarang."

Setelah itu Pandu langsung menggendongku ala buntelan beras, duh kan. Emang mirip buntelan keras apa ya? Sampe segitunya banget.

"Turunin!" titahku, tapi sepertinya Pandu menulikan pendengarannya. Kayaknya aku kapan-kapan harus beliin pembersih telinga buat Pandu di swalayan terdekat, biar dia nggak pura-pura tuli.

Sementara di sisi lain, aku melihat Shadam sedang menitipkan motorku pada sebuah warung, setelah itu Shadam berlari ke arah mobil yang dituju oleh Pandu.

Shadam membuka pintu belakang dan memasukkanku ke sana. Dih, benar-benar paksaan, nggak sopan. Pandu pun ikut masuk ke dalam, sementara Shadam duduk di kursi depan.

"Kalian apa-apaan, sih? Bawa orang seenak dengkulnya. Udah bawanya kayak bawa buntelan beras pula," ocehku. Pokoknya aku nggak terima seenaknya dibawa seperti itu.

Shadam dan Pandu pura-pura tidak mendengarkanku, mereka terus saja diam. Ditambah lagi dengan Shadam yang masih konsentrasi mengemudi mobilnya.

"Aku mau di bawa ke mana?" tanyaku, seentara Pandu masih diam, begitu juga dengan Shadam. Aneh.

"Kalian tetap mau diam gini? Oke, kalau gitu. Terserah kalian," kataku. Susah ya kalau ngomong sama temannya Arvin, sama-sama nyebelin.

"Kamu berantem sama Arvin?" tanya Pandu tiba-tiba.

"Ha?"

"Jawab aja, Sha. Kalian ada masalah?" Kini giliran Shadam yang bertanya.

Apa, sih, maksud mereka? Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu. Emang ada hubungannya dengan mereka yang tiba-tiba culik aku?

"Aku nggak berantem sama Arvin, kok," kataku.

Kenyataannya aku memang nggak berantem sama dia, tapi ... em, putus.

"Bohong, kalian kalau ada masalah itu diselesaikan dulu. Jangan masih disimpen terus," kata Pandu lagi.

Kenapa sih ni anak jadi bijak banget, padahal kan ini hubunganku sama Arvin, bukan sama mereka. Untuk apa mereka ikut campur?

"Kalian kenapa, sih? Pertanyaan kalian itu aneh banget. Terus pake acara culik aku begini pula."

"Arvin dari tadi malam nggak pulang k rumah."

HA? Coba ulangin lagi apa yang dibilang Shadam barusan. Arvin kabur? Atau udah bosan jadi anaknya Tante Audy?

"Maksud kalian apa?" tanyaku.

"Semua udah jelas, Arvin pergi ke restoran langganan kami. Manajer di sana tadi malam menghubungi Pandu, dia bilang kalau Arvin kehilangan kesadaran karena kebanyakan minum alkohol," ujar Shadam.

Jadi, Arvin berbuat ulah lagi? Bisa nggak sih tu anak nggak buat ulah. Dia udah terlal sering ngerepotin orang-orang di sekitarnya.

Aku nggak mau kalau dia menggunakan cara seperti ini ntuk minta balikan lagi.

"Arvin mabuk? Kok bisa?" kataku.

"Itu pertanyaannya, Sha. Arvin itu bukan tipe orang yang langsung minum alkohol, kecuali dia lagi ada masalah. Makanya aku tanya sama kamu, kamu lagi berantem sama Arvin? atau di antara kalian ada masalah besar?" jelas Shadam. Haruskah aku menjelaskan semuanya?

"Aku putus sama dia."

Sejenak Shadam mengerem mobilnya secara mendadak. Untung saja Pandu menjaga kepalaku agar tidak menabrak kursi depan.

"Kamu kalau mau berhenti jangan ngerem mendadak, dong," ocehku. Sumpah ya ini sakit banget.

"Kamu putus? Pantas saja Arvin langsung gini."

"Terus kalau Arvin mabuk, kenapa kalian culik aku. Aku udah nggak ada hubungan apa-apa lagi sama dia. Kita bukan sepasang kekasih lagi."

"Nggak. Pokoknya Arvin harus pulang ke rumah, kita udah pusing banget ngasih alasan ke Tante Audy tentang Arvin yang nggak pulang-pulang," kata Pandu.

Selalu saja, Arvin masih childish. Kapan sih dia bisa dewasa dan tidak melakukan hal konyol jika ada masalah. Kenapa dia nggak bisa terima kalau hubungan di antara kita suda berakhir.

"Arvin itu sayang pake banget sama kamu, Sha. Dia wajar aja kalau mabuk gini habis putus sama kamu. Untung saja manajer restorannya itu nelpon Pandu, coba kalau dia nelpon Tante Audy? Setidaknya kita bisa ngasih alasan ke Tante Audy kalau Arvin sedang menginap di rumah Pandu," kata Shadam.

Hm, jadi ini. Alasan ini mereka menculikku. Bilang aja kalau aku disuruh bujuk Arvin agar ia mau pulang. Tapi kan aku sama Arvin udah putus. Aku sudah nggak punya hak lagi untuk mengatur hidup Arvin.

"Dan sekarang, kita harus pergi ke restoran itu. Kamu harus bisa bawa Arvin pulang."

"Kok aku? Aku bukan pacarnya lagi. Kita udah putus."

"Kalau bukan kamu yang datang, sudah pasti Arvi nggak akan mau pulang. Kali ini aja kami mohon sama kamu, Sha," bujuk Shadam. Baiklah, aku akan mengalah kali ini saja.

Setelah ini aku tidak akan mau lagi terjebak ke dalam permainannya Arvin lagi.

***

Sungguh, restoran ini baru saja buka. Itu berarti Arvin semalaman meninap di sini. Belum ada pengunjung yang datang sepagi ini. Hanya ada beberapa karyawan yang masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Ikut aku, Arvin ada di ruang VIP," kata Pandu.

Aku dan Shadam pun mengikuti Arvin. Dekorasi restoran ini sangat nyaman, bernuansa romantis. Aku tidak tahu jika Arvin, Shadam dan Pandu punya tempat kumpul seperti ini. Di sudut ruangan ada tempat khusus untuk tamu VIP. Dan di sana, tempat di mana Arvin menghabiskan waktunya semalaman. Bagaimana kalau Tante Audy tahu keadaan Arvin, pasti Tante Audy khawatir banget.

"Arvin!" teriakku. Aku bahkan tidak menyangka bahwa yang di hadapanku ini adalah Arvin, mantanku. Kok sakit, ya?

Shadam dan Pandu segera mendatangi Arvin dan berusaha membawa Arvin keluar dari restoran ini.

"Apa-apaan kalian? Awas. Hidupku udah nggak guna lagi. Semua sudah berakhir. Aku sudah kehilangan Sensha," racau Arvin. Ia terus saja berbicara tidak jelas. Selalu mengigau mengatakan bahwa tidak ada artinya lagi ia hidup. Begitu besar kah putus asamu ini?

"Arv, ayo kita pulang." Aku mendatangi Arvin, membujuknya pulang.

"Bahkan aku mendengar suara Sensha di sini, aku terlalu merindukannya." Lagi ... Arvin mengigau.

"Nggak, Arv. Ini aku, Sensha. Ayo kita pulang," ajakku. Aku langsung membantu Shadam dan Pandu untuk membawa Arvin.

"Awas kalian berdua, aku cuma mau disentuh sama pacarku. Mana Sensha?"

Bahkan Arvin lupa bahwa kita sudah putus. Arvin masih saja menganggapku sebagai pacarnya.

"Ayo, Arv, kita pulang." Aku langsung merangkul Arvin dan membawanya ke dalam mobil. Sementara Pandu berterima kasih kepada manajer restoran, sedangkan Shadam mengikutiku dari belakang. Mungkin saja ia takut kalau aku tidak kuat memapah Arvin.

"Sensha?" tanya Arvin.

"Ya?" jawabku.

"Aku sayaaaaaang banget sama kamu. Aku cinta, aku nggak mau kehilangan kamu," ujarnya. Arvin masih dalam keadaan belum sadar penuh. Mungkin ini pengaruh dari minumannya.

Aku tidak menjawab pertanyaannya sama sekali. Arvin masih saja mengambil kesempatan untuk bisa memelukku.

Dan ini ... kenapa jarak parkir ke mobilnya Shadam lama banget,

"Kita masuk dulu, ya," ajakku. Aku dan Arvin duduk di kursi belakang. Sementara Shadam sudah siap untuk mengemudikan mobilnya. Kami tinggal menunggu Pandu yang masih berada di dalam restoran.

"Arv, kamu apaan sih pake mabuk gini? Kamu mau bikin mama kamu khawatir sama kamu?" tanyaku. Kadang kesal juga dengan kelakuan Arvin. aku masih tidak tega bagaimana kekhawatiran Tante Audy jika melihat Arvin pulang seperti ini.

"Aku mau sama kamu, aku cuma mau kamu," racaunya lagi. Arvin masih bersender di bahu, sedangkan tangannya masih menggenggam erat tanganku. Sangat erat.

"Semua udah beres, sekarang kita antar Arvin pulang dulu," kata Pandu. Akhirnya dia balik juga.

"Kalau kita pulang, kita harus ngomong sama Tante Audy?" tanya Shadam. Benar juga kata Shadam. Bagaimana reaksi Tante Audy saat melihat Arvin dalam keadaan mabuk seperti ini.

"Biar aku aja yang jelasin semuanya. Ini semua gara-gara aku. Gara-gara hubungan kami yang berakhir," kataku.

Kuakui ini memang salahku. Andai saja aku tidak meminta untuk mengakhiri hubunganku dengan Arvin, pasti ia tidak akan melakukan hal seperti ini.

Tapi, pada akhirnya aku akan tetap menjelaskan semuanya kepada Tante Audy kalau aku bukan pacarnya Arvin lagi.

TBC

Nah, gimana? oke, aku terpaksa bikin mereka putus. soalnya aku mau mereka putus wkwkw. kalian pengen cerita ini cepat tamat nggak sih? aku pengen banget, udah bosen bangetttt. huhuhu. :(

Okee kutunggu komenan kalian tentang part 1-26 ini, ya. Setelah itu aku bakalan lanjut post part baru lagi. Tp mungkin agak lama. Tergantung mood aku juga 😂😂

Aku pengen tahu sih, harapan kalian untuk hubungan Arvin-Sensha ini gimana? Kalian pengen ada pasangan baru nggak di cerita ini? Bagian mana yang palong luvu, sweet, dan ngeselin dari part 1-26 ini?

Oke kutunggu, ya. See 😘😘
Jangan marah kalau aku updatenya lama. Wkwkw 😜😜

Nb : maafkan untuk komenan sebelumnya blm sempat aku balas.. nanti aku balaass satu2 yaaak😘😘

Continua llegint

You'll Also Like

5.3M 351K 66
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
719K 33.9K 40
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
2.4M 128K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
2M 100K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...