Naughty Kiss (A & Z) [COMPLET...

By unaisahra

458K 31.1K 7.5K

Cerita amburadul wkwkwk . . . . . . . Blue eyes. Pecicilan, penuh percaya diri, suka bikin rusuh, cerewet, su... More

1 : Satu kecupan
3 : Zia
4 : Nantang Kak Aldo
5 : What?!
6 : Anive
7 : Kiss 💋
8 : Cerita Cinta Mommy
9 : Posisi Bahaya
10 : Casting
11 : Hadiah dari kak Aldo
12 :
13 : Full Drama Musical
14 : A&Z
15 : Serangan kak Aldo
16 : Di culik?
17 : Dia
18 : Full A & Z
19 :
20 : Makan Malam 1
Apa apa aja
21 :
22 :
23 :
24 :
25 : AylaView
26 : sandaran hati
27 : Camping
nyengir
28 : Camping 2
29 : A
B : Pernyataan.
30 : Topikir
31 :
32 : Masha
33 : Antara
34 : Haruskah?
35 : Queen
36 : Akhir
EXTRA PART A
Numpang Lewat
EXTRA PART B
EXTRA PART C (bag 1)
bag 2
wait
Extra D
Special part

2 : Bertemu Mommy Prilly

12.9K 833 36
By unaisahra



Aldo itu idola cewek banget. Siapasih yang gak sesak nafas kalau Aldo sudah mengeluarkan bakatnya. Jangankan beraksi, lewat saja pun mampu membuat cewek-cewek pingsan seketika.

Jago ngeband, suara merdunya mampu menghipnotis siapapun, semua alat musik bisa ia kuasai temasuk nge-Dj. Sering kali dia mendapat tawaran DJ di club-club ternama ataupun di konser-konser besar. Teriakan-teriakan histeris dari kaum cewekpun jumlahnya tak sedikit. Apalagi kalau ia mengeluarkan senyumannya yang sangat langka, beeehh pada tepar kayak ikan asin.

Walaupun ia punya cewek, tapi Aldo tak pernah menganggap nanda sebagai ceweknya. Aldo punya cewek itu ya cuma buat punya punya aja. Biar gak punya status jomblo gitu. Masa cowok se-ganteng Aldo tidak punya cewek? Entar di kira dia punya kelainan, atau lebih parahnya mereka menanggapnya seorang GAY. Oh No!  Aldo tidak akan membiarkan gosip menjijikan itu memberitakan dirinya.

Tidak akan!

Image is number one.

Dan satu lagi,

Balapan liar!!

Beeehhhh itu menjadi point tambahan bagi Aldo. Siapa sih yang gak kenal Aldelardo si pembalap liar yang paling beringas. Ia melajukan motor aja seperti orang kesurupan. Tak heran jika dia lah winner di setiap balapannya. Berbagai pujian ia dapatkan. Apalagi dari para cewek yang mengidolakannya.

Walaupun dia selalu menjadi pemenang, tapi ia tak pernah mengambil hasil taruhannya. Jadi hasilnya ya buat pesta teman-temannya saja. Aldo hanya sebatas iseng untuk menyalurkan hobbynya saja.

Jadi, Aldo itu bukan anak rumahan, ataupun kutu buku yang suka menghabiskan waktunya dengan buku-buku yang membosankan itu. Ia anak kalong, suka keluar malam.

Walaupun ia suka keluar malam, Aldo tak melupakan kewajibannya sebagai seorang pelajar. Ia selalu bangun tepat waktu, berpenampilan rapih dan menarik. Ia juga selalu menjadi juara kelas. Otaknya itu memang jenius, tanpa belajarpun ia bisa mendapat nilai terbaik.

Sedikit berbeda dengan delio. Sebenarnya ia gak bego-bego amat kok. Buktinya dia bisa masuk IPA. Walaupun tidak sepintar abangnya, tapi nilainya selalu memenuhi rata-rata. Itu juga karna gak pernah belajar. Dia mah cuek juga dengan pelajaran. Keturunan pintar memang sudah mengalir dalam darahnya, maka dari itu ia bisa mendapat nilai rata-rata walaupun ia gak belajar.

"Aldo tumben gak keluar?" prilly menghampiri Aldo yang sedang anteng di karpet bludru, pandangannya hanya terfokus pada layar datar di depannya, tangannya sangat lihai menari-nari di atas stik PS.nya.

Aldo memutar bola matanya, mommynya ini sangat aneh. Bukannya seneng anaknya gak keluyuran, eh malah di tumbenin. Kayaknya mommynya ini lebih senang anaknya pada ngelayap dari pada di rumah. Soalnya mommy sama daddynya jadi bebas bermesraan tanpa ada yang mengganggu.

Emang sih, apalagi delio yang paling suka mengganggu mom and dad nya. Yang iseng nyelip di tengah-tengah ali prilly lah. Yang usil ngetuk-ngetuk pintu kamarnya mommy sama daddynya, mungkin baru saja tancap delio sudah berisik minta bukain pintu kamarnya, membuat daddynya sangat geram karna tertunda lagi. Dan masih banyak lagi keusilannya yang mengganggu aktifitas mesum orang tuanya.

Tak berbeda dengan delio, Aldo selalu meminta di buatkan ini itu, entah nasi goreng, kopi, atau ia menyetel musik sangat keras yang membuat orang tuanya terganggu. Aldo memang sedikit usil, tapi usilnya tidak seperti delio yang pecicilan. Usilnya Aldo ya datar-datar aja gitu, tapi yang namanya usil ya tetap mengganggu.

"Lagi males keluar aja mom.." jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya pada PS nya.

Prilly manggut-manggut sembari mendudukan pantatnya di sofa. Ia mengambil cemilan di toples yang terletak di atas meja.
"Kamu nih dari kecil main PS mulu, gak bosan?" Tanya prilly sambil memasukan cemilan ke mulutnya.

"Kalo bosan ya gak main lagi mom." masih fokus dengan gamenya."Tumben gak berduaan sama daddy, biasanya sudah anteng di kamar." tanya Aldo yang sudah sangat tahu kebiasaan orang tuanya.

Prilly yang kesal melempar kacang polong ke kepala anaknya. Aldo sedikit meringis karna lemparannya sedikit kuat. Ia terkekeh kecil.

"Kamu ini gak sopan sama orang tua..." prilly mengunyah kacang polongnya dengan kasar."daddy mu itu lembur, belum pulang." prilly mulai jengkel sendiri.

"Jangan-jangan daddy selingkuh mom."

Seketika prilly tersedak. Ia langsung mengambil sirup melon punya Aldo yang tergeletak di meja. Prilly meminumnya sampai tandas tak tersisa.

"Yah mom.. kok minumanku di habisin sih." sungutnya.

Prilly menatap anaknya jengkel, Bisa-bisanya anaknya ini berbicara enteng kalau daddynya selingkuh. "Emang mommy pikirin! kamu udah bikin mommy kesel. Daddy itu gak selingkuh.. ish" prilly beranjak dari duduknya meninggalkan Aldo yang sedang terkekeh. Mommy nya ini sangat lucu kalau sedang ngambek. Masih kaya bocah saja, jalan aja pake kakinya di hentak-hentakin ke lantai.

Prilly menaiki tangga sambil berceloteh, ia sangat kesal dengan putranya itu. Seringkali dia membuat mommynya kesal. Kan jadi keinget terus sama omongan Aldo. Kalau sampai yang Aldo katakan itu benar, ia tak akan segan-segan mencincang daging suaminya yang sedikit berisi itu.

"Kesel... Kesel....!"

"Kenapa mom kok ngomel-ngomel sendiri." prilly berhenti di tengah tangga, kini giliran ia berpapasan dengan delio yang sudah rapih dan wangi.

"Mau kemana kamu?" tanya prilly memandang delio dari atas sampai bawah.

"Biasa mom, anak mudaaahhh.." jawabnya lebay.

Prilly menaikan satu sudut bibirnya, ia baru ingat kalau anak yang satu ini sangat senang berkencan dengan cewek-cewek gak jelas. "Jadi gak ada yang nemenin mommy yang lagi kesel nih.. jyahat semuanya..." rajuknya.

Delio mengangkat alisnya. "Bukannya mommy seneng kalo anaknya pada pergi, kan jadi bebas bermesraan sama daddy."

Prilly menjentikan jarinya.
"Itu masalahnya! daddy tu belum pulang lagi lembur. Lah si Aldo malah komporin mommy katanya daddy selingkuh. Kan mommy syebel.." curhatnya dengan bersungut-sungut.

Delio manggut-manggut mendengar curahan hati mommynya. "Ooo~hh..."

Prilly melongo... Dia sudah curhat panjang lebar dan anaknya ini hanya berkomentar Oh doang??? Yang semakin membuatnya kesal, setelah menjawab Oh dia langsung meninggalkan mommynya yang masih melongo kaya patung di tangga.

"OMG HELLOOOWW...!!! KENAPA PUNYA ANAK PADA NYEBELIN SEMUA...!!!" delapan oktaf mommy prilly menggema di rumah besar ini. Nyaris semua barang-barang yang tertempel di dinding merosot ke lantai. Aldo yang masih asyik dengan PS nya langsung menutup kedua telinganya. Teriakan mommynya ini emang sangat dahsyat.


***

Zia menggembungkan kedua pipinya. Kedua tangannya ia masukan ke dalam saku jaket, kaki cantiknya berjalan sambil menendang krikil dan kaleng-kaleng yang menghalangi jalannya.
Malam ini ia merasa kesepian lagi, di rumah tak ada yang menarik. Mamahnya juga belum pulang.

Mamah?

Ia meringis mengingat perlakuan mamahnya pada dirinya waktu masih kecil sampai sekarang. Mamahnya itu selalu main tangan padanya. Tak jarang ia mendapatkan memar di tubuhnya setiap mamahnya pulang. Entah apa salah yang dia perbuat, kenapa mamahnya itu sama sekali tak pernah lembut padanya. Apa itu cara mamahnya memberikan kasih sayang padanya?

Ah, mungkin iya.. Zia selalu berprasangka baik pada mamahnya. Tak sekalipun zia membenci mamahnya, bahkan ia sangat menyayanginya. Hanya mamahnya dan bik siti keluarga yang dia miliki.

Papah?

Zia sendiri tak pernah tahu wujud papahnya itu seperti apa. Ia sendiri yakin kalau papahnya itu bule, buktinya ia memiliki mata biru yang tak di miliki oleh penduduk indonesia, kecuali suku lingon sih. Tapi kan suku lingon itu dari daerah pedalaman, mereka masih ganas kalau melihat orang asing yang bukan sukunya. Jadi itu tak mungkin, ia yakin kalau papahnya itu bule.

Waktu kecil ia pernah bertanya pada mamahnya, siapa papah zia? Bukan jawaban yang zia dapat,  melainkan pukulan bertubi-tubi yang ia dapat. Apasih salahnya? ia hanya ingin seperti anak-anak yang lain yang selalu menceritakan papahnya. Kenapa harus pukulan yang ia dapat? Sakit sih, tapi ia tak bisa membenci mamahnya. Ia terlalu sayang meskipun mamahnya selalu menyakitinya. Batin dan fisik.....

"Neng zia mau kemana?" zia menghentikan langkahnya, ia mendongakan kepalanya.
Melihat pak tua di depannya membuat zia langsung menyengir lebar.

Ini dia si pak haji yang suka menyebut dirinya orang terlanjur kaya. Duitnya emang banyak, suka bagi-bagi duit. walaupun gocap tapi lumayan. Hajinya dua kali kaya pak haji Muhidin, sifatnya juga gak jauh beda sama pak haji muhidin yang suka menunjukan kekayaannya, jatuhnya mah pamer alias Ria.

"Eh, ada pak haji mahmud orang terlanjur kaya.. Mau jalan-jalan kompek nih pak haji. Paling mentoknya ya di pos kamling bareng mang asep sama mang sapri."

Pakhaji manggut-manggut sambil mengelus jenggotnya. Pak haji ini memang sudah sangat hafal dengan tingkah zia. "Jalannya jangan ngelamun neng, ntar di bawa kalong wewe loh.."

Zia tertawa seolah tidak mempunyai beban.
" Kalong wewe kok jam tujuh, pak haji mahmud orang terlanjur kaya gimana sih. Kalong wewe tu pas maghrib pak haji.."

"He he..MasyaAllah.... pak haji lupa.." pak haji menunjukan cengirannya.

"Eh pak haji dari mana?"

"Ehm, tadi habis sholat dari masjid terus lanjut bagi-bagi uang. Maklum orang terlanjur kaya, haji dua kali lagi." katanya menyombongkan dirinya.

Zia hanya bisa menahan tawanya.

"Waaah, zia kebagian gak?" zia memasang wajah lucunya seolah ia meminta pada papannya.

Pak haji mengisyaratkan dengan telunjuknya. Seolah berbicara "tunggu".
Pak haji mengeluarkan dompetnya dari saku jubahnya. Diambilnya benda persegi panjang berwarna merah dari dompet mahalnya.
Seketika mata zia berubah menjadi hijau melihat obat merah cap dua orang alias uang seratus rebu.

"Nih, double buat neng zia yang cantik kaya anaknya pak haji mahmud."

"Waahh..makasih banget pak haji. Semoga hartanya barokah. Makin sukses, hartanya gak abis sampe tujuh turunan." zia mencium uangnya.

Pak haji tersenyum membanggakan dirinya." ha ha... Aamiinnn... Pak haji pulang dulu ya, sudah di tunggu istri tercinta..."

"Ha ha iya iya... Sekali lagi Makasih Pak haji Mahmud orang terlanjur kaya. Sering-sering dah biar awet muda.!!! " teriaknya pada pak haji yang sudah menjauh darinya. Pak haji mengangguk dari jauh.

Kini tawa zia lepas setelah tertahan. Emang harus di gedein dulu hatinya biar selebaran kertas itu keluar dari dompetnya. Lumayan cepe bisa buat beli cireng di sekolah.

Setelah memasukan uang itu kedalam saku hot pannya. Ia merasakan ada yang menarik topi jaketnya membuat ia tertarik mundur.

"Eeettttt..... " zia menoleh. Bibirnya manyun lima centi.

"Lepas woey! gila lo yah. Dikira gue anjing apa main di tarik-tarik." zia melepaskan tangan cowok itu yang menarik jaketnya.

Cowok itu menunjukan cengiran lebarnya. Ia menggaruk rambutnya yang tak gatal. Zia mendengus, ingin sekali mencakar wajah gantengnya itu yang pasaran.
"Katanya lo mau ngedate sama gebetan."

"Hehe.. gak jadi. Ngedate nya sama lo aja yuk."

"Ogah gu- " zia memekik kaget. Sahabatnya ini memang sangat menyebalkan. Belum juga selesai protes, eh main angkat aja kaya ngangkat karung beras.

Zia meronta-ronta minta di turunkan. Mulutnya terus mengoceh cantik. "Adel kampret turunin, gue lagi gak mood." zia memukul-mukul punggung delio yang malah terbahak.

"Makannya biar mood ikut gue."

***

Zia memeluk punggung delio erat, matanya sudah merem melek menahan kantuk. Ia mencoba melebarkan matanya ketika merasakan motor delio berhenti. Zia memperjelas pandangannya ketika mereka berhenti di depan rumah megah dengan halaman yang luas.

"Ini rumah siapa del." tanya zia sambil menguap.
Tangannya masih melingkar di perut delio. Wajahnya ia sandarkan di punggung delio.

"Udah turun yuk." bukannya menjawab, delio meminta zia turun.

"Heh! jawab dulu ini rumah siapa, kita gak boleh asal nyelonong rumah orang. Gini-gini gue tau sopan santun. "delio menghiraukan ocehan zia, ia masih sibuk menggeret tangan zia memasuki rumahnya.

"Mommy.....!!!!" delio teriak memasuki rumahnya. Zia mendelik."Ini rumah lo?!" delio menyengir, lalu mengangguk.

Mata zia langsung berbinar. "Waah, berarti ada kak Aldo dong."

Delio mencebikan bibirnya. Ia kan membawa zia kesini bukan untuk di pertemukan dengan abangnya, ia membawa zia untuk hiburan mommynya.

"Ya ada lah, dia kan abang gue."

Zia tersenyum aneh sambil menyenggol-nyenggol bahu delio. Delio mengangkat satu alisnya. Dia sangat tahu maksud sahabatnya ini.

"Abang gue tuh orangnya serem, di gak bakalan mau di ganggu." zia mengerucutkan bibirnya.

"Kok tumben kamu pul- eh, siapa tuh?"

Zia mengalihkan pandangannya pada wanita yang sedang menuruni tangga. Wanita berumur kisaran 38th yang masih terlihat cantik. Zia tertegun melihatnya, wajahnya memancarkan aura kelembutan dan kehangatan, mata hazelnya sangat meneduhkan, sungguh dia sangat cantik, tubuhnya juga sama-sama mungil seperti dirinya. Wanita itu berjalan kearah mereka dengan senyum lembutnya.

"Waah kamu cantik sekali. Dan,  wow! Kamu memiliki mata biru.." decaknya kagum.

"Itu mommy gue zi." delio menyenggol bahu zia yang masih terbengong.

Zia tersadar, lalu mengerjap. Ia tersenyum canggung. "Ah ya.. Hee.. Kenalin nama ku zia tante.." zia menyalimi tangan prilly. Prilly tersenyum hangat.

"Cantik kaya orangnya." pujinya. Zia tersenyum malu. Entah siapa yang sudah memberinya nama itu.

"Ah, tante berlebihan deh.." zia tersenyum malu-malu kampret. Delio mencibir.
"Jangan di puji mom, ntar terbang tuh, atep kita jebol nanti."

Zia mencebikkan bibirnya kesal.
"Ah elo mah, gak bisa liat orang seneng.." sungutnya. Sontak prilly tertawa geli. Ia jadi teringat masa mudanya.

"Ha ha.. Yuuk ah duduk sama tante.. kita ngobrol-ngobrol cantik." ajak prilly. Prilly merangkul bahu zia untuk membawanya keruang tengah.

Zia mirip seperti patung yang sedang di tuntun. Ia sedikit terkejut dengan perlakuan prilly. Hatinya berubah menghangat dengan perlakuan lembut prilly. Ia sama sekali tak pernah merasakan kelembutan seperti ini dari seorang ibu.

Sama sekali!

Jangankan kelembutan, disapapun tak pernah. Hanya bik siti yang selalu memberinya perhatian padanya. Tapi perhatian itu belum cukup kalau bukan dari mamahnya sendiri. Ia butuh kelembutan dari seorang ibu, yang bisa memanjakannya, memberikan pelukan hangatnya, kata-katanya yang menenangkan. Ia tak pernah mendapatkan itu. Tak heran jika ia mencari kebahagiaan dengan caranya sendiri, meskipun menjadi anak bandel dan sedikit nakal.

Entah kenapa zia merasakan matanya sedikit berkaca-kaca dengan perlakuan lembut prilly. Betuntung sekali sahabatnya memiliki orang tua yang seperti ini.

"Hei, kamu kok ngelamun si cantik.?" saking sibuk dengan pikirannya, zia sampai tak sadar kalau mereka sudah duduk di sofa.

Zia tersenyum kecil. Ia gak boleh terlihat rapuh di depan orang lain. Ia harus menjadi seorang zia yang ceria, kuat dan tidak lemah.

Ya! harus bisa zia!

"Nggak tante, aku suka saja sama desain rumahnya.he"

Bohong! zia sama sekali tak peduli dengan desain rumah ini. Jangankan peduli, mudeng juga kagak masalah desain itu seperti apa. Pikirnya ya asal rumah itu rapat, hujan tidak kebocoran, itu sudah cukup baginya, tak peduli dengan desain yang sangat membingungkan itu.

Prilly tersenyum lembut, ia mengusap rambut coklat terang itu. Ia merasa ada gelagat aneh pada anak ini.

"Kamu tahu gak, tante itu pengin banget punya anak perempuan.. Tapi karna di kasihnya dua jagoan ya tante sudah sangat bersyukur.."

"Zia malah pengen punya kakak laki-laki, tapi sayangnya zia anak tunggal."

"Zia anak tunggal?"

Zia mengangguk lucu membuat prilly tak bisa menahan senyumnya.

"Iya tante, makannya zia sering kesepian. Kalo sedang kesepian paling ya nongkrong di pos kampling komplek. Kalo nggak ya main sama delio kalo dia tidak sedang kencan ama gebetannya."

Prilly terkekeh geli. Anak ini lucu sekali, masa cewe suka nongkrong di pos kamling. Dia berbeda, tidak seperti cewe lain yang suka berbelanja dan tetek bengek lainnya.

"Kamu ini lucu sekali.." prilly tersenyum."Kalo orang tuamu gimana?"

degh!

Mendadak zia merakan tubuhnya kaku. Tidak! tidak ada yang boleh tahu masalah keluarganya.

Maat tante, zia harus bohong.

"Mamahku orang sibuk tant, sering ke luar kota. Tapi kalo pulang mamah selalu menyempatkan waktu untukku kok."jawabnya tersenyum. Lebih tepatnya tersenyum perih.

Itu tidak pernah!

"Oh ya? kalo papahmu?"

Papah?

Aku aja gak tau papahku seperti apa?

Zia berdehm pelan.
"Papah...di jerman tant..." nadanya sedikit bergetar agar isaknya tak keluar.

Jerman dari hongkong... Setauku mamah dulu kuliah di jerman. Mungkin ya papah disana.

Prilly yang merasa janggal menarik wajah zia untuk menatapnya. "Kamu kenapa?"

Zia menggeleng lalu tersenyum paksa.
"Gak papa tante, cuma kagen sama pa-pah.. he"

Bohong! bagaimana dia bisa kangen, wujudnya saja tidak tahu seperti apa. Apakah dia juga memiliki mata dan hidung seperti manusia yang lainnya.

Ya jelas lah! dia kan manusia bukan alien. Mana mungkin mamahnya hamil sama alien. Ia aja jadinya manusia asli.

"Ehm.. apa orang tuamu berpisah?" tanya prilly sedikit ragu.

Zia mengangguk kaku.

Iya in aja deh...

Prilly merengkuh bahu zia. Zia sedikit kaget, tapi dia nyaman. Pelukan yang selalu ia inginkan dari seorang ibu yang tak pernah ia dapatkan. Zia tersenyum dalam pelukan prilly. Sangat hangat. Ia tak menyangka bisa seakrab ini dengan orang tuanya cowok yang sudah mencuri perhatiannya....

Aldo.....

"Sering-sering main sini ya kalo kamu kesepian." katanya lembut.

Zia melepaskan pelukannya, menatap prilly dengan mata berbinar.
"Beneran tante?"

Prilly tersenyum mengangguk.
"iya... "

"Waah mau banget tante.."

Sampai tak sengaja pandangan zia menangkap sosok kakak kelasnya yang cuek-cuek gemeshin itu. Aldo tetap berjalan santai tak menyadari kalau ada orang disitu.

"Hei kakak ganteng...."

What?

***

"Zia..." gumam prily.

"Zia teman dekatnya delio yang tadi kesini?"

Prilly mengangguk dalam pelukan ali. Ia semakin menyusup ke ketiak suaminya. Menghirup aroma tubuh suaminya yang sangat memabukan.

"Iya.... Si mata biru itu..." prilly mengambil nafas.  Bergerak mencari posisi yang nyaman.
"Di balik wajah cerianya seperti menyimpan sesuatu yang ntah apa itu. Ada kekosongan dalam matanya, semakin lama menatap mata indahnya semakin terlihat juga kerapuhannya." gumamnya. tangannya memainkan kancing kemeja suaminya.

Ali menghela napas.. "Aku juga merasakannya. Dia memang terlihat ceria, sifatnya sangat mirip denganmu dulu, sama-sama genit. Cuma bedanya dia itu sedikit tomboy tidak feminim. Tapi matanya itu tidak bisa membohonginya. Dia seperti menyimpan luka. Hebat sekali anak itu menyembunyikannya."

Prilly mengangguk setuju.
"Kamu benar. Tapi aku khawatir dengan anak-anak kita."

Ali mengerutkan dahinya bingung.
"Khawatir?"

"Iya.. Aku khawatir kalo anak-anak kita menyukai perempuan yang sama. Aku tidak pernah melihat delio sampai bisa berteman lama dengan perempuan. Padahal kan dia itu playboy. Sedangkan Aldo, mungkin sekarang dia gak suka. Tapi gak tau nanti, karna zia seperti menyukai Aldo. Bahkan dia tak malu-malu menggodanya di depan kita. "

Ali mengelus rambut istrinya. Ia menghela napasnya lembut. "Apapun yang terjadi nanti, semoga mereka bisa berfikir dewasa. Kita tidak usah mengganggu hubungan mereka, biarkan mereka saja yang menentukan pilihannya sendiri."

"Kalo melihat zia aku jadi teringat waktu aku suka godain kamu dulu.. Suka ngejar-ngejar gak tau malu.." prilly terkikik sendiri.

Ali tersenyum geli mengingat waktu masa kuliahnya dulu. Bocah polos yang selalu membuatnya marah. Dulu ia juga sangat benci dengan juniornya ini yang suka menggodanya. Tapi malah junior centilnya ini yang menjadi jodohnya.

"Bocah cilik yang nyosor seniornya duluan.."
Dengan sekali hentakan, ali sudah menindih tubuh istrinya. Prilly tersenyum menantang.

"Itu namanya gentle girl baby...." prilly menggigit bibirnya menggoda.

Sialan!

Tanpa menunggu lama, ali langsung menyambar bibir istrinya yang rasanya tidak pernah berubah. Selalu memabukan, selalu membuatnya menginginkan lagi, lagi dan lagi daaan seeeterusnya....

#Tbc


Sabtu, 10/12/16

Continue Reading

You'll Also Like

478K 37.6K 17
[SEBAGIAN DI PRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU BARU BACA] Dilarang ada hubungan antara senior dan peserta OSPEK, Galen, sebagai Ketua Komisi Disiplin terpa...
401K 9.6K 61
bagaimana kalau hidup kamu yang awal nya bahagia dengan pekerjaan itu, malahan menjadi petaka untuk kamu sendiri. Pernikahan paksa akibat sebuah jeba...
304K 29.8K 44
"Ma, aku ngga mau ya punya assisten baru" "Plis lah Maa" "Aku tu CEO punya aissten dengan pakaian sexy itu biasa" "Lianda Sanjaya!!!" "Ikutin kata ma...
385K 43K 26
Yg gk sabar jangan baca. Slow up !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. ...