Bloodstains (1D's Vampire Sto...

Galing kay paynefiction

191K 11.5K 218

" Meeting you was fate, Becoming your friend was a choice, but falling in love with you, ... Higit pa

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Final Chapter
Author's Note

Chapter 15

3.9K 238 7
Galing kay paynefiction

~Liam Payne's POV~

Menunggu datangnya pagi ini sungguh sangat membosankan. Apalagi vampir memang di takdirkan untuk tak pernah tidur dan terus terjaga. Memang aku bisa melakukan hal sesuka hatiku bahkan mengintai seseorang saat mereka sedang terlelap. Tapi kali ini, aku merasa bosan untuk melakukannya.

Pasca kepergian Derek dari flat dan ketegangan yang sempat terjadi di kelompok ini, semua seakan enggan untuk saling berbicara. Apalagi Zayn, ia jadi lebih diam dan cenderung tak menghiraukanku. Aku telah mengirim surat tentang kegaduhan yang Derek buat di kelompok kami pada Davichi Clan dan berharap mereka menghukum vampir itu.

"Hey Li," sapa Sarah yang baru saja keluar dari kamar Niall.

"Hey Sarah. Kau bermalam disini?" tanyaku, Sarah tersenyum manis lalu mengangguk pelan.

"Li, bolehkan aku bertanya sesuatu?" tanya Sarah ragu.

"Tentu saja. Memang ada apa Sarah?"

"Sebenarnya, kenapa Zayn lebih menyembunyikan masalah ini dari Davichi Clan?" Sarah memainkan jemarinya diatas meja counter.

"Well—Zayn pernah masuk didalamnya, hanya satu dekade sebelum ia bertemu Louis. Kau belum pernah mendengar ceritanya bukan?" Sarah menatapku dengan raut terkejut lalu memintaku untuk melanjutkannya.

"Davichi Clan tidak seperti yang kau lihat. Mereka kejam dan bengis."

"Lalu, jika pemimpin kelompok contohnya kau, masuk dalam keanggotaannya, apa yang akan terjadi?" Sarah menatap kearahku dengan ragu.

Aku memalingkan wajah darinya lalu menatapnya lagi dengan senyum pahit. "Jika aku masuk dalam kelompok mereka, satu diantara kalian harus di bunuh sebagai persembahan dan sisanya, akan dijadikan budak."

Sarah menatapku dengan keterkejutannya lalu ia mundur beberapa langkah. "Ada apa Sarah?" tanyaku.

Gadis itu langsung tersenyum pahit kearahku. "Aku hanya ingin tau, lagipula aku belum mengerti sejarah dari Davichi Clan." ia kemudian berlalu kembali masuk ke kamar Niall.

Ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan sepertinya. Tapi apa? Kenapa semua orang seakan menutupi sesuatu dariku?

"Biarkan saja gadis itu." Zayn langsung mengambil tempat duduk disebelahku.

"Sebenarnya ada masalah apa?" tukasku tak mengerti.

Zayn menggeleng pelan. "Kau dengar sendiri kan jika Sarah hanya ingin tahu soal sejarah Davichi Clan?"

Aku menanggukan kepala. "Aku dapat penglihatan bahwa sebentar lagi Nathalie akan jatuh hati padamu." timpalnya lagi.

"Benarkah?" aku terkekeh puas.

"Tentunya. Dan aku melihat bahwa kau akan mengajaknya pergi ke tepian sungai Thames."

Aku memang berencana mengajak Nathalie jalan-jalan nanti sore. Sejenak untuk melepaskan penatnya setelah kejadian mengejutkan itu. Kelompok kami juga sedang sibuk memikirkan cara bagaimana Chris di keluarkan dari kantor polisi karena ia sama sekali tak bersalah dan bagaimana cara membersihkan nama baik Chris di mata siswa lain.

"Kau akan menjemput Nathalie hari ini?" tanya Zayn.

"Right. Ia sendiri yang memintanya."

"Bukankah kejadian ini makin membuatmu dekat dengannya?" Zayn menyeringai kearahku.

"Tidak Zayn, ia hanya dekat denganku karena pertolongan dari kelompok kita." aku menyadari hal itu, Nathalie mungkin hanya ingin mengucapkan rasa terima kasihnya padaku.

"Never mind, cepatlah berangkat—lebih baik kau pergi ke rumahnya dan menanti Nathalie sebelum ia yang menanti kedatanganmu." Zayn meraih pundakku dan mengusapnya.

Aku langsung menuju ke mobil dan bersiap menjemput Nathalie ke rumahnya sembari memikirkan cara agar nanti sore aku bisa mengajaknya pergi.

**

"Selamat pagi." sapaku ketika seorang gadis dengan penampilan feminin dan tampak menggoda membukakan pintu rumahnya.

"Selamat pagi, Well—kau pasti Liam." tebaknya dengan pasti. Aku menganggukan kepala lalu tersenyum kearahnya.

"Mari masuk, Nathalie masih bersiap. Dan ibuku ingin bertemu denganmu." tukasnya sembari memberiku ruang untuk masuk kedalam.

"Tunggu sebentar, aku panggilkan Mom dan Nathalie." gadis itu langsung melenggang pergi. Tak lama kemudian, aku menemukan sosok Nathalie yang berjalan menuruni tangga dengan penampilan yang seperti biasanya, ia tampak lebih baik daripada kemarin.

"Hey Li," sapanya ramah, aku memberi senyuman manis padanya sebagai jawaban. Lalu ia berjalan mendekat kearahku.

"Kau sudah menunggu lama?"

Aku menggeleng pelan. "Belum, baru saja sampai. Oh ya, kakakmu bilang jika ibumu ingin bertemu denganku, memangnya ada apa?"

"Hmm—mungkin ia ingin berterima kasih padamu. Soal yang kemarin." ujarnya pelan.

"Oh, jadi ini yang namanya Liam?" datang seorang wanita paruh baya dengan senyuman manis yang menghias kedua sudut bibirnya.

"Perkenalkan, aku Michele Pavin—ibu dari Nathalie." aku langsung berdiri menegakkan badanku lalu menerima uluran tangannya dan menjabat tangan ibunya.

"Liam Payne." tukasku.

"Well—aku sangat berterima kasih saat kau menyelamatkan anakku. Ya, meskipun sebelumnya ia sempat menyembunyikan kasus itu terhadapku." ibunya melirik sekilas kearah Nathalie lalu menyeringai kecil.

"Mom," bisik Nathalie lirih.

"Aku tak tau nasib Nathalie jika kau tak datang menyelamatkannya. Terima kasih Liam." ujar ibunya dengan tulus. Aku bisa merasakan perasaan tulus dan haru yang menyelimutinya.

"Sudahlah Mrs. Pavin, lagipula kebetulan aku dan temanku melihat Nathalie dibawa pergi oleh penculik. Jadi, sudah semestinya kami menyelamatkan Nathalie." aku mengedarkan pandanganku ke Nathalie. Gadis itu tersenyum senang.

"Sepertinya kita harus berangkat ke sekolah sebelum terlambat." sela gadis itu.

Ibunya menatap kearah Nathalie dan tersenyum pada gadis itu. Ia lantas memperbolehkan Nathalie untuk berangkat bersamaku.

"Jadi kau menyembunyikan berita itu dari ibumu?" Nathalie menatap kearahku, ia sibuk memasang safety beltnya.

"Aaku tak ingin melihatnya khawatir karenaku Li, aku juga tak ingin Mom memindahkanku ke sekolah lain setelah kejadian ini."

Aku mengangguk, "Tak ada salahnya memang, tapi harusnya kau memberitahu orang tuamu sebelumnya."

*

Kami berjalan menyusuri koridor sekolah dengan tatapan heran dari para siswa. "Aapa kau pikir mereka sedang tak menginginkan kehadiranku disini?" tukas Nathalie ragu.

"Mereka mungkin kaget karena kau masih masuk sekolah pagi ini pasca penculikanmu kemarin." aku langsung merangkul pundak Nathalie dan membuat gadis itu sedikit tenggelam dalam dekapanku.

Ia mulai melepaskan dekapanku dan menatap kearahku. "Kau bersungguh-sungguh? Liam aku mohon jangan jauhi aku." tukasnya lagi.

Aku menatap kearahnya penuh rasa perhatian. "Aku akan ada disini. Selalu untukmu—untuk melindungiku."

"Thanks Liam," bisiknya lirih. Nathalie memalingkan wajahnya menuju kelas Sejarah lalu kembali menatapku, "Aku harus masuk ke kelas. Bangkunya hampir penuh."

Aku ikut memalingkan wajah kearah kelas Sejarah. "Temui aku di jam makan siang okey?" tukasku.

Nathalie menganggukan kepala lantas melenggang pergi ke kelas.

Aku berlajan menuju kelas sambil memainkan ponsel ditanganku. Jade mengirimiku pesan singkat yang berisi,

"Aku menunggumu di kelas Biologi :)
Jade xoxo"

Aku lantas membalas pesannya,

"Tunggu, aku sedang berjalan menuju kelas biologi."

Sending message

Lantas aku berjalan menyusuri koridor menuju kelas biologi. "Liam!" aku melihat sosok Jade tengah terduduk di bangku ketiga dari belakang, ia sedang melambaikan tangan kearahku.

"Kita bertemu lagi." tukasku lalu duduk di bangku sebelahnya.

Ia lantas memalingkan wajahnya menatapku lalu tersenyum manis padaku. "Sebenarnya aku ingin membicarakan sesuatu." bisiknya lirih.

Aku mendengarnya, Jade ingin membahas soal Nathalie. Ia telah terpengaruh olehku, sekarang ia tak lagi ingin mencelakai Nathalie.

"Sepertinya kau dan Nathalie pasangan yang cocok." kata Jade malu-malu. Aku menatapnya bingung.

"Well, kalau boleh jujur, aku pernah suka padamu. Tapi setelah melihat kedekatanmu dan Nathalie, aku pikir kau pantas dengan Nathalie."

"Kau suka padaku?" aku berbisik lirih, mengulangi perkataannya. Gadis itu menganggukan kepala.

Jade menundukkan kepalanya lalu aku meraih sebelah tangannya dan mengelusnya pelan. "Meskipun begitu, tapi aku tetap mau duduk bersamamu setiap kita bertemu dalam satu kelas."

Jade memalingkan wajahnya kearahku lantas senyum manis mengembang dari kedua sudut bibirnya.

Dan jika kalian berpikir kenapa aku bisa bergaul dengan manusiakarena aku pernah menjadi bagian dari mereka. Sepanjang hidupku aku terus berusaha untuk menjadi seperti mereka meskipun kenyataannya berbeda. Aku ingin menyembunyikan identitas bangsaku agar mereka tak curiga. Itu tugasku karena aku adalah seorang pemimpin sekelompok vampir usia muda...




»»»»»»»»»»»»»»»«««««««««««««««

Next Chapter tergantung sama VOTES dan COMMENTS!!!

Mau next atau stop?? ;-)



~Big hug, Mrs. Payne {}

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

4.2K 595 15
Ratusan tahun lalu, terdapat klan vampir yang bersumpah hidup mengabdi kepada nenek moyang mereka. Namun, ikatan sumpah itu harus putus dan menjadi m...
583K 39.9K 46
[Daftar Pendek Wattys 2023] (Dark romance - fantasi - psikologi) Sejak pulang dari camping sekolah, Elisa jadi sering bermimpi bertemu seorang laki-l...
54.7M 4.2M 58
Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaksi | A Story Teen Fiction by PoppiPertiwi...