Senja Dan Jingga

By Mayalsa

481K 27.2K 771

Sequel of "FRIENDSHIP IS NEVER ENOUGH" Apa hanya sekedar ilusi, sayang? Jika berharap kau akan segera pulang... More

Harap Dibaca
Prolog
1. Hujan
2. Janji dan Sebuah Perasaan
3. Teman
4. Suatu Tempat
5. Kebetulan yang Menyakitkan
6. Sekolah dan Kamu [ Repost ]
7. Sekolah dan Kamu 2
8. Senandung Terindah
9. Peredam Nyeri
10. Minggu Sendu
11. Jadi Pacar Saya, mau?
12. Kita Pacaran, 'kan?
13. Untuk Apa Kembali?
14. Hancur Berkeping
15. Terlalu Rumit
16. Sama-sama Patah Hati
18. Serba Salah
19. Itu Hanya Kamu
20. Hujan Yang Sama
21. Dandelion
Cuap-Cuap Dikit
22. Post It
23. Kembali
24. Bumi
25. Sekali Ini Saja
26. Takdir
27. Kemenangan Semu [Repost]
28. Senja Yang Memudar
29. Senja dan Cerita Yang Telah Usai
Info Kelanjutan Senja Dan Jingga
My Coldest Ocean
Harus Banget Baca!!!
Kelanjutan...
Paper Hearts
My Beautiful Storm

17. Belum Terlatih Patah Hati

9.5K 727 11
By Mayalsa

Senja melewati gerbang sekolah yang terlihat sangat ramai karena terhitung 10 menit lagi bel akan berbunyi, Senja merapalkan segala doa agar tidak ada pekerjaan rumah hari ini, karena semalaman ia hanya duduk di balkon hingga tertidur. Senja berjalan dengan tergesa-gesa agar segera sampai ke kelasnya, sungguh akibat bergalauria semalaman membuatnya telat, untung saja kakaknya sudah pergi terlebih dahulu, jadi ia tidak merepotkan kakaknya dan membuat kakak tersayangnya itu terlambat.

Senja menaiki koridor pertama dengan napas yang tersenggal, hingga sampailah ia di lorong lantai 2 membuatnya sedikit lega. Senja tidak terburu-buru lagi, karena jarak antara dirinya dengan kelasnya semakin menipis. Senja menggerutu dalam hati, seminggu yang lalu mungkin Senja melewati lorong ini bersama Jingga dan hatinya amat berbunga-bunga. Senja berjalan sambil melihat sepatu yang melekat di kakinya, dilihatnya sekitar tidak ada dua kaki dengan langkah besar dengan sepatu berlogo centang yang selalu dikenakan sang pemilik. Senja benar-benar sendiri. Ia menghela napas panjang lalu menetralkan suasana hatinya, Senja menatap lurus ke depan dan Senja tersentak ketika mendapati Jingga yang sedang berjalan ke arahnya.

Jarak mereka masih terbilang cukup jauh, namun mereka jalan dengan berlawanan arah. Senja mengalihkan perhatiannya pada apapun di sekitarnya, sedangkan Jingga berjalan dengan santainya dengan baju seragam yang tidak di masukkan ke dalam, celana ketat hingga dasi yang di lilitkannya di tangan. Coba saja Bu Gina memergoki Jingga seperti ini, habis Jingga dengan siraman rohani yang berlangsung dua kali lipat jam tayang. Namun, hanya Senja yang melihat ini dan Senja mengutuk hati kecilnya yang selalu bertolak belakang dengan pikirannya.

Semakin lama, jarak mereka semakin terkikis hingga Senja mampu melihat Jingga dari dekat, namun sayangnya Jingga tidak melihat ke arah Senja sama sekali. Sedikitpun. Bayangkan itu, hati Senja terasa cenat-cenut nyeri tidak karuan. Kemarin Jingga mengecup keningnya di depan pintu kelasnya, sekarang? Jingga bahkan acuh tak acuh pada Senja, ini membuat Senja gusar sendiri. Ia tau bahwa ia masih mencintai Jingga, sangat.

Dan tiba waktunya saat Jingga tepat di hadapannya dan melewatinya begitu saja. Astaga, ini Senja, bukan gadis-gadis biasa yang mengidolakannya secara diam-diam. Ini Senja, bukan molekul debu kecil yang tak terlihat. Ini Senja, bukan rumput liar di pinggir lapangan yang terabaikan. Sekali lagi, ini Senja. Senja yang kemarin di ciumnya, Senja yang ia ajak berteduh saat hujan lebat, Senja yang namanya selalu beriringan dengannya. Entah apa yang terjadi pada Jingga, benar-benar membuat Senja hancur berkeping hingga tak tersisa. Bagai debu yang terhempas angin lalu menjadikannya tiada.

Sunggu ini bagai mimpi yang amat buruk bagi Senja, bahkan jika ini benar-benar mimpi, Senja tidak akan pernah ingin memimpikannya. Sayangnya, ini adalah sebuah kenyataan. Kenyataan yang tidak bisa ditolak hakikatnya.

Ingin sekali ia melarikan diri dari sini agar tidak pernah bertemu dengan Jingga lagi. Sungguh. Terlalu sakit untuk di abaikan.

Sampailah Senja di kelasnya, lalu berjalan ke tempat duduknya dan menghempaskan bokongnya ke tempat duduk dengan kasar, sampai kening Shania berkerut kebingungan.

"Udah kerjain PR Pak Sahril?" Tanya Shania sambil menunjukkan tugas yang ia maksud.

Senja terbelalak, lalu menepuk keningnya sendiri. "Aku lupa."

Shania mendengus. "Yaudah cepet kerjain. Mumpung nggak banyak banget." Perintahnya demi kebaikan Senja, jika tidak, pasti Pak Sahril akan menghukum Senja.

Senja meraih buku Shania, dan tidak tanggung-tanggung merampas bolpoin Shania juga. Senja mengeluarkan buku tulis dan buku cetak miliknya, lalu ia segera menyalin tugas itu.

Baru saja Senja menulis beberapa kata, bel sudah berbunyi dengan lantang. Senja panik, hingga ia jadi salah-salah menulis. Ia mencari type-x ke seluruh penjuru kelas, tidak ada satupun yang ia temukan. Huh saat sedang terburu-buru seperti ini, semua menghilang begitu saja. Lenyap dari pandangan.

Tak lama kemudian, guru piket yang bertugas hari ini masuk ke dalam kelas Senja, memberitahukan bahwa Pak Sahril sedang ijin, karena ia mengantar istrinya yang sedang sakit. Senja mengusap dadanya, lalu menghela napas lega. Syukurlah.

***

Sejak awal Senja masuk dan mendaftar jadi siswi sekolah ini, semua berjalan baik-baik saja hingga saat ini 'baik-baik saja' tidak bisa ia lafalkan, dan ia merasa teman-temannya pun merasa tidak baik-baik saja. Tepat saat bel pulang berdering dan murid-murid SMA Tunas Garuda keluar dari gerbang, tibalah serangan mendadak dari sekumpulan siswa yang membawa senjata tajam dan beberapa kantung plastik yang berisikan batu, yang diyakini adalah SMA Bakti Dharma sang musuh bebuyutan SMA Tunas Garuda. Terutama Arnold, sang pemimpin pasukan tersebut yang punya dendam pribadi terhadap Jingga dan kawan-kawannya. Usut punya usut, Arnold tidak terima kekalahannya saat tawuran yang terjadi beberapa bulan lalu saat Jingga masih duduk di kelas 11. Setelah tawuran hebat tersebut yang berakibat sangat fatal, serangan dari SMA Bakti Dharma tersebut tidak pernah muncul lagi, hingga saat ini mereka muncul dengan sangat tidak terduga.

Semua murid SMA Tunas Garuda kembali memasuki sekolah, karena memang sekolah adalah satu-satunya tempat yang paling aman. Senja yang baru saja ingin keluar dari gerbang segera di tarik oleh Sere. Senja dan teman-temannya kembali ke kelas mereka, mereka lebih memilih cari aman ketibang terkena lemparan batu yang lumayan itu, jika terkena kepala mungkin bisa bocor.

Senja dan kawan-kawannya berada di lantai 2, tepatnya di depan kelas mereka sambil melihat keadaan di bawah sana. Jantung Senja seperti terhempas saat mengetahui Jingga dan teman-temannya beserta pasukannya memilih untuk maju tanpa membawa senjata apapun. Ingin sekali Senja turun dari lantai 2 sambil berlari mengejar Jingga dan memeluk Jingga dari belakang agar ia tidak ikut ke medan perang.

"Anjir Shan. Itu Kak Jingga, Kak Karel, Kak Juna, Kak Didi ngapain ikut-ikutan? Aduh bahaya banget." Seru Sofi histeris. Seantero sekolah pun jadi gaduh setelah mengetahui kelompok Jingga akhirnya turun tangan, setelah sekian lama tidak berkelahi dan sekarang mereka kembali seperti dulu.

"Itu si Fajar ngapain coba sok ikut-ikut? Najis, paling cuma bisa ngerepotin Kak Jingga sama temen-temennya." Protes Sere yang tidak terima kalau Fajar terselip di antara pasukan sekolahnya tersebut. Bukannya mengkhawatirkan Fajar, hanya saja Sere yakin Fajar tidak bisa apa-apa selain menggoda Senja dan membully Sofi beserta k-pop nya itu.

Senja dan Shania hanya bergeming di tempat, tanpa ada yang tau mereka merapalkan segala doa di dalam hati agar orang-orang yang mereka sayang tidak apa-apa. Mereka berpelukan dan mengumpat di dalam kelas. Mereka saling tau bahwa mereka mempunyai kekhawatiran yang sama.

Selang 30 menit kemudian, tiba-tiba saja seantero sekolah bergemuruh hebat. Semua yang ada di lantai 3 dan lantai 4 turun ke bawah, Senja bertanya-tanya dalam hati, ada apa sebenarnya? Shania pun terlihat sama khawatirnya, akhirnya mereka memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyian dan Shania menghentikan seorang siswa yang ikut berlarian tersebut, lalu bertanya, "ada apaan sih?" Tanya Shania dengan segelintir rasa cemas.

"Kak Jingga kena samurai." Ucap cowok tersebut dengan menggebu. Senja dan Shania terpaku sebentar, lalu saling bertatapan.

"Gaga... " gumam Shania, ia tidak memikirkan apapun dan langsung berlari bersama murid lainnya untuk melihat keadaan Jingga. Meskipun Shania sering membuat kesal Jingga, Shania tetap sayang pada kakaknya itu, karena bagaimana pun kakaknya adalah kekonyolan terbesar yang diberikan Tuhan untuknya.

Sedangkan Senja masih terdiam di tempatnya dengan air mata yang sudah tumpah menyeruak membasahi pipinya. Tanpa memikirkan hati dan otakknya yang sedang berperang hebat, Senja berlari menyusul Shania dengan isak tangisnya.

Sekarang Senja berada di depan ruang UKS yang sudah di kelilingi puluhan murid-murid TG hingga pintu ruang UKS pun tak terlihat bahkan terasa sulit di gapai oleh Senja. Baru kali ini Senja bersyukur punya tubuh mungil, ia memilih untuk mencari celah agar bisa sampai ke dalam sana.

Senja berhasil sampai di ambang pintu UKS, dilihatnya pemandangan tidak mengenakkan yang sangat menyayat hati. Jingga yang terluka di bagian lengan atas alias ototnya itu, sedang di obati oleh seorang gadis yang sama yang menciumnya di depan rumahnya itu. Hati Senja seperti mencelos, seragam Jingga di penuhi darah segar terutama di bagian lengannya. Gadis itu mengobati Jingga dengan sangat baik, dari mulai membersihkan darahnya, memberikannya obat merah dan membalutnya dengan kain kasa. Seharusnya, Senja yang berada di sana saat ini, Senja yang menggulung kain kasa itu, Senja yang mengobati Jingga saat Jingga sedang terluka seperti ini. Namun keadaan sungguh sedang tidak berpihak pada Senja. Dan sepertinya memang Jingga tidak membutuhkannya lagi dan sampai kapanpun. Jadi, Senja bisa pergi sekarang.

Setelah berusaha keluar dari kerumunan tersebut, Senja langsung mencari toilet untuk menumpahkan lebih banyak air matanya. Setidaknya ia sudah memastikan bahwa Jingga baik-baik saja. Mungkin Jingga memang baik-baik saja karena nyatanya, gadis itu bersamanya. Senja mengenal gadis itu, gadis yang sama yang ia lihat di taman, gadis yang selalu bersama Jingga, yang diyakini adalah Jane, mantan Jingga.

Jingga memang benar-benar sudah menemukan cintanya kembali, pikirnya.

. . . . .

Luka di lenganmu, tidak sebanding dengan luka di hatiku. Percayalah, aku juga merasakan sakitnya, bahkan lebih sakit darimu.

- Senja .R

***

ASLI SUSAH BANGET BIKIN ADEGAN TAWURAN DOANG BANGKE ELAH.

Mood update, tapi gimana ya aku baru kali ini buat adegan rusuh kaya gini hahaha aku udah coba tapi ya mungkin masih segini kemampuanku. Apalagi dipadu sama suasana haru birunya Senja yang galau, aduh menantang sebenernya makanya jadi cepet update wkwkwk

Jangan lupa vommentnyaaaaa unchhh sayang kelean kelean😚😚😚😚

Continue Reading

You'll Also Like

5.8K 97 3
"didunia ini, hal apa yang Romeo sukai?" Tanya Juliet dengan senyum manisnya. Romeo membalas senyum itu dan menjawab, " hal yang Romeo sukai saat ini...
12.5K 581 3
Pria itu mendekat di saat gadisnya telah memilih untuk melangkah menjauh meninggalkan semua tentang mereka. ft. jennie & sehun start : 13 juni 2020 e...
9.4K 434 10
Cinta itu menyakitkan. Itulah yang dipercayai seorang gadis most wanted yang bernama Syafa. Di sinilah dia, memulai kisah cinta di SMA kelas 11 ipa...
913K 19.5K 54
Diharap baca!!! Ini cuma sebatas quotes Film mariposa,Novel mariposa, Mariposa1,Dan Mariposa2 di Wattpad dari Luluk HF.