Senja Dan Jingga

Od Mayalsa

481K 27.2K 771

Sequel of "FRIENDSHIP IS NEVER ENOUGH" Apa hanya sekedar ilusi, sayang? Jika berharap kau akan segera pulang... Více

Harap Dibaca
Prolog
1. Hujan
2. Janji dan Sebuah Perasaan
3. Teman
4. Suatu Tempat
5. Kebetulan yang Menyakitkan
7. Sekolah dan Kamu 2
8. Senandung Terindah
9. Peredam Nyeri
10. Minggu Sendu
11. Jadi Pacar Saya, mau?
12. Kita Pacaran, 'kan?
13. Untuk Apa Kembali?
14. Hancur Berkeping
15. Terlalu Rumit
16. Sama-sama Patah Hati
17. Belum Terlatih Patah Hati
18. Serba Salah
19. Itu Hanya Kamu
20. Hujan Yang Sama
21. Dandelion
Cuap-Cuap Dikit
22. Post It
23. Kembali
24. Bumi
25. Sekali Ini Saja
26. Takdir
27. Kemenangan Semu [Repost]
28. Senja Yang Memudar
29. Senja dan Cerita Yang Telah Usai
Info Kelanjutan Senja Dan Jingga
My Coldest Ocean
Harus Banget Baca!!!
Kelanjutan...
Paper Hearts
My Beautiful Storm

6. Sekolah dan Kamu [ Repost ]

13.2K 918 8
Od Mayalsa

Mobil hitam milik Nata berhenti di depan SMA Tunas Garuda. Lalu dua gadis cantik keluar dari dalam mobil itu. Gaea langsung pergi menuju kelasnya sedangkan Senja masih terdiam di sana.

"Kamu kenapa, sayang? Ada yang sakit?" Tanya Nata khawatir seraya keluar dari mobil dan mendekati anaknya.

"Bukan Pa. Aku cuma takut nanti gak punya teman. Gak ada yang mau berteman denganku." Senja masih menunduk. Lalu Nata membungkuk mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh mungil putri kesayangannya itu.

"Kan kamu masih punya Ka Dita. Dan Papa percaya, cepat atau lambat kamu punya banyak tem--" Kata Nata terpotong saat ia melihat seorang pemuda yang sedang berdiri di sampingnya.

"Senja?" Jingga tersenyum sambil melambaikan tangannya.

"Ka Jingga!" Seru Senja dengan antusias. Sedangkan Nata terus menatap Jingga, Nata merasa seperti ada sosok seseorang di dalam tubuh lelaki tampan itu. Seseorang yang amat ia kenal. Lalu Jingga juga tersenyum pada Nata dan Nata membalasnya.

"Halo, om. Kenalin saya Jingga." Jingga mengulurkan tangannya pada Nata dan di sambut hangat dengan Nata. "Iya, Pa. Ini Ka Jingga. Yang waktu itu aku ceritain." Sambung Senja.

"Jingga, om boleh titip Senja ke kamu?"

"Dengan senang hati, om."

"Tolong jaga Senja saat saya tak bisa pantau Senja. Om percaya sama kamu."

"Siap, om."

Nata mengecup kening putrinya, lalu ia bergegas kembali ke mobil. Dan Jingga mengajak Senja masuk dengan menggandengnya. Seketika itu juga semua pasang mata melihat kearahnya, mereka menjadi pusat perhatian.

Perempuan di sekitar mereka yang melihat ini seakan iri dengan Senja. Padahal Senja adalah murid baru. Dan senyum di wajah Jingga tidak memudar sejak di gerbang tadi. Mereka tidak tau, bahwa ada hati yang terluka di balik kebahagiaan mereka.

***

Hari ini adalah hari pertama Masa Orientasi SMA Tunas Garuda, semua anggota OSIS bersiap untuk memberikan pengarahan pertama bagi calon siswa siswi Tunas Garuda. Terutama Karel, selaku ketua OSIS yang sedari tadi sibuk mengatur ini itu hingga Didi berniat untuk menjahili Karel. Namun niat Didi di cegah oleh Juna, karena Juna takut jika nanti Karel mengamuk. Seperti bayi gorila, katanya.

Semua calon siswa siswi SMA Tunas Garuda berkumpul di aula, dan sekelompok orang yang memakai almamater merah maroon itu mulai berdatangan. Karel di persilahkan pembina OSIS untuk menaiki mimbar dan membuka acara ini dengan resmi.

"Pagi, semuanya." Ucap Karel dengan senyum yang hangat mampu membuat ABG labil berteriak histeris.

"Pribahasa mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Gimana lo bisa sayang gue kalo lo gak tau nama gue?" Lagi-lagi Karel membuat aula bergemuruh akibat teriakan. "Nama gue, Karel Aldiansyah. Boleh di panggil Babe kalo ribet."

"Ka Kareeelllll.... "

"Ya ampun, Ka Karel... "

"Love you, Ka."

"So baby please be mine."

Seruan demi seruan terlontar hingga membuat Karel terkekeh. "Oke, langsung ke intinya. Acara orientasi ini, resmi gue buka. Untuk pengarahan selanjutnya, bisa di informasikan oleh sekretaris cantik gue, Zulfah."

Sedangkan di sisi lain, Zulfah menatap Karel dengan tajam. Iya, selama ini Karel memang suka mengganggu Zulfah. Mulai dari mengejeknya dengan hsl kecil, hingga menggagalkan masa pendekatan Zulfah dengan Wendi--teman sekelas Zulfah. Entah, itu sudah menjadi suatu kebiasaan untuk Karel. Tapi Karel suka. Suka melihat raut kesal Zulfah.

Zulfah berjalan ke mimbar dengan gusar sambil tetap menatap Karel dengan lurus. "Dasar daki monyet!" Sungut Zulfah ketika melewati Karel. Karel hanya terkekeh pelan.

Di lain halnya, Senja seperti melihat sosok Shania jauh di depannya. Senja berniat untuk menghampiri Shania. Karena Shania adalah satu-satunya peserta MOS yang ia kenal. Senja mencari celah untuk menerobos kerumunan yang cukup padat. Agak susah, namun Senja berhasil.

"Shania... " Senja mencolek bahu Shania. Shania menoleh.

"Eh, lo... gue lupa nama lo, PDKTan abang." Senja tertawa kecil mendengarnya.

"Senja, Shan."

"Ah iya, Senja. Lo sini aja sama gue. Lo pasti kelimpungan kan gak ada temen?" Shania menarik tangan Senja, menyuruh berdiri di sampingnya.

"Iya, kan aku baru kenal kamu."

"Lo harus pinter bersosialisasi, menyesuaikan diri sama lingkungan baru. Kalo sewaktu-waktu lo kuliah di luar negeri atau luar kota, terus lo di sana gak kenal siapa-siapa, ya otomatis lo harus bisa bersosialisasi."

"Aku gak tau gimana cara mulainya. Temanku aja masih bisa dihitung pakai jari."

"Kita hidup harus memperbanyak teman. Cari musuh itu gampang, tapi cari teman yang bener-bener teman itu susah." Shania memikirkan salah satu cara untuk mengajari Senja caranya bersosialisasi. "Nah, lo bisa ikut organisasi yang ada di sekolah kalo lo mau tau apa itu sosialisasi. Misalnya jadi anggota OSIS atau ikut semacam ekstrakulikuler gitu."

"Iya, Shan. Nanti aku coba kok."

***

Sebenarnya hari ini tidak di wajibkan masuk bagi kelas yang tidak berkepentingan. Karena pada kegiatan MOS, biasanya jam belajar di liburkan. Namun ada beberapa siswa yang memang sengaja datang dengan alasan bosan di rumah atau hanya ingin mendapatkan uang jajan. Termasuk Jingga. Sekarang yang ia lakukan hanya memperhatikan gerak gerik Senja yang sedang duduk bersama adiknya, Shania.

Jingga bingung, ia merasa bahwa Senja seperti mempunyai medan magnet besar yang dapat menyedot seluruh perhatiannya hingga terpusat dan tertuju memang hanya untuk Senja-nya.

Jingga memberanikan diri untuk menghampiri Senja yang antusias sekali mendengarkan ocehan adik laknatnya.

"Hai, Senja." Jingga melambaikan tangan sambil menampilkan cengiran bodohnya. Saat ini wajahnya tampak bodoh sekali, sumpah.

"Hai, Kak." Senja tersenyum padanga dan makin membuat Jingga menggila tidak karuan.

"Bang, sehat bang?" Tegur Shania yang bingung melihat tingkah kakaknya yang kelewat gila. Bayangkan Jingga joget-joget sambil senyum sendiri. Hih, Shania sampai bergidik.

"Demi apapun gue bakal sumpel mulut laknat lo pake bulu ketek ajaib gue." Jingga menatap tajam Shania dan di balas tawa Shania yang menggelegar.

"Tuh liat kelakuan si Jingga." Bisik Shania pada Senja, Senja hanya terkekeh pelan.

"Songong banget lu jadi adik durhaka. Dasar pentul korek! Di kira gue gak bisa denger." Jingga merajuk pada Shania, tetapi hatinya meluluh ketika melihat Senja tertawa kecil. "Pulang bareng saya, yuk?" Tawar Jingga pada Senja.

"Lah gue gimana, bang?" Shania memasang tampang melasnya yang tidak seberapa itu menurut Jingga.

"Ada Fero. Tinggal minta jemput. Sok susah banget idup lu kaya jones." Celetuk Jingga. Senja sampai pusing mendengar perdebatan mereka, tapi lucu. "Pokonya Senja pulang bareng abang Jingga yang tampan. Gak boleh nolak, yeay!" Lanjut Jingga sambil memperlihatkan seringaian bodohnya.

"Boleh, kalo Shania gak keberatan." Suara Senja itu menurut Jingga seperti es jeruk di siang bolong saat puasa. Sejuk, seger, dan kawan-kawannya.

"Yaudah lo sama si babi liar aja. Biar gue minta jemput Fero." Ucap Shania seraya berdiri mendekati Jingga.

"DASAR A--" Shania langsung menutup mulut Jingga. Seperti tau apa yang akan Jingga lakukan, Shania sudah memberi kuda-kuda.

***

Deru motor Jingga menggelegar sepanjang jalan. Tak jarang mereka jadi pusat perhatian, selagi sang pengemudinya yang tampan, gadis yang diboncenginya juga cantik. Pasangan yang pas, bukan?

"Senja, kamu mau tau sesuatu gak?" Tanya Jingga sambil melihat kaca spion motornya, dan tampaklah wajah Senja yang sedang mengernyitkan dahi.

"Mau tau apa?"

"Ternyata pedagang kaki lima itu, kakinya cuma dua." Mendengarnya, Senja tertawa. Jingga yang melihat Senja tertawa lewat kaca spionnya tersenyum.






***

Akan ada satu orang yang hadir dalam hidupmu sebagai obat dari rasa sakit dan tumbuh mengakar di hatimu, yang akan memelukmu setelah tau kekuranganmu; aku harap itu aku.

- Senja R.

***

Whoaaa udah lama gak update wkwk maaf kesibukan yang mulai padat selalu jadi penghalang gue buat nulis😤

Yang pertama, gue mau ucapin makasih buat yang udah vomment dan sekaligus minta maaf karena gue mungkin akan slow update. Bahkan gue sempet mikir buat H I A T U S sebentar. Tapi itu mungkin buat kedepan nanti.

Second of all, tolong jangan jadi silent reader:( kasih aja masukan dari kalian beserta cacian dan makian. Keluarin keluh kesah yang segreget mungkin. Gue lebih suka gitu, sumpah.

Ketiga, minal aidin walfaidzin yaaa maaf kalo telaaaaatttt banget astagaaa sebagai angpaonya nih gue kasih update'an wkwkwk

And the last, jangan lupa baca CHOCOLATE MARSHMALLOW!!!!!!!

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

841K 56.9K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
191K 7.3K 45
[COMPLETED] [TELAH DITERBITKAN] . . Kisah tentang 2 orang korban broken home yang menjalani hidup dengan cara berbeda, menyebabkan sebuah gejolak tol...
4.4M 261K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
243K 4.1K 120
#127 in Poetry (22 Des 2017) Berisi Quotes dan Kutipan kutipan dari; Dilan dan Milea (1,2,3) Karya Pidi Baiq. > Dilan (1990) > Suara dari Dilan (199...