I Met You On Our Wedding Day...

By baekyeon309

321K 22.3K 1.3K

Hanya sebuah cerita dimana dua insan yang saling tidak mengetahui keberadaan satu sama lain, harus menghadapi... More

1 [REVISED]
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Chapter Yang Terlupakan

28

5.9K 453 10
By baekyeon309

"Yah, Baekoong," panggilku berbisik begitu Baekhyun mengangkat telpon. Saat ini ia sedang pergi untuk melakukan pemotretan dan aku disini sendiri dengan Yoona, dan juga pengawal juga tentaraku.

"Yeah?"
"Kau pulang jam berapa?"
"Mungkin larut malam, kenapa? Kau sudah rindu padaku?"
"Bukan. Tapi aku takut! Meski dia sudah mengatakan hal-hal baik, aku merasa tidak nyaman!"
"Aku juga. Kau pikir aku senang meninggalkanmu? Kalau bukan tuntutan pekerjaan aku akan selalu ada disampingmu!"
"Pulanglah lebih cepat! Kumohon,"
"Baiklah, aku akan mencoba mengerjakan ini dengan cepat. Tunggu aku ya? Dan cek emailmu, aku baru saja mengirim sesuatu padamu,"
"Akan kucek. Bye, dan cepatlah!"

Aku mengakhiri telepon dan melirik Yoona yang sedang membanca majalah fashion disampingku. Aku bangun dari sofa dan mendengarnya memanggilku. Aku menoleh dan tersenyum canggung.

"Kau mau kemana?" Tanyanya.

Aku berpikir sejenak. Kemana sebaiknya aku bilang?

"Aku ingin kekantor temanku. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya," aku asal bicara.

"Bisakah aku ikut?" tanyanya.

"Apa? Kenapa?" tanyaku balik, terkejut dengan permintannya. "Maksudku....boleh?" Jawabku dengan tidak yakin.

Mendengar jawabanku, Yoona tersenyum lebar dan dengan hati-hati bangun dari sofa, berlari kecil menuju kamarnya diatas. Tapi aku kan tidak benar-benar ingin pergi. Sekarang aku harus benar-benar pergi. Kenapa aku berkata boleh?!

Setelah menunggu beberapa menit, aku melihat Yoona berjalan menuruni tangga. Ia memakai dress selutut berwarna kuning terang dan flatshoes berwarna navy dengan bunga kecil.

"Ayo kita berangkat! Kau bisa menyetir kan?" tanyanya saat aku berdiri diam di samping sofa.

"Apa? Oh, iya bisa. Tunggu sebentar," aku berjalan melewatinya menuju kamarku menginap untuk mengambil kunci mobil, mengirim pesan pada Jessica sambil berjalan.

Byun Taeyeon: Dimana kau?

Aku tersenyum pada Yoona sesampainya dilantai bawah. "A-ayo," ajakku, berjalan menuju mobil.

Aku terus menerus melihat layar ponselku dengan cemas, menunggu balasan dari Jessica.

Kenapa gadis itu tidak membalas pesanku?!

Sepanjang jalan Yoona terus berbicara mengenai keluarganya, masa SMA dan masa kecilnya. Aku hanya mendengarkannya setengah hati. Aku hanya mengangguk, tersenyum dan tertawa kecil kapanpun ia tertawa.

Tiba-tiba aku merasakan getaran ditengah kedua pahaku. Layar ponselku menyala dan aku melihat nama Jessica.

Jessica: Maaf. Aku di butik. Kenapa?

Aku langsung membalasnya.

Byun Taeyeon: I'm on my way there.

Setelah aku membalas pesannya, aku menginjak gas lebih dalam dan mempercepat kecepatan supaya sampai disana secepat mungkin.

Jessica's Boutique

"Kita sampai," aku memberi tahu sambil melepas sabuk pengaman dan merapikan sedikit rambutku. Yoona keluar dari mobil terlebih dahulu. Setelah selesai merapikan rambut, aku keluar dan melihat Yoona menatap butik Jessica.

"Blanc & Eclare? Kupikir kita akan kekantor temanmu?" tanya Yoona bingung. Aku berdiri dan mengangguk.

"Yeah, ayo masuk," ajakku dan berjalan mendahuluinya.

Didalam butik terdapat beberapa pengunjung. Aku melihat Jessica sedang berbicara denagn salah satu customer. Ia melihatku datang. Aku melambaikan tanganku padanya dan ia tersenyum. Ia mengangkat jari telunjuknya, memberi tahuku untuk menunggu sebentar lagi. Aku mengangguk dan memutuskan untuk melihat-lihat.

Sudah cukup lama aku tidak berkunjung ke butiknya. Aku selalu bertemu dengannya di studionya. Butiknya sekarang memiliki banyak pakaian trendy. Aku juga melihat sample desain kacamatanya yang dipajang dalam kotak kaca. Terdapat tulisan 'COMING SOON' tepat dibelakang kacamatanya.

"Jessica Jung temanmu?" tanya Yoona sambil melihat-lihat di rak pakaian.

"Yeah,"

"Bagaimana kalian bisa kenal? Melalui Baekhyun?"

"Tidak. Aku selalu satu sekolah dengan Jessica semenjak SMP," jawabku tenang.

"Wow, sudah lama sekali," ucap Yoona dengan kekaguman. Matanya melebar dan mulutnya terbuka sedikit.

"Begitulah. Tidakkah kau memiliki teman dekat?" tanyaku, mengambil dress ungu pucat berbahan semi-wedges.

"Tidak. Aku tidak memiliki teman dulu. Baekhyun satu-satunya orang yang berbicara denganku selain para guru. Kau tahu, kehidupan kutu buku," candanya.

Ia tertawa dengan ceria, namun aku justru merasa bersalah karena menanyakannya. Meski aku masih cemburu kapanpun ia menyebut Baekhyun terkait masa sekolahnya, tidak memiliki teman di sekolah sangat mengerikan. Mustahil kau bisa survive tanpa seorang temanpun disekolah!

Aku hanya menatapnya dan tersenyum kecil. Melihat senyumnya yang ceria membuatku berpikir, benarkah ia telah berubah?

"Taeyeon," tiba-tiba aku mendengar suara Jessica memanggilku. Aku berbalik dan tersenyum begitu melihatnya.

Jessica memelukku erat dan fangirling pada perutku.

"Hai! Aunty Jessica disini! Kita bertemu lagi! Ah, aku sangat menyukai perut besarmu taeng!" ucap Jessica tanpa henti. Aku hanya tertawa kecil.

"Jessica-ssi," Aku mendengar Yoona menyapa Jessica.

Jessica menoleh padanya dan dari raut wajahnya aku tahu dia terkejut.

"Yoona? Apa kabar?" tanya Jessica sambil memeluk Yoona.

"Seperti yang kau lihat," Yoona melepas pelukan dan memegang perutnya. Jessica berpura-pura terkejut karena ia sudah tahu tentang kehamilan Yoona.

"Astaga! Selamat! Omong-omong, darimana kau tahu butikku disini?" tanya Jessica.

"Ah, aku hanya mengikuti kak Taeyeon," jawab Yoona sambil tersenyum.

Jessica memicingkan matanya padaku dan aku memutar mataku padanya.

"Kalian berteman?" tanya Jessica padaku sambil tersenyum. Senyum yang dipaksakan.

Aku hanya diam.

"Ah, aku mencoba untuk berteman dengannya. Hubungan kami tidak terlalu bagus sebelum ini," Yoona menjawab.

Tidak begitu bagus? Menurut kamusku hubungan kita sangatlah buruk.

"Begitu. Kalau begitu ayo ke ruanganku," ajak Jessica. Ia berjalan melewatiku dan memandangku dengan aneh. Aku mengabaikan pandangannya dan tersenyum pada Yoona, mengiktui Jessica menuju ruangannya.

Kami duduk di sofa putih yang nyaman dan Jessica menyuruh satu staff disana untuk membuatkan minuman. Ia duduk di sofa single dan menyilangkan kakinya dengan elegan.

"Jadi, ada apa kemari?" tanya Jessica padaku.

"Tidak apa. Aku sangat merindukanmu," jawabku. Jessica menatapku tidak percaya dan memutar matanya, membuatku melotot padanya.

"Hey, bagaimana kalian berdua bertemu?" ia bertanya pada Yoona.

Oh, aku sangat ingin menendang Jessica. Apa yang dia lakukan?

Yoona melihat padaku dengan ekspresi bingung. Sebagai respon, aku mengangkat kedua bahu dan tersenyum padanya.

"Um..." Yoona memulai sambil mengalihkan pandangan dariku ke Jessica. "Kami bertemu di makan malam keluarga?" jawabnya dengan tidak yakin.

Aku melirik ke Jessica yang tersenyum lebar.

"Makan malam keluarga siapa?" lanjut Jessica.

"Kau tahu Byun Baekhyun? Fotografer handal?"

"Tentu saja! Dia suami Taeyeon," Jessica menunjuk padaku. "Bagaimana kau bisa kenal Baekhyun?"

Yoona melihatku dan terlihat bahwa dia tidak yakin apa yang harus dikatakan. Jujur atau bohong.

Aku merasa kasihan pada Yoona karena interogasi Jessica dan memutuskan untuk menolongnya sedikit.

"Mereka teman saat SMA," jawabku dan Jessica mengangguk. Lagi-lagi ia memicingkan matanya padaku.

Jessica menatapku dan menggerakkan kepalanya sedikit kearah samping. Aku bingung dengan gerakannya tapi aku langsung mengerti apa yang dimaksud olehnya.

Aku berdiri. "Yoona, tunggulah sebentar disini. Ada yang harus kubicarakan dengan Sica," ucapku dan Jessica tersenyum.

Kami berjalan keluar ruangan dan masuk kedalam kamar mandi yang berada dipojok lantai 2.

"What the hell is going on? Kupikir kau membencinya?" Jessica berbisik namun berteriak padaku.

"Aku tak tahu! Aku sendiri juga bingung! Tiba-tiba dia berubah baik dan mencoba berteman denganku!" Aku membalas bisikannya.

Dari mata Jessica, aku tahu dia tidak mempercayainya. Dia tahu bahwa sesuatu terjadi dan ia ingin tahu setiap detailnya. Karena itu aku memberi tahu percakapan kemarin.

Setelah aku selesai dengan ceritaku, wajah Jessica sangat datar dan hampir tidak memiliki ekspresi sedikitpun.

"Halo? Kau disana?" aku melambaikan tanganku di depan wajahnya dan ia memukul tanganku.

"Tidakkah kau pikir dia bersandiwara?" tanya Jessica dengan alis mengkerut.

"Entahlah. Untuk sekarang aku hanya akan mengikuti permainannya. Kita lihat akan bagaimana nantinya," jawabku.

Kami kembali ke ruangan Jessica dan menemukan Yoona sedang membaca majalah. Saat ia menyadari kehadiran kami, Yoona tersenyum lebar dan ceria.

Im Yoona, yakinkan aku kalau kau tidak bersandiwara.

Aku dan Yoona menghabiskan waktu di ruangan Jessica. Atau haruskah kubilang bahwa Yoona menghabiskan waktu di ruangan Jessica karena ia sangat senang dapat banyak mengobrol dengan Sica. Mereka membicarakan tentang fashion, trends, fashion show, dan semua hal terkait dengan fashion yang sejujurnya tidak terlalu aku pahami. Aku tentu saja kesal dan cemburu melihat sahabatku sendiri mengabaikanku. Tapi hal itu sudah biasa diantara sahabat untuk merasa seperti itu kan?

Aku hanya duduk di kursi kerja Jessica dan memainkan handphone, bertukar pesan dengan Baekhyun juga kakakku.

Byun Baekhyun: oh ya
Byun Baekhyun: Kau sudah cek email mu?
Byun Taeyeon: aku lupa! Akan kucek sekarang~
Byun Baekhyun: Cepatlah~

Aku membuka emailku dari handphone dan memeriksa kotak masuk. Aku menekan nama Baekhyun.

Byun Baekhyun
To: Me
Subject: Our Evidence

Ini rekaman yang Yoona gunakan sebagai bukti. Aku hanya dapat 30 detik tapi seharusnya itu cukup. Akan kucari orang yang bisa membantu kita. Let's fighting together, Taengoo <3

Aku merasa mataku ingin loncat dari tempatnya. Baekhyun mendapatkannya.

Aku mengeluarkan earphone ku dari dalam tas dan menyambungkannya ke handphone. Aku mendownload attachmentnya dan langsung mendengarkannya begitu selesai.

Ini adalah rekaman yang sama digunakan oleh Yoona! Sekarang aku hanya tinggal mencari seseorang untuk membantu.

"TAEYEON!"

Aku terkejut dan sedikit terlompat dari kursi mendengar namaku dipanggil dengan keras. Aku melepas earphone dan menatap pada gadis yang ada di depan meja Jessica.

"Maafkan aku memanggilmu dengan nama. Sungguh tidak sopan. Tapi aku sudah memanggilmu dari tadi. Aku lapar," ujar Yoona.

"Lalu?"

"Ayo kita makan!" ajaknya.

Aku melirik Jessica yang menutup mulutnya rapat-rapat untuk menahan tawa.

"Anakmu lapar. Berilah ia makan," goda Jessica padaku. Aku melotot padanya dan menatap Yoona. Dia tersenyum ceria. Lebih ceria dari matahari yang ada di kartun Teletubbies.

"Baiklah. Kau ikut?" Tanyaku pada Jessica.

"Tidak," Ia menggelengkan kepala. "Aku ingin tapi masih ada yang harus kukerjakan disini," ujarnya.

Aku mengangguk dan beranjak dari kursinya. Aku memeluknya erat.

"Baiklah. Good luck dengan butik dan rancanganmu. Jangan lupa beristirahat," aku mengingatkannya dan ia mengangguk.

Yoona memeluk Jessica pula sebelum akhirnya kami mengucapkan perpisahan dan pergi mencari makan.

--

Pada akhirnya, kami mengunjungi restoran sederhana yang ada di dekat rumah Yoona. Kami memesan makanan dan pelayan mengatakan untuk menunggu dan menikmati cemilan gratis yang disediakan. Aku mengeluarkan handphone ku dan melihat ada pesan dari Baekhyun.

Byun Baekhyun: Taengoo, kau sudah cek belum?
Byun Taeyeon: sudah. Kau sudah menemukan seseorang?
Byun Baekhyun: belum
L
Byun Baekhyun: Aku menelepon semua temanku namun mereka semua tidak dapat diandalkan
Byun Taeyeon: Bukankah kau juga sama saja? :P
Byun Taeyeon: Alright then. Aku sedang makan siang dengan kekasih hatimu. See you later Baekoong~
Byun Baekhyun: She's not my lover! >:(

Aku tertawa kecil membaca balasannya. Aku mengangkat kepalaku dan melihat Yoona tersenyum lebar di hadapanku.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu?" tanyaku bingung.

Ia melirik padaku dan menunjuk ke satu arah di belakangku. Aku memutar badanku dan melihat apa yang dilihatnya. Aku tersenyum.

Tidak jauh dibelakangku, terdapat satu keluarga kecil. Orang tua dengan anak yang mungkin sekitar 1 tahun, tertawa bahagia bersama-sama. Sang ayah terlihat seperti mengatakan sesuatu yang lucu yang membuat sang anak terkekeh dengan lucu.

"Aku tidak sabar ingin menjadi seorang ibu," tiba-tiba Yoona bersuara. Aku menatapnya, melihatnya masih menatap keluarga itu.

"Kau sudah seorang ibu. Kau mengandung anak sekarang," balasku. Yoona menatapku dan menggelengkan kepalanya.

"Bukan. Maksudku aku tidak sabar untuk bayi perempuanku lahir. Aku ingin menggendongnya di tanganku," koreksi Yoona, membuatku tersenyum.

"Anakmu perempuan? Apakah Baekhyun sudah tahu?" tanyaku.

"Entahlah," Yoona mengangkat bahunya. "Aku memberitahunya di hari yang sama saat dokter memberi tahuku. Tapi aku tidak yakin dia mendengarkan. Tidak ada reaksi yang dia tunjukkan. Kurasa Baekhyun sedang memikirkanmu saat itu," jelas Yoona.

Lagi-lagi aku merasa bersalah. Tapi mengapa aku harus merasa bersalah?

"Apa jenis kelamin anakmu?" Yoona bertanya padaku.

"Laki-laki," jawabku.

Makanan kami datang dank am berterima kasih padanya. Saat makan, tidak ada seorangpun dari kami berdua yang mengeluarkan suara sampai akhirnya Yoona memanggilku.

"Kak,"

Aku mendongakkan kepala dan melihatnya meletakkan sendoknya, menatapku. "Aku ingin meminta hal terakhir darimu," ucapnya.

Mendengar nada yang digunakannya, aku berhenti makan dan meletakkan sendokku.

"Kau tidak akan menyuruhku untuk menceraikan Baekhyun lagi bukan?" tanyaku dengan curiga.

Mata Yoona melebar dan ia menggelengkan kepalanya. "Tidak! Demi Tuhan! Aku sudah bilang aku merestui kalian berdua!"

Entah mengapa, ada bagian dari diriku yang ingin percaya bahwa Yoona benar-benar sudah merestui diriku dan Baekhyun. Tapi di sisi lain aku ingin menolak mempercayainya, tidak peduli betapa baiknya ia saat ini.

Aku hanya terus menatapnya sampai ia melanjutkan kata-katanya. "Kak, bayiku akan lahir dalam waktu 2 bulan,"

"Lalu?"

"Bisakah Baekhyun tetap tinggal sampai bayiku lahir? Maksudku, kupikir setelah aku memberikan restuku pada kalian mungkin kau dan Baekhyun akan berencana untuk pulang. Tapi aku hanya ingin mengingatkan bahwa kau yang bilang agar Baekhyun tinggal dirumahku sampai bayi ini lahir," Jelas Yoona.

Ya, dia benar. Aku hampir lupa bahwa aku mengatakan itu.

Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Aku tidak bisa menarik kata-kataku saat itu. Akan saat tidak adil bagi Yoona. Meski aku dan Baekhyun belum membahas hal ini, tapi aku yakin dia sangat ingin pulang kerumah. Dan aku tahu jika aku memutuskannya sendirian, Baekhyun akan marah padaku.

"Jujur saja, aku dan Baekhyun belum membicarakan kapan kami akan pulang. Tapi seperti yang kau bilang, aku sudah menumpahkan air dan aku tidak bisa lagi meminumnya. Ya, Baekhyun bisa tinggal. Tapi aku juga akan tetap tinggal dan berada disampingnya," jawabku dengan tegas, mengesampingkan pendapat Baekhyun untuk saat ini.

Yooan tersenyum senang. "Terima kasih kak," Ia pindah kesampingku dan memelukku. "Aku tidak tahu mengapa kau bisa menyakiti orang sebaik dirimu," lanjutnya. Aku membalas pelukannya.

"Kak," Ia melepaskan pelukan dan menatap mataku. "Aku tahu kau membenciku dank au tidak percaya padaku. Tapi kumohon, berikan aku kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki hubungan kita. Aku buta oleh cinta dan itu sangat bodoh bukan? Kak, bisakah kau mencoba untuk percaya padaku?" tanya Yoona dengan ketulusan di matanya.

Aku tidak tahu kenapa tapi Yoona mengeluarkan aura yang membuatku ingin percaya. Aku merasa bahwa ia berbicara dari lubuk hatinya.

"Akan kucoba," jawabku singkat.

Ia tersenyum kecil dan kembali memelukku sedikit lebih erat. Aku menepuk lembut punggungnya dan mengusapnya.

Akan kucoba Im Yoona, tapi tolong jangan buat aku semakin membencimu.

Continue Reading

You'll Also Like

1.1K 76 11
Beberapa cerita pendek tentang mbak Jeongyeon yang kadang muncul diotak saya Note : update tidak menentu
252K 37K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
KILL ➡ (COMPLETE) ✔ By .

Mystery / Thriller

10K 1.1K 19
Cerita seorang detektif, penulis dan juga seorang polisi yang sedang menguak kasus pembunuhan berantai. Detektif = Yoona Penulis = Tiffany Polisi = T...
2.7K 612 86
Keira bertemu dengannya Agustus lalu, saat hari pertama ospek fakultas dilaksanakan. Semula yang terasa hanyalah percikan, bisa terabai. Tapi bagaima...