Sasaeng Fans [EXO]

By ismi_h

507K 30.6K 1.6K

Ada dua sisi berbeda dari sang oppa. Sisi yang ada di depan layar kaca. Dan, Sisi yang ada di belakang layar... More

Teaser/Prolog
Serpihan 1
Serpihan 2
Serpihan 3
Serpihan 4
Serpihan 5
Serpihan 6
Serpihan 7
Serpihan 8
Serpihan 9
Serpihan 10
Serpihan 11
Serpihan 12
Serpihan 13
Serpihan 14
Serpihan 15
Serpihan 16
Serpihan 17
Serpihan 18
Serpihan 19
Serpihan 20
Serpihan 21
Serpihan 22
Serpihan 23
Serpihan 24
Serpihan 25 (a)
Serpihan 25 (b)
Serpihan 26 (a)
Serpihan 26 (b)
Serpihan 26 (c)
Serpihan 26 (d)
Serpihan 27 (a)
Serpihan 27 (b)
Serpihan 27 (c)
Serpihan 27 (d)
Epilog
Tao Story
Kris Story
Suho Story
Lay Story
Xiumin Story
D.O Story
Baekhyun Story
Chen Story
Chanyeol Story
Luhan Story
Kai Story (bagian 1)
Kai Story (bagian 2)
Sehun Story (bagian 2)
Sehun Story (bagian 3)
Via Story
Sasaeng Fans [2]
pengumuman !
Gadis dalam Almari

Sehun Story (bagian 1)

6.7K 418 23
By ismi_h

Sehun Story – Miranda Savia, Bukan Miranda Kerr

There’s always a [Truth] behind [just kidding]. A little [emotion] behind [I don’t care]. A little [pain] behind [it’s okay]. A little [I need you] behind [leave me alone]. And a lot of [words] behind [the silence].

***

-Sehun pov-

"Anneyong haseyo." Ia menunduk 90 derajat di hadapan diriku dan member yang lain. Tak lupa dirinya melempar sebuah senyuman lebar. Senyuman yang sama seperti waktu itu. "My name is Miranda Savia. Oppa-deul bisa memangilku Via."

Tubuhku semakin kaku saat mata itu tanpa ragu memandang ke arahku. Oh, God. Jantungku berdetak melebihi aturan sekarang. "Mulai hari ini, saya akan menemani oppa semua selama di Indonesia. Saya adalah translator EXO oppa."

Seseorang, pukul kepalaku sekarang. Aku ingin tahu apakah aku akan merasa sakit atau tidak setelah ada yang memukulku. Aku ingin memastikan bahwa ini semua bukanlah mimpi.

Pandanganku mengedar, untuk melihat bagaimana reaksi para member melihat kemunculan sosok gadis itu di depan. Si sasaeng fan itu. Aku langsung menghela nafas pelan saat mereka semua bertingkah seakan tak pernah bertemu sebelumnya. Begitu juga gadis itu.

Aku menunduk dalam. Satu tanganku terkepal. ‘Baiklah… Jika ini maumu. Aku akan menjalani permainan bodoh ini.’ Gumamku geram dalam hati.

“Sekarang, saya akan mengantar oppa-deul ke kamar masing-masing.” Ia pun mulai melangkah pelan. Kami mengikutinya dari belakang.

“Hotel ini merupakan salah satu hotel terbaik yang ada di negara kami.” Ia mulai megoceh. Persis seperti seorang tour guide. “Dan kami juga telah menyiapkan kamar terbaik kami untuk oppa-deul tinggali selama 2 hari di sini.”

Aku tersenyum sinis. ‘Lihat saja. Aku akan membuat itu melebihi 2 hari.’ Aku memandang punggungnya geram.

***

-Author POV-

Gadis bernama Miranda Savia itu mengantar anggota EXO satu persatu ke kamar mereka, setelah mengajaknya berkeliling dan menjelaskan hal-hal penting. Dan kini, sampailah ia tuk mengantarkan member terakhir yang tersisa.

Oh Sehun. Dia si terakhir itu.

Karena jumlah EXO yang kini ganjil. Juga karena kedudukan Oh Sehun yang berbeda dibanding anggota lainnya. Ia memiliki kamarnya sendiri.

“Semoga hari Anda menyenangkan.” Via menunduk hormat setelah sebelumnya membukakan pintu kamar Sehun. Kemudian, ia berbalik. Dan hendak beranjak pergi dari sana. Tugasnya sudah selesai untuk malam ini.

Tapi…

Tangan kekar Sehun dengan sigap mencekal gadis itu. Dan menggeretnya masuk ke kamar hotel miliknya. Mendorongnya hingga tersudut ke dinding. Kemudian mengurungnya dengan kedua tangan kekarnya.

Gadis itu terlihat kaget. Kemudian dengan takut bertemu pandang dengan mata tajam milik Oh Sehun. Sedangkan lelaki itu, ia memandang gadis dalam kurungannya dengan tatapan… marah?

Ya. Dia marah. Sangat marah.

“Hentikan !” Nada memerintah yang begitu kental, lolos dari bibir kecilnya. “Hentikan sandiwaramu itu.”

Berbeda jauh dengan nada memerintahnya sejenak tadi. Kalimat terakhirnya terdengar lebih ke menyedihkan.

Hening seketika… Meski begitu, gadis itu tak memutus kontak mata keduanya.

“Ma-maksud Oppa apa?” Gadis itu pun buka suara. Sayangnya, ia masih memakai nada sopan bagai tak pernah mengenal. Menyebalkan !

“Apa Anda butuh sesuatu lain?” Tanyanya kembali. Dengan nada yang semakin sopan saja. “Katakan saja. Ji-jika saya bisa membantu saya akan—“

Sehun memukul dinding yang ada di dekat Via. Begitu keras, hingga membuat gadis itu bungkam. Dan menunduk takut.

Lelaki itu menghela nafas kasar. “Hentikanlah. Jeballl.” Ia merajuk dengan menyedihkan. “Jangan dilanjutkan lagi…” Sehun ikut menunduk. Mencoba menetralkan suaranya yang bergetar.

Beberapa helai rambut coklatnya yang memanjang, menyapu dahi gadis itu pelan. “Aku pikir aku bisa gila jika kau lanjutkan sandiwaramu untuk tak mengenalku.” Ucapnya lirih.

Dapat Sehun rasakan tubuh gadis itu berguncang pelan dalam kurungannya. Kedua tangannya terkepal erat di samping tubuhnya. Lalu mulai terdengar isak pelan.

“Aku takut.”

Suaranya bergetar. Dan terselip rasa ketakutan di sana.

“Karena aku begitu takut.” Rapalnya kembali. “Malam itu—“

Sehun mendongak. Ia menatap gadis itu nyalang saat ia mulai membahas tentang ‘malam itu’.

“—aku takut kejadian malam itu bisa merusak karir oppa.” Via terisak. “Malam itu… salah seorang sasaeng Oppa tahu tentang malam itu. Maka dari itu aku takut.” Dan tangisnya pun pecah.

Sehun menatapnya kosong. Tangannya perlahan tergerak menyentuh pipi yang basah itu. Lalu membawa wajahnya tuk mendongak. Dan membuat kedua pasang mata itu bertemu kembali.

“Kau juga sasaeng-ku kan?” Suaranya terdengar setengah berbisik. “Dan juga—“

“—malam itu…tidak ada yang terjadi.” Lanjutnya. “Kita tak melakukan apapun. Kita hanya tidur, Via.”

***

6 Bulan Lalu

Sehun memegangi dadanya yang berdegup kencang melebihi aturan. “Mungkinkah—“ Ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. “—aku menyukaimu?”

Mata Sehun terpejam setelah ia mengumpulkan segala keberaniannya untuk mengatakan hal tersebut. Telinganya siap menerima kata apapun yang Via lontarkan padanya. Namun, hanya keheningan yang ia dapati.

Satu alis milik Sehun terangkat. Apa ia sudah terlelap? Pikirnya kalut. Ia pun langsung membuka selimut yang tadi menutupi wajahnya untuk melihat keadaan luar. Memastikan apakah benar gadis itu sudah terlelap atau belum.

Sehun diam mematung saat tatapan matanya bertemu langsung dengan mata milik gadis itu. Mereka berdua sama-sama terdiam dan larut dalam kekosongan. Sehun bingung apa yang harus dilakukannya saat gadis di depannya nyatanya masih terjaga dan mendengar semua yang ia katakan.

Ia bangkit dari tidurnya. Mensejajarkan tingginya dengan gadis itu. Dan perlahan tapi pasti…Sehun memajukan wajahnya. Via masih terdiam mematung. Meski ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tak ada gerakan berarti yang ia lakukan.

Nafas hangatnya berhembus di wajah milik Via. Sehun mengecup bibirnya lembut. Mengecap rasa yang tertinggal di sana. Perlahan, Via memejamkan matanya. Ikut larut dalam permainan tersebut.

Via membuka matanya kembali saat tautan itu akhirnya lepas. Mereka berdua memandang satu sama lain dalam diam. Sebuah senyuman lansung terukir di bibir tipis milik Sehun. “Itu ciuman kedua ku.” Katanya serak. “Kau tahu kan siapa yang pertama?”

Gadis itu terdiam. Ia tahu jawabannya. Tapi… ada hal lain yang seakan mengganggu pikirannya. Bibir Sehun. Bibir lelaki itu serasa mengandung alkohol. Mungkinkah… lelaki ini minum? Tapi… kapan?

Sedangkan Sehun, lelaki itu masih saja terpaku dengan bibir tipis milik Via. Kepalanya seidikit pusing. Ia tak tahu jika beberapa gelas soju yang ia minum saat menunggu Via selesai mandi tadi membuatnya… sedikit mabuk.

Dan entah karena keinginan hatinya atau mabuk yang mengendalikannya, Sehun kembali bergerak maju. Kembali melumat bibir kemerahan itu. Kali ini, gerakannya sedikit kasar dan tidak sabaran. Seakan mengambil alih.

Via pun hanya mengikuti permainan itu dalam diam. Matanya terpejam. Kedua tangannya saling menggenggam erat di atas pangkuannya. Ciuman Sehun, dan juga beberapa rasa alkohol yang tertinggal di bibir lelaki itu, membuatnya hanyut.

Sehun pun sama. Dirinya tenggelam dalam ciumannya sendiri. Tangan kanannya perlahan terangkat. Meraih pipi Via dan menahannya. Masih tanpa melepas tautan bibir keduanya, tangan kiri Sehun pun ikut menangkup wajah itu.

Bibir itu terus melumat, mengecap, bahkan menghisap. Ciuman itu semakin intens. Bagai tak ada waktu lain lagi untuk mengecap bibir manis itu. Tangan kanannya, perlahan bergerak turun. Menuju pundak gadis itu.

Jemarinya tergerak melepas jaket yang dikenakannya. Dan menjatuhkannya begitu saja.

Kemudian, tangan itu mendorong tubuh Via pelan.

Dan entah bagaimana, tanpa keduanya sadari. Via sudah berbaring di ranjang itu. Dengan Sehun di atasnya. Dan kedua kaki gadis itu yang menggantung di udara.

Bibir Sehun terus saja bertahan di sana. Kedua tangannya kembali menangkup wajah Via.

Tapi…

Tiba-tiba tautan keduanya lepas. Saat Sehun merasakan cairan hangat mengenai telapaknya. Dan gadis yang ada di bawahnya mulai terisak pelan.

Sehun terduduk di ranjangnya. Menatap gadis itu dengan perasaan bersalah. Hampir saja… Hampir saja lelaki itu lepas kendali.

“Mi-mi-mianhae…” Ucapnya tercekat. Kemudian beranjak pergi dari sana. Meninggalkan Via yang masih terisak.

***

Kurungan kedua tangan Sehun, perlahan terlepas. Tangan itu tak lagi bersangga pada dinding. Meski begitu, ia tetap mempertahankan jarak keduanya.

“Kita hanya ciuman. Tidak lebih.”

Via mengalihkan pandangannya. Kembali memutus kontak mata keduanya. Memilih untuk memandang kosong pada lantai.

Sasaeng itu punya foto kita berdua.” Ia berucap lirih. “Meski kita tak melakukannya, dia akan membuatnya seakan kita melakukannya. Dia bisa membuat gossip seperti itu tersebar luas ke internet jika aku tak menjauhi Oppa.”

Ia kembali menoleh. Menatap Sehun dengan pandangan yang mengabur. Matanya berkaca-kaca. “Lalu aku akan menghancurkan karir Oppa.”

Sehun meraih pundak gadis itu. Kemudian menatapnya nyalang. “Aku tidak peduli. Selama skandal itu tentang diriku dan kau, aku tidak peduli.”

Nada suara itu… terdengar begitu egois.

***

6 Bulan Lalu

Sehun keluar dari kamar mandi, sembari mengusap-usap rambutnya yang basah. Dirinya habis mandi. Untuk menyegarkan pikiran atas yang dilakukannya tadi. Langkahnya terasa berat, saat ia memasuki kamarnya.

Gadis itu masih bertahan di temat semula. Terduduk dengan kepala menunduk. Tangannya menggenggam bajunya erat. Meski tangisannya sudah berhenti, tapi tatapan itu kini kosong.

Sehun berjalan perlahan melewatinya. Dengan langkah tertunduk tentu saja. Menuju almari yang ada di sebelah ranjang tersebut. Ia mengambil sehelai baju untuk ia pakai.

“Mianhae-yo, Oppa.” Suara lirihnya menyapa telinga Sehun. Baju yang baru saja diraihnya terjatuh ke tanah. Ia membalikkan badan dan menatap gadis itu. “Jinjja mianhae-yo…” ulangnya.

“Aniya…” Lelaki itu dengan cepat menyanggah. “Ini bukan salahmu. Aku yang salah.”

Kemudian hening. Gadis itu kembali terdiam. Dan Sehun masih dilanda kebingungan tentang apa yang harus diperbuatnya. Tak selang berapa lama, Sehun kembali melangkah mendekatinya. Mengambil duduk di depan gadis itu.

“Aku minta maaf. Tak seharusnya aku melakukan itu. Terlebih lagi di saat seperti ini.”

Tangannya perlahan terangkat. Dengan lembut diraihnya pipi gadis itu. Mengusap pelan bekas air mata yang mulai mengering.

“Tapi… soal pernyataanku tadi…Itu benar. Aku… benar-benar menyukaimu.”

Sehun memandanginya dengan teduh. Matanya seakan mengunci mata cokelat itu. Untuk terus menatap matanya dan bukan ke arah lain.

“Jadilah pacarku.”

Pupil mata gadis itu melebar. Kemudian, ia berkedip berkali-kali. Rautnya berubah gugup, kemudian terkejut. Dan kembali gugup kembali.

Hah, siapa yang tak akan menjadi bodoh saat ‘Oppa’ menyatakan itu padamu?

“Oppa, aku—“

“—itu perintah. Bukan permintaan.”

Saat gadis itu mencoba memberi jawaban. Sehun dengan cepat memotongnya. Dengan gaya angkuhnya tentu saja. Tapi anehnya, gadis itu tersenyum bahagia sekarang.

Kemudian, ia tersipu malu. Pipinya memerah seketika. Saat ia menyadari, Sehun masih belum mengenakan bajunya. Juga rambutnya masih setengah basah.

Dia terlihat sexy.

***

Sehun meraih pundak gadis itu. Kemudian menatapnya nyalang. “Aku tidak peduli. Selama skandal itu tentang diriku dan kau, aku tidak peduli.”

Nada suara itu… terdengar begitu egois.

Jemarinya perlahan naik. Meraih wajah itu. Menangkupnya, kemudian mengusapnya pelan. “Karena—“ Nada suaranya melembut seketika. “—Oppa bisa melindungimu.”

Sejenak…Via terhipnotis. Tatapan lembut namun tajam bak mendominasi itu, tanpa sadar ia merindukannya. Dan karenanya, jantung Via mulai berdegub kencang. Tatapannya terkunci oleh mata itu. Tak ada alasan baginya lagi untuk menghindar.

Kecuali…

“Sehun-ah… Ayo kit—“

Seseorang tiba-tiba masuk. Dan langsung terdiam melihat posisi Sehun dan Via yang –sedikit- kurang lazim. Gadis itu menunduk dalam karena malu. Sedangkan, pegangan Sehun di wajahnya, perlahan mengendur. Hingga akhirnya terlepas.

“A-a-ah… Mianhae… Aku langsung masuk karena pintunya terbuka sedikit. Aku… Aku tak—“

Lelaki yang bisa dibilang pengganggu bagi Sehun dan Via itu berucap dengan tergeragap. Kasihan, ia tengah berada di posisi sulit. Karena kelalaiannya yang tak mengetuk pintu terlebih dahulu.

Suasanya sempat menjadi hening. Juga canggung. Hingga Via, memilih untuk undur diri.

Ia mengangguk hormat. “Sepertinya saya harus pergi. Jika ada hal yang dipertanyakan, anda bisa memanggil saya.” Ucapnya dengan nada yang begitu sopan. Kembali berpura-puratak mengenal Oh Sehun.

Kemudian, berjalan cepat keluar dari kamar hotel tersebut.

***

-Via POV-

Langkahku semakin melambat saat jarak diriku dengan kamar milik Sehun mulai merenggang. Dan bisa dikatakan cukup jauh. Ku pegangi terus menerus dadaku yang tak ingin kembali berdegub normal.

Jantung sialan. Kenapa kau merusak segalanya? Ingat ! Kau di sini bukan untuk kembali. Ingat itu, bodoh.

“Via?”

Tubuhku refleks berbalik saat indera pedengaranku menangkap suara seseorang tengah memanggil namaku. Dan sebuah senyum langsung terukir melihat siapa orang itu.

Sisterrrrr…” ucapku dengan nada manja. Sembari berlari ke arahnya dengan tangan terentang lebar. Hendak memeluk gadis yang berdiri tak jauh dariku.

“Eitss… Andwae…” Gadis itu langsung menghindar dari pelukanku. Kemudian mengangkat satu tangannya dan mengatakan ”Stop.”

“Hati-hati… Kau bisa menakuti calon keponakanmu.” Lanjutnya sembari mengelus perutnya pelan.

Aku terkikik pelan. Tubuh kakakku yang tetap langsing, membuatku sempat melupakan fakta bahwa ia tengah hamil. Perlahan, aku merendahkan tubuhku. Jemariku mulai mengelus perutnya pelan.

“Hai, ponakan Via yang unyu...” aku mulai berucap dengan nada manja pada perut yang terlihat membesar itu. “Cepet keluar dan temui kakak Via ya? Kita adu kecantikan nanti…”

Namja.

“Uh?” Aku mendongak mendengar Yoora berucap cepat.

“Berdasarkan hasil USG yang aku lakukan, calon keponakanmu itu namja, bukan yeoja.”

Aku tersenyum masam. Ku garuk tengkukku yang tak gatal. “Kalau begitu—“ Ku mulai kembali pembicaraan dengan perut buncit itu. Dengan revisi tentunya.

“—semoga kamu jadi lelaki yang sangaaaat tampan. Nggak kayak ayahmu si Lee Seunghwan yang nggak ganteng-ganteng banget. Juga nggak bisa nyebut nama kakak Via dengan baik dan benar awww—”

Aku mengaduh pelan. Ku usap kepalaku yang beberapa detik lalu mendapat pukulan pelan dari Yoora.

“Berhenti menjelek-jelekkan suamiku.”

Tubuhku kembali tegak. “Baru aja mulai udah disuruh berenti.” Aku bergumam pelan.

“Apa kau lapar?”

Aku mengangguk semangat mendengar pertanyaan kakak. “Eum… banget.” Jawabku cepat.

“Kalau gitu… ayo ke bawah.” Yoora merangkul pundakku. Kemudian menyeretku memasuki lift yang berada beberapa langkah dari kita.

Suasana menjadi sedikit hening saat pintu lift menutup dan bergerak turun menuju lantai 1. Beberapa kali diriku mencuri pandang ke arah Yoora. Ada yang hendak ku katakan. Tapi entah mengapa rasanya berat.

Waeyo?” Yoora dengan cepat menyadari kekalutan pada diriku. “Ada yang ingin kau katakan?”

“Uh?” Aku melirik padanya sebentar. Kemudian kembali diam. Menatap kosong ke arah bayanganku yang terpantul di dinding lift. “Aku ketemu Sehun.” Ucapku lirih setelahnya.

“Dia—“ Aku menghela nafas dalam, “—minta aku buat kembali. Dan juga—“

Ku alihkan pandanganku, menatap Yoora dalam. “—nyuruh aku buat berhenti berpura-pura.”

Yoora melempar senyum menenangkan padaku. “Kau masih takut?” tanyanya lirih. Aku mengangguk lemah. Kemudian aku menemukan diriku kembali menunduk. Dengan tatapan kosong.

“Lebih besar mana rasa takutmu dengan keinginan untuk kembali?”

Aku kembali mendongak. Menatapnya dengan tanya. “Maksudnya? Sister kan tahu aku kesini cuman buat—“

“—melihat keadaan Sehun?” Dia memotongku cepat. “Jika hanya ingin melihatnya, kau bisa memesan tiket konser VIP kan? Bukannya susah-susah memaksaku untuk menjadikan translator konser.”

Aku menghela nafas panjang. Membuang pandangan ke arah lain asal tak memandang kakakku sekarang ini. “Molla… Aku tidak tahu.”

Yoora perlahan berjalan mendekatiku. Kemudian, menarikku ke dalam pelukannya. Memberi usapan pelan di kepalaku. “Sehunnie—“

“—meski dia terlihat kekanak-kanakan… Sebenarnya dia lelaki yang dewasa. Dia tahu langkah apa yang harus diambilnya.” Usapannya perlahan memelan. Dan pelukannya semakin erat.

Sister yakin… dia pasti bisa melindungimu.”

***

-Author POV-

Semenjak tadi, Sehun tak bisa fokus ke makanannya. Ia terus saja mencuri pandang pada gadis di depannya sembari mengiris daging sapi khas dalam di piring miliknya.

Beberapa waktu lalu, setelah Seunghwan berhasil mengganggu pembicaraannya dengan Via. Lelaki itu menarik paksa dirinya untuk turun ke bawah dan makan sesuatu sebelum reherseal sebelum konser.

Awalnya ia menolak begitu keras. Ia terus saja mengatakan bahwa nafsu makannya hilang. Hingga ia terdiam tiba-tiba saat Seunghwan mendudukkannya di sebuah meja. Tepat di depannya gadis itu tengah duduk manis.

“Bagaimana makanannya, Via-ssi?” Semuanya yang ada di meja itu, menoleh ke sumber suara. Dimana sang CEO, Lee Sooman tengah melempar senyum tipis pada gadis di depan Sehun.

“Sangat enak.” Jawab gadis itu canggung. Kemudian kembali mengiris daging miliknya.

“Melihat kalian semua duduk satu meja, rasanya menyenangkan.” Lee Sooman tersenyum senang. Pada semua yang ada di meja besar tersebut.

Sehun pun menghentikan sejenak acara iris mengiris dagingnya. Matanya mengedar. Menatap satu persatu orang yang duduk di sana. Ada ayahnya, Oh Youngmin yang makan dengan santainya. Diapit oleh diriku dan Kakek.

Kemudian ada Lee Seunghwan dan Han Yoora yang tak henti-hentinya menatap satu sama lain. Seakan tengah memamerkan diri bahwa mereka pasangan suami isteri.

Lalu yang terakhir…gadis itu.Miranda Savia. Yang menundukkan kepalanya terlampau dalam. Seakan enggan melakukan kontak mata dengan Sehun meski barang sedetik.

“Yoora, kapan kau akan mengganti namaku menjadi Oh Serin?” Lee Sooman kembali berucap. Membuat Sehun yang tengah menengguk minumannya tersedak.

Sehun mengusap mulutnya sebentar. Sebelum berucap cukup lantang, membalas pertanyaan sang Kakek. Menghentikan Yoora yang hendak menjawab.

“Kenapa harus mengganti nama secara tiba-tiba?” Nadanya terdengar tak terima. “Memang ada masalah apa dengan nama Han Yoora?”

“Oh Sehun !” Youngmin menegurnya keras.

Lee Sooman tersenyum tipis. “Karena dia noona-mu. Dan dia bagian dari keluarga kita.” jawabnya ringan.

Sehun sempat terdiam. “Kenapa tiba-tiba? Sejauh ini tak ada masalah dengan itu.” Kemudian ia kembali berucap. Tangannya meremas bajunya pelan dari balik meja. “Yoora noona—“

“—hidup dengan baik-baik saja kan? Dia akan tetap baik-baik saja meski tanpa harus bergabung dengan keluarga kita.”

“Oh Sehun !” Youngmin kembali memperingati.

Sehun seakan tak peduli dengan teguran sang Ayah. Ia kembali melanjutkan protesnya. “Ini kan kesalahan Ayah. Jika ingin bertanggung jawab, Ayah bisa mengurusnya sendiri. Tanpa harus membawanya ke dalam keluarga kita.”

“Oh Sehun !” teriakan Youngmin semakin keras. Suasana di meja tiba-tiba menjadi mencekam di sana.

Sehun mendongak. Dan secara tak sengaja bertemu pandang dengan Via. Gadis itu…tengah menatapnya nyalang. Seakan tak percaya dengan apa yang lolos dari bibir lelaki itu.

“Aku—“ Sehun kembali melanjutkan kata-katanya. Sembari menatap Via dalam. “—tak ingin menjadi saudara Han Yoora.”

Nafasnya menjadi tak teratur. Ia pun beranjak dari duduknya. Dan berlari menjauh dari sana. Via menatap kepergiannya dalam diam.

***

Sehun story bagian 1 keluar ^^ Gimana gimana?

Maaf kalo nggak bagus. I try my best hehe.
Bagian 2 nanti foku sehun-via doang haha. Tunggu ya ^^

Continue Reading

You'll Also Like

43.3K 3.1K 28
"kenapa kamu buat tato huruf V?"tanya Vanesha,gadis cantik yang memiliki dua bola mata yg indah "karna aku suka dgn huruf V"jawab iqbaal sesingkat it...
305K 23.2K 106
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
31K 6.1K 40
Ketika dua insan manusia berlatarkan keluarga terkaya di Korea harus menghadapi masalah perjodohan, yang mengharuskan keduanya saling mengikhlaskan p...
16.6K 3.8K 49
[LENGKAP] Yumna itu cewek cantik dan pintar dari SMA Mentari. Beberapa cowok pun berusaha mendekat, tetapi hatinya sudah sekeras batu yang nggak muda...