I Met You On Our Wedding Day...

By baekyeon309

321K 22.3K 1.3K

Hanya sebuah cerita dimana dua insan yang saling tidak mengetahui keberadaan satu sama lain, harus menghadapi... More

1 [REVISED]
2
3
4
5
6
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Chapter Yang Terlupakan

7

9.4K 699 23
By baekyeon309

Esok harinya

Kami melanjutkan pemotretan hari ini di studio milik Kyungsoo. Kami datang ke studionya pada siang hari setelah makan siang. Saat kami sampai, Kyungsoo menyapa kami dan menyuruh kami untuk berganti baju. Aku mengenakan setelan hitam dan rambutku ditata menyamping. Pada saat aku selesai, Taeyeon masih berdandan. Aku memutuskan untuk mengobrol sebentar dengan Kyungsoo.

“Hey bro,” Sapaku pada Kyungsoo yang sedang mengatur kameranya dan duduk disampingnya.

“Jadi, pernikahan bisnis?” tanyanya dan aku mengeluarkan tawa kecil.

“Yeah,” aku mengangguk.

Kyungsoo melihat kearahku dan tersenyum. “Kau mulai jatuh hati padanya? Seperti omong kosong yang ada di film?” tanyanya sambil menyeringai padaku. Aku hanya tertawa mendengar pertanyaanya.  “Benar kan? Kau mulai jatuh hati padanya,”

Aku mengangguk lagi. “Iya, kurasa begitu. Bagaimana kau tahu? Apakah kau menjadi cenayang sekarang?” kataku.

“Haha, tentu tidak! Hal itu terlihat jelas. Saat di pantai kemarin kau menciumnya. Maksudku itu ciuman yang sungguh-sungguh, bukan ciuman seks yang biasa kau lakukan dulu,” jelasnya membuat kami berdua tertawa.

Kyungsoo benar. Aku tidak pernah mencium seorang gadis seperti aku mencium Taeyeon kemarin. Semenjak SMA, hormonku sangat tinggi tidak terkontrol dan tidak pernah melihat wanita dengan serius selain untuk kepuasan semata.

“Dia datang. Cepat masuk ke set,” kata Kyungsoo begitu melihat Taeyeon masuk ke ruangan set. Aku menertawakan penampilannya dan dia cemberut sambil berjalan masuk ke set. Ia mengenakan dress hitam dan rambutnya ditata seperti sanggul.

“Siapa kau? Istri presiden?” candaku sambil tertawa. Taeyeon memukul tanganku sambil cemberut.

“Yah, aku juga tidak menyukai penampilanku! Aku terlihat tua,” Katanya sambil memanyunkan bibir. Aku mencubit kedua pipinya dan dengan manis ia mengerang, membuat ku tertawa. Gadis ini terus membuatku tersenyum.

Kami berpose layaknya keluarga bangsawan. Tidak ada senyum, sedikit tersenyum, tidak ada senyum kembali. Kami tertawa kecil menyadari ekspresi wajah kami dan memutuskan untuk berpose lebih ceria. Aku memegang pinggangnya dan menempelkan dahiku dengannya, menatap mata satu sama lain.

Setelah mengambil beberapa foto, Kyungsoo menawarkan kami untuk melihat foto-foto yang diambilnya. “Kau mau melihat foto-fotonya?”

Aku dan Taeyeon berjalan menghampirinya dan melihat hasil foto yang menurutku lumayan bagus. Ekspresi dingin kami yang membuat fotonya kurang terlihat bahagia.

“Kyungsoo, bolehkah aku memilih gaun dan riasan ku sendiri? Aku tidak menyukainya. Aku terlihat tua,” pinta Taeyeon pada Kyungsoo yang membuatnya tertawa.

“Baiklah, bilang saja pada stylist dan make up artist-nya,” jawab Kyungsoo. Taeyeon tersenyum riang dan berlari kecil menuju ruang ganti.

“Dia lucu. Sayang sekali aku baru menemuinya kemarin. Bisa saja aku yang menikah dengannya,” ucap Kyungsoo dan aku meninju tangannya dengan pelan. Kyungsoo tertawa.

Kami menunggu Taeyeon selama hampr 30 menit sebelum akhirnya melihat batang hidungnya kembali.

“Ayo kita mulai lagi!” ucapnya dengan ceria. Taeyeon memang terlihat lebih cantik dari sebelumnya. Ia membiarkan rambutnya tergerai sedangkan sebelumnya ditata seperti sanggul. Ia mengganti gaunnya dengan gaun panjang berwarna peach.

Aku tertawa kecil melihat keceriannya dan bergabung dengannya di dalam set.

Pemotretan hari ini berjalan dengan sangat lancar. Aku melihat foto-foto yang diambil Kyungsoo dan aku sangat puas melihatnya. Foto-foto yang diambilnya sangat bagus dan aku menyukai foto dimana aku menggendong Taeyeon di tanganku dan ia tersenyum bahagia padaku.

“Aku senang memintamu untuk melakukan ini, walaupun aku lebih baik darimu,” candaku.

“Sialan kau,” balasnya dan aku tertawa.

Aku berjalan menuju ruang ganti untuk berganti baju. Pada saat aku selesai berganti aku melihat Taeyeon masih mengenakan gaun dan ber-selfie ria di depan cermin.

“Yah! Berhentilah selfie! Cepat ganti baju. Kita akan makan dulu setelah ini, aku lapar,” omelku. Ia melihatku sambil memanyunkan bibir melalui cermin.

“Tunggu dulu! Kemarilah, kita foto berdua,” Ajaknya. Aku menghampirinya dan Taeyeon mengarahkan handphone-nya sedikit dari atas. Aku melakukan pose V dan tersenyum.

“Kau terlihat cute,” ujarnya sambil tersenyum melihat foto yang baru saja diambilnya.

Aku menyengir. “Tentu saja! Sekarang ganti baju sana,” perintahku.

“Gaunnya sangat cantik. Baiklah, tunggu aku,” katanya sambil berjalan menuju ruang ganti.

Aku menghela napas dan memutuskan untuk menunggu di mobil, sekedar memejamkan mata sebentar. Tidak berapa lama, pintu mobil terbuka. Aku membuka mataku dan ternyata Taeyeon yang membuka.

“Maaf jika kelamaan,” ucapnya sambil memakai sabuk pengamannya. “Ayo,” ia tersenyum padaku. Aku menyalakan mesin dan mulai menyetir.

*****
Kami sampai di restoran sederhana yang terletak tak jauh dari rumah kami. Kami berjalan masuk dan menemukan meja kosong di tengah-tengah restoran.

“Kau mau pesan apa?” tanyaku saat pelayan memberikan menunya.

“Apa saja, pesankan saja untukku. Tapi aku ingin jus strawberry pisang, aku sangat menyukainya,” pintanya sambil tersenyum padaku. Pada akhirnya aku memesan dua bibimbap, satu jus strawberry pisang dan satu es lemon tea.

“Hey, mari kita lebih mengenal satu sama lain,” aku memulai pembicaraan untuk menghabiskan waktu sambil menunggu pesanan kami datang.

“Apa yang ingin kau ketahui?” tanya Taeyeon.

“Ya apa saja. Ceritakan saja tentang dirimu,” kataku, menaruh kedua tanganku di atas meja dan menyender padanya. Taeyeon meniruku.

“Namaku sekarang adalah Byun Taeyeon. Ulang tahunku adalah 9 Maret, yang ternyata sudah lewat. Aku pernah memelihara anjing bernama Ginger, namun mati karena sakit. Sahabatku adalah Jessica. Aku memiliki mantan saat SMA bernama Wi Yi Fan. Dia adalah cinta pertamaku. Oh! Dia juga sahabat Chanyeol! Aku yakin Chanyeol pasti masih berhubungan dengannya. Aku sangat menyukai mewarnai, menggambar dan melukis karena hal itu benar-benar menenangkan ku. Payah dalam memasak. Kurasa semua itu cukup,” ujarnya, menyelesaikan perkataannya.

“Siapa pacarmu setelah dia? Aku ingin tahu sehingga tidak ada kesalahpahaman kedepannya nanti,” tanyaku. Dia menggelengkan kepalanya dan aku tidak mengerti maksudnya.

“Maksudmu? Dia satu-satunya pria yang kau kencani? Sebelum menikah denganku?” Tanyaku tidak percaya. Taeyeon tersenyum dan mengangguk.

Tidak kupercaya. Bagaimana bisa gadis secantik dan semanis Taeyeon hanya berkencan satu kali seumur hidupnya dan dipaksa untuk menikah dengan orang asing, denganku? Jujur saja aku merasa sedikit tersanjung mengetahui aku adalah pacar keduanya. Bukan. Maksudku suaminya.

“Kenapa kalian putus?” tanyaku. Tiba-tiba ekspresi wajahnya berubah sedih dan aku menyesali pertanyaanku. Tapi aku tidak bisa menariknya kembali kan? “Tidak apa jika kau tidak mau menjawabnya. Sekarang gil-“

“Bukan!” potong Taeyeon. Aku menatapnya terkejut dan bingung, namun tersenyum dan membiarkannya melanjutkan.

“Bukannya aku tidak mau membicarakannya. Tapi…. Aku sendiri bahkan tidak ingat mengapa kami putus. Hal terakhir yang aku ingat adalah aku menjenguk dia dirumahnya dan merawatnya. Setelah itu dia menghilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak. Aku merasa sakit hati dia meninggalkanku begitu saja,” ceritanya, menatap ke meja dan dimatanya jelas terlihat kesedihan dan sakit hati. Aku mengambil tangannya dan mengelusnya. Ia melihatku dan tersenyum.

“Terima kasih. Tapi aku sudah melupakannya, hanya merasa sedih saja. Giliranmu,” ucapnya.

“Hmm, ulang tahunku tanggal 6 Mei. Aku benci mentimun, baunya aneh. Aku memiliki beberapa kekasih sebelum menikah denganmu,”

“Jadi dulu kau Casanova?” tanyanya sambil menyeringai. Aku tertawa kecil.

“Yaaa, aku tampan. Mengapa tidak?” jawabku yang dibalas dengan tatapan mengejek. “Aku menyukai fotografi. Rasanya aku bisa memvisualisasikan kenanganku tentang sebuah tempat atau seseorang dengan menyimpannya dalam sebuh album. Aku tahu menyimpannya di memoriku lebih baik, tapi aku hanya tidak ingin melewatkan sebuah momen bahkan sedetikpun,” ceritaku.

Taeyeon tersenyum. “Kalau begitu pastikan kau mengenangku juga walaupun pernikahan ini dipaksakan,” katanya.

“Tentu saja. Siapa yang akan lupa pernikahan yang dipaksakan?” balasku. Meskipun aku tersenyum dan tertawa kecil saat mengatakan ini, jauh dalam hatiku aku tahu aku memang tidak dapat melupakannya. Hatiku sudah menjadi miliknya dan aku tidak tahu bagaimana dan mengapa. Aku memberikannya begitu saja.

Makanan kami datang dan kami berterima kasih pada pelayan yang mengantarkannya. Kami melanjutkan obrolan sambil makan.

“Sudah berapa lama kau berteman dengan Jessica?” Tanyaku.

“Sejak SMA. Dia mengetahui semua tentangku, bahkan rahasiaku. Bisa dibilang Jessica adalah perpustakaan berjalan tentangku,” jawabnya sambil tertawa.

“Itu sudah lama sekali. Bagaimana kau masih bisa berteman dengannya?”Tanyaku, kagum dengan persahabatan mereka.

“Aku tidak tahu. Awalnya aku tidak pernah mengira kami akan bersahabat. Kami tidak melakukan hal-hal tertentu untuk bersahabat selama ini. Kami hanya membiarkannya mengalir. Membiarkan air dan angina menuntun dan sekarang kami masih bersahabat, aku sangat bersyukur atas hal itu. Ia seperti saudaraku sendiri dan aku tidak bisa membayangkan hidup tanpanya. Aku tidak yakin, tapi kurasa hal yang sama juga terjadi pada kau dengan Chanyeol dan Kris,” ucapnya.

Wajahnya terlihat sangat bahagia dan senyumnya sangat tulus ketika ia membicarakan Jessica. Kurasa memang ia benar-benar menyayangi sahabatnya.
Aku mengangguk dan tersenyum. “Kau benar. Tapi kami baru berteman selama dua tahun,” ujarku.

“Menjadi sahabat tidak harus memerlukan waktu bertahun-tahun,” ucapnya sambil tersenyum.

Kau tahu? Aku sangat menyukai senyumannya. Melihatnya tersenyum membuatku ingin tersenyum juga. Aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya dengan para mantan dan gadis yang aku tiduri. Taeyeon membuatku merasa seperti anak remaja. Seperti aku baru tahu apa itu cinta.

Kami melanjutkan makan dan aku merasakan Taeyeon ingin menanyakan sesuatu padaku karena ia terus menerus melirik padaku. “Tanyakan saja,” kataku.

“Sudah berapa lama kau mengenal…. Dia?” tanyanya. Aku mengalihkan pandanganku dari makanan ke Taeyeon.

“Dia? Siapa maksudmu?” tanyaku.

“Yoona,” jawabnya tanpa melihat kearahku. Aku sudah tahu Taeyeon pasti akan menanyakan hal ini suatu saat.

Aku melanjutkan makanku. “Oooh, dia. Yoona adalah gadis yang dijodohkan ibuku padaku. Dia seorang model dan orang tuanya tinggal di Amerika. Ia tinggal sendiri di Korea,” jawabku.  Taeyeon tersenyum.

“Kau tahu banyak tentangnya. Apa kau menyukainya? Apakah dia tipemu?” tanyanya. Aku berhenti makan dan menatapnya.

Aku tidak mengerti mengapa ia menanyakan hal ini. Tapi mari anggap saja ia hanya ingin tahu karena kami sudah menikah.

“Bagaimana tidak? Dia terus berbicara tentang dirinya. Dan aku tidak menyukai Yoona. Dia terlalu menempel padaku dan terus menarikku kemana-mana. Dia mengikuti kemanapun aku pergi. Aku bahkan tidak tahu bagaimana dia bisa menemukanku!

Yoona selalu memberikanku hadiah dan jujur aku menghargainya dan menerimanya karena aku tidak bisa menolak hadiah dari orang lain. Bukan karena aku menyukainya. Selain itu dia kekanak-kanakan. Dia harus mendapatkan apa yang dia inginkan. Terlalu dimanjakan. Mungkin dengan bentuk tubuhnya dia bisa menjadi tipeku. Tapi melihat kepribadiannya dia membuatku muak,” ceritaku.

“Tapi dia mencintaimu. Aku bisa melihatnya. Dia keras kepala, memang, tapi dia sangat berusaha untuk menarik perhatianmu, membuatmu menyukai dan mungkin… membuatmu menjadi miliknya,” Kata Taeyeon sambil menyuap makanannya. Ia menatapku dan tersenyum.

Mendengar kata-katanya, aku tidak bisa berkata apapun. Entah mengapa aku merasa sedih mendengar Taeyeon mengucapkan hal itu.

Kami sudah menghabiskan makanan kami namun menolak untuk langsung pulang. Kami memutuskan untuk tinggal sejenak dan mengobrol tentang segala hal.

“Oh ya, Chanyeol pernah bilang kalau kau pernah tampil di kafenya. Bisakah kau bernyanyi  untukku? Lagu apa saja,” pintanya.

Aku tertawa kecil. “Yeah, aku tidak sedang ingin menyanyi sekarang,” ucapku, mengusap belakang leherku.

Sebenarnya bukan karena kau tidak ingin menyanyi. Tapi aku merasa gugup bernyanyi didepannya. Suaraku lumayan, atau luar biasa menurut yang lain, tapi aku takut Taeyeon tidak menyukai nyanyianku. Mendadak aku sangat peduli pandangannya terhadapku.

“Ayolah! Menyanyi untuk istrimu yang dipaksa untuk menikah ini, please? Versenya saja sudah cukup,” pintanya, sambil mengedipkan kedua matanya dan memberikan tatapan memelas. Aku tertawa dan mengangguk. Taeyeon bertepuk tangan.

Aku mempersiapkan tenggorokanku dan mulai bernyanyi.

Being born in the same country, Talking the same language
We’re so lucky, it’s such a relief, there’s nothing for sure in this world
The day I wore nice clothes, the fact that I met you like that
Lucky
It’s because I did good in the past

Taeyeon terus tersenyum dan aku tidak mengalihkan pandanganku darinya.

I can call your name, I can hold your hand
Is the falling sunlight only shining on me?
Can I be this happy?

You call my name, you lean on my shoulder
is the sky’s sunlight only shining at you?
Can you be this dazzling?

So lucky my love, so lucky to have you
So lucky to be your love, I am.

Entah mengapa, aku merasa lagu ini sangat sesuai dengan situasi ku sekarang. Aku merasa beruntung memilikinya sebagai istriku, meskipun pernikahan kami dipaksakan. Tapi sekarang aku sama sekali tidak menyesali keputusanku menerima ide tersebut. Malah, aku ingin menikmati dan mengenang pernikahanku, menjaganya supaya tetap utuh. Kurasa aku benar-benar sudah jatuh hati terlalu dalam padanya.

Taeyeon bertepuk tangan setelah aku selesai bernyanyi. Senyumnya sangat indah. Aku menyukainya.

“Wow! Kau luar biasa! Bagaimana kau bisa bernyanyi seperti itu?” tanyany penuh kekaguman.

“Tidak tahu. Aku hanya… bernyanyi,” Jawabku, merasa malu dengan pujiannya. “Hei, aku sudah bernyanyi untukmu. Sekarang bernyanyilah untukku,” pintaku dan ekspres Taeyeon berubah datar.

“Aku tidak bisa menyanyi,” ucapnya. “Aku hanya bernyanyi di kamar mandi karena suaraku terdengar bagus disana,” katanya dan aku tertawa.

“Ayolah, bernyanyi untuk suamimu yang dipaksa untuk menikah ini, please?” pintaku meniru kata-katanya tadi. Ia tertawa dan memukul tanganku.

“Serius, ayolah. Aku tidak akan tertawa,” candaku, dengan tujuan untuk menghiburnya sedikit.

Taeyeon menghela napas dan kurasa dia benar-benar akan menyanyi.

My scrunched up feelings keep seeping out, oh
I try to hide and cover it but it all comes out, oh
As I see you who I can’t touch, I hide because my small shadow might be seen
Oh, with a trembling steps, I carefully approach you
Oh, the closer I get to you, Somehow the more I’m afraid that you’ll get farther away

“Kurasa segitu saja sudah  cukup,” ia berhenti bernyanyi dan wajahnya berubah merah. Suaranya begitu lembut dan menarikku ke dalam dirinya, seperti yang matanya lakukan padaku.

“Buruk sekali,” candaku. Taeyeon menatapku dengan tajam. Aku tertawa.

“Aku sudah tahu! Kau tidak perlu menerangkannya,” ucapnya sambil cemberut. Aku tersenyum melihatnya.

“Aku bercanda. Suaramu luar biasa. Aku  bersumpah,” pujiku dan dia menatapku.

Taeyeon tersenyum dan pipinya merona. “Terima kasih,” ucapnya. Aku mengusap rambutnya, sedikit mengacak-acak dan dia menepis tanganku lembut.

Gadis ini benar-benar sesuatu untukku. Belum pernah ada yang membuatku merasa seperti ini. Ia membuatku ingin terus melihatnya tersenyum, terus berada disisinya dan ingin selalu melindunginya.

Aku melihat jamku dan ternyata malam sudah larut, kami memutuskan untuk pulang. Ketika sedang berjalan menuju mobil, seseorang memegang tanganku tiba-tiba. Aku menengok kearahnya dan aku sangat berharap memiliki kekuatan teleportasi sekarang. Sudah kubilang padanya untuk tidak berbicara padaku diluar bisnis tapi dia justru memegang tanganku sekarang. Ditambah lagi ada Taeyeon disini. Aku tidak bisa membiarkannya mengetahui pekerjaan sampingan ku.

“Baekhyun kan?” tanya gadis yang menggenggam tanganku dan rasanya aku ingin menutup mulutnya. Tapi tentu saja aku tidak bisa melakukannya di depan Taeyeon.

“Tae, pergilah ke mobil lebih dulu. Aku akan berbicara dengan klienku sebentar,” ucapku pada Taeyeon dan memberikan kunci mobilku padanya. Taeyeon mengangguk dan tersenyum pada ‘klien’ ku.

Aku menatapnya berjalan menjauh dan berdiri menghadapi gadis ini, melepaskan tanganku dari genggamannya. “Sudah kubilang jangan berbicara padaku jika bertemu. Kita hanya mengenal satu sama lain pada saat bisnis berlangsung!” omelku padanya dan dia hanya mengangkat tangannya, seperti menyerah pada polisi.

“Ya maaf! Itu hanya reflex! Apakah dia klienmu juga? Kau tidak mengajakku makan malam sebelumnya. Kau meniduriku begitu saja,” tanyanya sambil melirik kearah mobilku.

“Bukan urusanmu. Pokoknya jangan pernah memanggilku lagi jika bertemu, oke? Aku pergi sekarang,” kataku.

Setelah aku memutar badan, ia memegang bahuku dan aku sedikit menoleh padanya.
“Kau ada waktu jumat ini?” tanyanya dan dengan lembut kusingkirkan tangannya dari bahuku.

“Aku tidak melakukan bisnis ini lagi. Aku berhenti,” jawabku, berjalan menjauh.

Ya, aku akan menghentikan kerja sampinganku. Aku akan berhenti meniduri gadis-gadis demi mencari kepuasan dan akan fokus pada karirku sebagai fotografer. Dan tentu saja, fokus terhadap istriku, Byun Taeyeon.

Dua update untuk hari iniiii~ yeay!
Vote dan comment yaaaaa haha love you all :*

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 389K 53
Ara adalah gadis penikmat novel yang selalu terbawa perasaan dengan apa saja yang ia baca. Sebuah novel berjudul 'To Protect You' yang ia temukan di...
141K 9.7K 18
bagaimana kah kelanjutan hubungan mereka?
288K 17.8K 40
Berawal dari tempat Karaoke, pertemuan pertama kali itu terjadi. warning: 18+ mohon untuk bijak dalam memilih cerita.