I Met You On Our Wedding Day...

By baekyeon309

321K 22.3K 1.3K

Hanya sebuah cerita dimana dua insan yang saling tidak mengetahui keberadaan satu sama lain, harus menghadapi... More

1 [REVISED]
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Chapter Yang Terlupakan

4

9.8K 720 19
By baekyeon309

Taeyeon's POV

Malam ini akan ada acara makan malam keluarga pertama sejak aku dan Baekhyun menikah. Aku tidak tahu baju seperti apa yang harus kukenakan karena aku sama sekali tidak mengenal keluarga Baekhyun. Aku tidak tahu apakah mereka memiliki selera pakaian tersendiri. Meski ini hanyalah pernikahan yang dipaksakan tetapi bukan berarti aku harus memberikan kesan buruk bukan? 

Haruskah aku bertanya pada Baekhyun? Tetapi sesungguhnya aku merasa sedikit takut dan tidak nyaman setelah kejadian semalam. Meskipun ia membatalkan niatnya dan mengurusku, aku tidak bisa menyingkirkan fakta bahwa ia hampir saja memperkosaku. 

Ah, tidak. Mungkin saja ia mabuk semalam atau memang salahku yang memakai baju seperti itu. Aku akan bertanya langsung padanya.

"Yah, Baekhyun-ah," panggilku saat aku berjalan menuju ruang TV dimana Baekhyun sedang bersantai. Aku duduk disampingnya. "Baekhyun," kucolek pinggangnya.

"Hm?" jawabnya tanpa melihat ke arahku.

"Apa yang harus kupakai untuk makan malam nanti?" tanya ku.

"Tentu saja baju," jawabnya, matanya masih terpaku ke TV.

"Bukan begitu maksudku!"

Dia memalingkan wajahnya dari TV dan menatap ke arahku. "Aku tahu. Mengapa kau menanyakan hal itu? Pakai saja apa yang nyaman untukmu," kata Baekhyun.

Aku menghela nafas dan menyenderkan kepalaku di sandaran sofa. "Tetapi mungkin orang tuamu memiliki selera gaya tersendiri dan aku hanya ingin memenuhinya," ucapku.

Baekhyun terlihat seperti berpikir sejenak sebelum akhirnya bangun dan menarikku ke lantai atas. Kami masuk ke ruang lemari di kamar kami dan Baekhyun melihat kedalam lemari kacaku. Tangan dan matanya dengan lihai memilah-milah diantara seluruh pakaian ku. Beberapa kali ia berhenti pada sebuah dress, melihat ke arahku kemudian menggelengkan kepalanya dan melanjutkan apapun yang dia lakukan.

"Oh? Apa ini?" katanya sembari mengambil kemeja biru polos. "Pegang ini sebentar," ia memberikan bahu tersebut kepadaku dan berjalan kearah lemarinya sendiri. Baekhyun terlihat sedang mencari sesuatu sampai pada akhirnya mengambil kemeja biru polos yang hampir mirip denganku.

"Ah, aku kira kita memiliki baju kembar," katanya, menunjukkan bajunya padaku.

"Kau benar! Memang hampir mirip, hanya berbeda di bahan saja. Hei, haruskah kita memakai baju senada?" tanyaku.

"Hmm, kedengarannya bagus. Ya sudah, kita pakai ini nanti malam," Katanya, menggantung baju tersebut kembali. "Kau sudah makan siang belum?"

Aku menggelengkan kepala. "Belum. Kenapa? Kau lapar?" tanyaku. Ia mengerutkan bibirnya dengan lucu dan mengangguk.

Aku tertawa dan mencubit pipinya. "Ayo, aku akan memasak untukmu," ajakku sambil berjalan keluar ruang lemari.

"Tidak! Aku masih mengingat rasa nasi gorengmu yang...." Baekhyun berhenti bicara dan wajahnya terlihat seperti ingin muntah.

"Kau berlebihan! Ayolah, aku tidak separah itu. Aku masih bisa memasak yang lain," ucapku, sedikit tidak terima atas penghinaan tidak langsung oleh Baekhyun.

"Kau yakin?" aku mengangguk dengan percaya diri dan tersenyum lebar padanya. Baekhyun menghela napas dan mendorongku keluar dari kamar. "Kalau begitu ayo."

"Ku pikir kau benar-benar akan memasak," ucap Baekhyun sambil menatap makanan di depannya. Aku mengambil sumpitku dan menatap Baekhyun.

"Maksudmu? Aku kan memasakkan itu untukmu," kataku, menunjuk makanannya.

"Ini mi instan. Dengan telur rebus,"

"Dan itu masih dihitung sebagai memasak. Sudah makan saja," kataku sambil menghisap mi ku. Aku mendengarnya menghela napas dan memakan mienya. "Enak?" tanyaku.

"Tentu saja. Mie instan akan selalu enak rasanya! Bahkan bayi baru lahirpun bisa membuatnya," ejeknya dan aku hanya menyengir padanya.

*****
"Taeyeon, kau siap?" tanyanya saat keluar dari ruang lemari, membetulkan ikat pinggangnya. Ia melihatku sedang berada di depan meja rias dan mengambil lipstikku, kemudian memakaikannya padaku. Setelah itu ia membantuku merapikan rambutku yang kubiarkan terurai.

"Sekarang sudah. Bagaimana penampilanku?" tanyaku sambil berdiri menghadapnya.

Ia meletakkan jarinya di dagunya, berlagak berpikir keras. "Lumayan. Ayo berangkat," katanya sambil mengambil kunci mobil dari atas laci.

"Kita sudah sampai," ia memberi tahuku sambil membuka sabuk pengaman.

Saat ia ingin membuka pintu dan turun dari mobil, aku langsung menggenggam tangannya. Baekhyun menolehkan kepalanya padaku. "Kenapa?" tanyanya.

Aku tidak yakin apa yang harus kukatakan tapi aku memiliki perasaan aneh saat ini dan aku tidak menyukainya. Aku hanya terus menggenggam tangannya dan menatap matanya.

"Kau takut?" tanyanya. Aku menggelengkan kepalaku dan melepas genggaman ku.

"Semua akan baik-baik saja. Mereka yang menyuruh kita untuk menikah," hiburnya dan aku mengangguk.

Baekhyun benar. Kenapa aku sangat khawatir? Mereka yang menyuruh kami. Tapi apa arti perasaan aneh ini?

Aku membuka sabuk pengamanku dan Baekhyun membukakan pintu mobil untukku. "Ayo," ajaknya, menggenggam tanganku dan berjalan masuk ke dalam rumahnya.

Saat kami memasuki ruang tamu, semua sedang asik mengobrol. Ayahku adalah orang yang pertama menyadari kedatangan kami. "Ini dia pengantin barunya!"

Ayah Baekhyun dan ibu kami menoleh dan kami tersenyum pada merekadan mereka menyuruh kami duduk bersama. Aku memeluk ayahku dan membungkuk hormat pada Ayah Baekhyun. Baekhyun melakukan hal yang sama denganku. Aku mengecup pipi ibu ku dan senyum pada Ibu Baekhyun.

"Jadi, bagaimana kehidupan pernikahan kalian?" tanya ayahku. Aku duduk disamping Baekhyun dan kami menatap satu sama lain.

"Biasa saja, tidak jauh berbeda dengan sebelumnya," jawabku, diikuti oleh anggukan Baekhyun.

"Apa maksudmu? Tentu saja ada yang berbeda! Pada malam hari," ibu berkata sambil terkikik kecil. Aku merasakan darahku mengalir ke pipiku dan terasa pipiku mulai panas. Kurasa pipiku memerah mendengar perkataan ibu.

Semua orang tertawa dan aku hanya melotot pada ibuku yang tertawa bahagia.

"Maaf ibu, tapi kurasa akan belum ada detak jantung ketiga diantara kami dalam waktu dekat," Baekhyun berkata. Aku mengangguk tanda persetujuan.

"Kenapa? Kalian sudah legal untuk melakukannya," Ayah mertuaku bilang. Wajahku terasa semakin panas. Mengapa semua orang membahas hal ini?

Aku terkejut saat menyadari Baekhyun melingkarkan tangannya di pingganggku.

"Kami tahu itu. Taeyeon hanya belum siap dan aku pun yakin kau tidak mau aku memperkosanya kan?" candanya sambil menatapku dengan senyuman indahnya. Aku membalas senyumannya dan memalingkan wajahku karena aku tahu wajahku pasti sudah semerah apel sekarang. "Tapi kami pasti akan memberikan cucu pada kalian, tunggu saja," katanya.

Lupakan senyum manis itu. Dia masih pria mesum.

Aku melotot padanya dan dia mengedipkan sebelah matanya padaku.

Saat kami semua asik berbincang-bincang, pembantu disana mengatakan bahwa makan malam sudah siap. Aku duduk tepat didepan Baekhyun, di sebelah kananku adalah ibu dan disebelah kiriku adalah ayah.

"Lalu Baekhyun, bagaimana pekerjaanmu?" tanya ayah ditengah-tengah makan malam.

"Baik. Aku mendapatkan beberapa klien baru akhir-akhir ini," jawabnya.

"Kenapa kau tidak bekerja di perusahaanmu?" tanya ibuku. Aku melihat ke Baekhyun karena aku juga penasaran dengan jawabannya.

"Ah, perusahaan itu milik ayah. Aku tidak tahan berada di belakang meja selama 8 jam. Bagiku, menyimpan memori untuk diriku dan orang lain dalam sebuah foto lebih menyenangkan," Jawabnya sambil tersenyum tulus. Dia benar-benar menyukai fotografi, senyumannya mengatakan segalanya.

"Kalau begitu sama dengan Taeyeon ku. Dia menolak menjadi CEO di perusahaan dan memilih untuk menjadi pelukis," cerita ayahku sambil mengusap-usap kepalaku. Aku menepis tangannya dengan lembut dan memanyunkan bibirku.

Disaat kami asik mengobrol sambil menikmati makan malam, tiba-tiba seorang gadis masuk ke ruang makan dan menyapa semua.

"Halo semuanya!" sapanya dengan nada gembira. Gadis itu mencium pipi ibu Baekhyun dan memeluk ayahnya. Tak hanya sampai disitu, ia juga mencium pipi Baekhyun dan memeluknya dari belakang. "Baekki, I miss you so much,"

Aku terkejut melihat tingkahnya barusan. Siapa gadis ini? Apakah ia kekasih Baekhyun?

"Aish, lepaskan. Kau tak lihat aku sedang makan? Lepas," protes Baekhyun sambil menyingkirkan tangan gadis itu yang melingkar di lehernya.

Gadis itu cemberut dan duduk di sebelah ibu mertuaku yang menyambutnya dengan senyuman lebar. Aku melihat kearah Baekhyun dan berbisik, 'siapa gadis itu?'. Baekhyun melihatku dan menggelengkan kepalanya. 'Biarkan saja,' bisiknya.

Aku melihat kearah gadis itu dan tersenyum padanya, tapi yang kudapat adalah tatapan dingin. Baiklah, kurasa aku harus mengalihkan pandangan dan melanjutkan makan malamku.

"Jadi kau yang bernama Taeyeon? Aku Yoona, pacar Baekkie," tiba-tiba ia mengenalkan dirinya padaku. Aku hampir saja tersedak makananku ketika mendengar itu dan menatap langsung kearahnya.

"Maaf?" kataku, masih memproses kata-katanya barusan.

"Apa-apaan kau Yoona? Sejak kapan aku menjadi pacarmu? Dan kenapa kau disini? Kupikir ini adalah makan malam keluarga?!" ucap Baekhyun dengan ekspresi yang menunjukkan bahwa dia sangat tidak senang atas kehadiran dan kata-kata Yoona.

"Sejak kau menolakku berkali-kali. Aku tahu kau mencintaiku tapi tidak ingin menunjukkannya. Lagipula saat kau bercerai dengannya aku yang akan menjadi istrimu," ucap Yoona dengan percaya diri.

Mendengar perkataannya, aku dan Baekhyun menatap satu sama lain, namun dia mematahkan kontak mata kami terlebih dahulu.

"Diam kau! Kau tidak lihat istriku didepanku? Hormatilah," Baekhyun berkata dengan nada yang serius.

"Ya Tuhan kau bahkan tidak mencintainya. Kau hanya menikahinya karena bisnis," terangnya.

Ouch. Yoona sangat benar bahwa kami menikah karena bisnis. Tapi apakah dia harus mengatakannya dengan jelas seperti itu? Hatiku terasa sedikit sakit saat mendengarnya.

"Oke anak-anak hentikan. Maafkan aku Taeyeon," ayah mertuaku meminta maaf dan aku mengangguk, memberikan senyuman padanya.

"Tidak apa ayah. Lagipula dia memang benar," kataku. Namun aku langsung merasa menyesal dan bersalah telah mengatakan itu. Aku terdengar cemburu!

Aku melihat Baekhyun dan dia menatapku tanpa ekspresi. Aku mengalihkan pandangan dan melihat Yoona juga ibu mertuaku menatapku tajam dan berbisik satu sama lain. Aku akhirnya memutuskan untuk menatap makananku dan melanjutkan mengobrol dengan orang tua dan ayah mertuaku.

Setelah makan malam, Baekhyun mengobrol dengan ayahku dan dia, sedangkan ibu mengobrol dengan Yoona dan ibu mertuaku. Aku merasa tidak nyaman dengan kehadiran Yoona dan memutuskan untuk melihat sekeliling rumah orang tua Baekhyun. Aku menemukan kolam renang di belakang rumah dan mencelupkan jari ku ke air, merasakan dinginnya.

Ketika aku sedang menikmati kesegaran air kolam renang tersebut, Yoona tiba-tiba berdiri disampingku. Aku mengacuhkan dan tetap memainkan jariku di dalam air.

"Ceraikan Baekhyun, ia milikku," mulainya dengan nada datar. I menertawakan kata-katanya barusan. Gadis ini bertingkah seperti anak-anak.

Aku berdiri menghadapnya dan menyilangkan kedua tanganku di depan dada. "Tidak bisa. Aku tidak ada alasan untuk menceraikannya kecuali perusahaan ayah kami memutuskan hubungan kerjanya," ucapku. Dia berputar menghadapku dan meniru posisiku.

"Kalau begitu, buatlah satu alasan," ujarnya dengan tenang, bagaikan hal itu adalah sesuatu yang mudah. Aku tertawa kecil. "Atau aku yang akan membuatnya," katanya sambil menyeringai dengan licik.

Kata-katanya membuatku berhenti tertawa dan bingung. Apa yang dia maksud?

"Lihat dan tunggu saja, Kim Taeyeon," katanya sambil tersenyum jahat.

"Byun Taeyeon,"

Tiba-tiba aku mendengar seseorang menyebutkan namaku. Baekhyun. Dia berdiri di depan pintu dan berjalan kearah kami berdua. "Dia bukan lagi Kim Taeyeon, melainkan Byun Taeyeon. Mengerti?" ucapnya dengan serius pada Yoona, menekankan pada bagian Byun.

Yoona hanya berdiri diam dan tidak mengatakan sepatah katapun.

"Ayo kita pulang, sudah larut," ucapnya, melingkarkan tangannya dipinggangku dan membawaku masuk kedalam. Meninggalkan Yoona sendiri yang sedang menatapku dengan amarah di matanya.

*****
"Apa yang dia katakan padamu?" tanya Baekhyun saat dia menyetir.

"Tidak ada," bohongku. Baekhyun melirikku dan tidak menanyakan apapun setelahnya. Saat mobil kami berhenti di lampu merah, ia menoleh padaku.

"Jangan bohong padaku. Aku tahu dia pasti mengatakan sesuatu padamu," paksanya.

"Sungguh Baek," Aku menatapnya. "Dia tidak mengatakan apapun. Ia hanya memberi tahuku betapa ia menyukai mu," Bohongku lagi. Tapi sebenarnya aku tidak sepenuhnya berbohong. Yoona menunjukkan ketertarikannya pada Baekhyun dan menyuruhku untuk menceraikan Baekhyun.

Mendengar jawaban ku, Baekhyun hanya menghela napas dan menginjak gas saat lampu hijau menyala.

Tapi kata-kata Yoona masih teringat jelas dalam pikiranku.

Apa yang dia maksud akan membuat alasan untuk perceraian kami? Apa yang akan dia lakukan?


Continue Reading

You'll Also Like

85.6K 8.8K 38
[SELESAI REVISI, KAYAKNYA UDAH GA ADA TYPO] Kita pernah hampir satu tapi itu dulu, dan aku bersyukur karena hal itu ga terjadi buat hidupku - Namaka...
1.4M 81.8K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
14.8K 1K 11
Tokoh : Yook Sungjae JOY Eunkwang, Changsub, Ilhoon Resume : Yook Sungjae - gadis itu , gadis pertama yg membuat jantungku berdegup kencang. She is...
10.3K 823 14
Bisakah pernikahan bahagia tanpa cinta? Atau cinta akan tumbuh karena terbiasa bersama?