Sasaeng Fans [EXO]

By ismi_h

507K 30.6K 1.6K

Ada dua sisi berbeda dari sang oppa. Sisi yang ada di depan layar kaca. Dan, Sisi yang ada di belakang layar... More

Teaser/Prolog
Serpihan 1
Serpihan 2
Serpihan 3
Serpihan 4
Serpihan 5
Serpihan 6
Serpihan 7
Serpihan 8
Serpihan 9
Serpihan 10
Serpihan 11
Serpihan 12
Serpihan 13
Serpihan 14
Serpihan 15
Serpihan 16
Serpihan 17
Serpihan 18
Serpihan 19
Serpihan 20
Serpihan 21
Serpihan 22
Serpihan 24
Serpihan 25 (a)
Serpihan 25 (b)
Serpihan 26 (a)
Serpihan 26 (b)
Serpihan 26 (c)
Serpihan 26 (d)
Serpihan 27 (a)
Serpihan 27 (b)
Serpihan 27 (c)
Serpihan 27 (d)
Epilog
Tao Story
Kris Story
Suho Story
Lay Story
Xiumin Story
D.O Story
Baekhyun Story
Chen Story
Chanyeol Story
Luhan Story
Kai Story (bagian 1)
Kai Story (bagian 2)
Sehun Story (bagian 1)
Sehun Story (bagian 2)
Sehun Story (bagian 3)
Via Story
Sasaeng Fans [2]
pengumuman !
Gadis dalam Almari

Serpihan 23

7.3K 512 14
By ismi_h

Serpihan 23

Ada saat dimana aku ingin mengakhiri segala sandiwara ini. Tapi itu semua tak semudah yang dibayangkan. -Sehun-

Indonesia - 08.00 WIB

"Tuan..." Youngmin menoleh ke sumber suara saat mendengar suara Sungjae yang memanggilnya. "Maaf telah menganggu Anda. Tapi kita harus segera pulang. Karena... sedang terjadi kekacauan besar di perusahaan."

Youngmin menoleh cepat. "Apa maksudmu?" Katanya pelan. Dahinya mengerut dalam. Keringat dingin mulai keluar.

"Tuan Lee Sooman tiba-tiba mengonfirmasi foto yang kita sebar semalam. Krystal tak mau keluar dari kamarnya ataupun melakukan pemotretan akibat tindakan yang dilakukan oleh Tuan Sooman tersebut melenceng dari yang telah disepakati."

"Tao yang terus saja merengek ingin pulang. Xiumin, Lay, Luhan, dan juga Seunghwan yang menghilang tiba-tiba." Sungjae merinci satu-persatu. "Perusahaan benar-benar kacau sekarang. Saham menurun drastis."

Youngmin berdiri dari duduknya. Wajahnya pucat pasi setelah mendengar berita tak mengenakkan terlontar dari mulut asisten pribadinya. Dan karena itulah, ia harus cepat pulang. Melepas rindu dengan gadis yang bahkan raganya sudh tak dapat direngkuh, sudah tak penting lagi. Ia harus segera pulang. Ia harus melindungi segala apa yang bisa ia lindungi.

***

Busan - 07.59 KST

Selamat bekerja.<3

Jongmin tersenyum samar ketika kesepuluh kalinya membaca memo yang tersemat di rangkaian bunga mawar yang tadi pagi tergeletak di mejanya. Meski tak ada nama yang jelas tercantum di sana, Jongmin yakin seratus persen bahwa Suho lah pengirimnya.

Hanya sebaris kalimat sederhana yang memuat 2 kata saja beserta satu tanda hati, memo tersebut mampu membuat Jongmin melayang ke awan. Awalnya ia ragu untuk melanjutkan pertemanan ini setelah tahu bahwa lelaki tersebut ternyata Suho. Dirinya tak pernah menyangka sedikitpun jika teman yang menemaninya selama setahun lebih ini ternyata seorang leader dari artis besar.

Tetapi, kedewasaan yang Suho tunjukkan kepadanya. Juga perlakuan romantis membuat Jongmin lupa akan fakta tersebut. Ia juga tak lagi menghiraukan perihal perbedaan umur mereka yang terbilang cukup jauh. Lima tahun, dengan dia yang lebih tua dibanding Suho.

Jongmin hanya cuek saja. Toh, mereka hanya berteman. Meski Jongmin berharap lebih, setidaknya ia menyandang status sebagai temannya sekarang.

"Kim songsaengnim... Anda tidak pergi ke kelas." Sebuah suara diikuti tepukan halus membuat Jongmin bangun dari lamunannya.

Ia tersenyum canggung pada guru senior yang tadi memperingatinya. Ia lalu membodohi dirinya sendiri karena hampir saja melupakan tanggung jawabnya sebagai guru hanya karena seikat mawar dan secarik memo yang lelaki itu kirimkan padanya. Dasar Suho, ini salahmu.

***

Seoul - 10.00 KST

Bis yang ditumpangi EXO dan para staff hampir sampai di depan gedung SM. Setelah beberapa insiden tak mengenakkan kemarin, para staff dan manajer memutuskan untuk menunda syuting. Begitu juga dengan comeback mereka yang ditunda untuk satu bulan ke depan.

"Kenapa berhenti?" Baekhyun yang tertidur selama perjalanan tiba-tiba terbangun saat kepalanya terantuk kursi di depannya. Sepertinya dikarenakan bis yang mengerem mendadak.

"Baekhyun-ah... Lihat itu..." dengan mata yang terfokus ke luar, Chen memanggil Baekhyun untuk melihat apa yang tengah ia amati.

Baekhyun dengan gerakan cepat meringsek maju menuju pinggir jendela. Matanya langsung membulat sempurna. "Woah.... DAEBAK ! Apa mereka semua wartawan?" Teriakan kerasnya berhasil membuat beberapa staff dan member lain yang tadi tengah terlelap langsung bangun dari tidurnya. Sehun yang duduk tak jauh dari mereka -yang sedang fokus mendengarkan musik- juga sempat menoleh sebentar.

"Apa mereka sudah tahu mengenai hilangnya Lay, Luhan, Minseok?" Baekhyun langsung sedikit menurunkan suaranya.

Baekhyun menjauhkan pandangannya dari jendela. Dirinya menyenderkan tubuhnya lelah ke bangku. Matanya perlahan menutup. "Kenapa Seunghwan hyung tak mengabari kita dimana dia sebenarnya?"

Chen melirik Baekhyun sebentar. Gerakannya menjadi gelisah saat bocah itu mulai membahas masalah hilangnya ketiga member mereka dan juga manager secara tiba-tiba. "Sebenarnya-"

"-pagi tadi Minseok hyung meneleponku."

Mata Baekhyun terbuka lebar. Dengan gerakan cepat ia menoleh ke sebelah dimana Chen berada. "Jinjja-ya? Mereka ada dimana?"

Chen menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ingin sekali mulutnya yang sering berkoar untuk mengatakan semua hal yang ia tahu. Tapi, janjinya pada Xiumin untuk tetap menyimpan suatu rahasia tersebut membuatnya terdiam.

Dengan gerakan pelan, Chen menggeleng. "Yang jelas, mereka berada di tempat aman sekarang." Katanya lirih saat Baekhyun memandangnya kecewa. Dirinya kembali ke posisinya semula. Bersandar lelah di bangkunya.

"Menurutku-" Chen kembali memandang keluar jendela. Kerumunan wartawan membuat bis yang ditumpanginya tak dapat bergerak sama sekali. Bahkan untuk kembali ke jalan tadi dan pergi ke tempat lain pun sudah tak bisa. Bahkan beberapa sasaeng yang ia kenal pun terlihat bercampur bersama kerumunan menyesakkan tersebut.

"-mereka belum tahu masalah menghilangnya teman-teman kita."

Baekhyun kembali membuka matanya. Menatap Chen datar. "Apakah... karena skandal Krystal dan Sehun?"

Sehun yang duduk tak jauh dari mereka, yang tengah memasang earphone tanpa memutar musik, secara tak langsung mendengar pembicaraan antara Baekhyun dan Chen, bangun dari duduknya. Dengan gerakan kasar, ia melepas earphone tersebut. Beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati mereka berdua.

"Apa maksud kalian dengan Krystal dan Sehun?" katanya dingin.

Baekhyun memandang Sehun dengan takut. Aura menakutkan dari Sehun akhirnya keluar juga. Dirinya sangat tak suka ini.

"Apa kau tak tahu?" Chanyeol yang duduk di depan Baekhyun Chen pun muncul di antara mereka bertiga. Ikut masuk dalam pembicaraan tersebut. Tangannya bertumpu di sandaran kursi miliknya. Menghadap ke belakang.

"Semalam, tersebar luas foto dirimu tengah berkencan dengan Krystal." Dirinya sengaja menunjukkan ponselnya yang tengah membuka berita tersebut.

"Dan yang lebih mencengangkan. Kakekmu tercinta, mengonfirmasi hubungan tersebut dengan mudahnya."

Tangan Sehun mengepal. Jika ini berada di film kartun, mungkin akan muncul kobaran api yang besar dari tubuhnya. Tanpa berpikir panjang, dirinya melangah mantap untuk turun dari bis.

"Ya... Sehunnieee..." Chen langsung berteriak kencang saat merasa Sehun akan melakukan hal yang buruk.

"Yak... neo babo-ya? Apa kau sedang mencoba untuk menyiram bensin di tengah kobaran api?"

Chanyeol hanya tersenyum miring menanggapi. "Bukankah ini menyenangkan?"

Dirinya kembali duduk di bangkunya. "Mari kita lihat drama apa lagi yang akan dipertunjukkan."

***

Sehun membuka pintu utama bis yang ditumpanginya. Tak ada yang berani mencegahnya, karena dia adalah Sehun. Dirinya langsung disambut oleh puluhan wartawan yang terus mendesaknya dengan berbagai pertanyaan.

Ia terdiam. Pening tiba-tiba menyerang. Tangan kanannya bergetar pelan. Rasa takut akan keramaian mulai menyeruak keluar. Namun, muncul sebuah suara milik kakak lelakinya yang menuntun Sehun untuk berani. 'Bukankah tujuanmu menjadi artis besar agar kau tak takut lagi akan keramaian? Beranilah, Hunna... Hyung ada di sini bersamamu.'

Sehun menghirup udara sebanyak-banyaknya. Lalu menghembuskannya pelan. Suara milik hyung nya berhasil membuat dirinya berani. Dengan langkah mantap, ia menerobos para wartawan tanpa berniat mengucapkan sepatah kata pun.

Setelah berperang dengan berpuluh-puluh orang, akhirnya lelaki berwajah tirus itu berhasil masuk ke dalam gedung. Dengan sedikit bantuan dari seorang satpam, ia berhasil masuk ke dalam sana. Ia melangkah cepat menuju ruangan milik kakeknya.

Saat sampai di ruangan tersebut, ia langsung menerobos masuk tanpa mengetuk pintu. Terlihat sang Kakek yang tengah duduk di singgasananya sambil menikmati kopi paginya. Lee Sooman langung menoleh saat menyadari cucunya sedang berdiri tak jauh darinya.

"Kau sudah pulang?"

Sehun tersenyum sinis. Merasa jengah dengan basa-basi yang sebenarnya tidak perlu itu. "Apa Kakek yang melakukan semua ini?"

Sooman menatap Sehun datar. Berpura-pura tidak tahu dengan maksud perkataannya. "Berhenti berpura-pura. Sejak kapan kakek peduli dengan kehidupan cucu-cucunya. Apa ada masalah yang sedang kakek tutupi?"

Lelaki tua itu tersenyum tipis. Ia menengguk kopinya yang sudah mulai dingin. "Geurae... Salah satu artis kita membuat masalah. Dan sudah tugas kita untuk melindungi apa yang kita punya."

Sehun mendengus kesal. Seperti dugaannya, ada masalah yang coba ditutupi jika Kakeknya turun tangan langsung. Dan jika boleh dirinya menebak, masalah tersebut cukup serius. Masalah yang membuat Kakeknya melanggar larangannya sendiri. Larangan mengenai pacaran satu managemen.

"Apa Kakek akan terus bertindak seperti ini? Apa ini yang kakek sebut melindungi?"

Sooman tak menghiraukan ucapan marah yang cucunya lontarkan. Sebagai gantinya, ia melangkah pelan menuju jendela. Mata tuanya menatap kerumunan wartawan yang tengah memenuhi area depan gedung miliknya.

"Mengapa mereka memaksakan diri seperti ini? Seharusnya mereka di rumah saja. Menghangatkan diri di cuaca sedingin ini." Gumamnya pelan.

"Aku-" Sooman menoleh pada Sehun yang mulai bersuara kembali. "-untuk kali ini aku akan mengikuti permainan kakek. Aku akan melanjutkan sandiwara ini sampai akhir."

"Anggap saja ini sebagai rasa terimakasihku karena Kakek tak menempatkan Kyungie hyung di tempat yang jauh." Setelah itu, Sehun melangkah pergi meninggalkan Kakeknya. Sooman tersenyum samar saat punggung Sehun hilang dibalik pintu.

"Untuk apa kau bersandiwara, jika kau benar-benar menyukai gadis itu."

***
Seunghwan's Home - 10.32 KST

Via berjalan pelan menuju ruang tamu sambil tangannya sibuk mengusap rambutnya yang basah. Setelah bertengkar dengan pikirannya selama hapir sejam untuk memutuskan apakah dirinya akan keramas atau tidak di cuaca dingin.

Semalam, adalah malam yang paling indah baginya. Dirinya tak pernah berfikir sedikit pun jika hidupnya akan berubah setelah tinggal di Korea. selama ini, ia menjalani kesehariannya layaknya gadis remaja pada umumnya. Namun, setelah ia berada di negara ini.... Semuanya berubah. Tidak buruk juga berada di Korea untuk lebih lama.

Via melengos sebentar mendapati suara berisik di ruang tamu. Pasti kakak perempuannya itu tengah menonton drama. Kasihan sekali dia. Pengantin baru tapi sudah ditinggal pergi oleh suaminya ke luar kota. Awas saja kau Seunghwan, Via akan dengan senang hati memiting lehermu saat kau sampai di rumah.

Meski Via tidak tahu apa arti dari sebaris kalimat yang terucap dari layar kaca. Tapi visualisasi yang ditampilkan di sana, membuat kebahagiaan Via menghilang seketika. Tubuhnya membeku. Ia tak dapat lagi menggerakkan kakinya.

Bukan sebuah drama yang tengah kakaknya tonton. Tapi sebuah berita. Berita sangat tak mengenakkan yang pernah Via ketahui. "Apa yang dikatakan oleh berita?"

Yoora menoleh, terkaget ketika menyadari Via berada di tepat di belakangnya. Dirinya langsung buru-buru mematikan televisi yang menyala tadi. "S...sejak kapan kau di situ? Sister kira kau masih tidur karena kau pulang larut sekali tadi malam."

Mata Via berkedip berkali-kali. Mencoba menyamarkan air mata yang hampir keluar. Pikirannya sudah tak berada di sana lagi. Ia bahkan tak merespon saat Yoora bertanya padanya.

"Sehun Krystal... berkencan?" ia bergumam lirih sambil bergerak tak menentu. Bagai orang linglung, ia memandang kosong ke lantai.

Yoora memegang kedua pundak adiknya untuk meternenangkannya. "Jangan panik, ini hanya sekedr gossip." Bisiknya lirih.

Perlahan, Via memandangnya. Gadis kecil itu sempat terdiam lama sambil memandang wajah khawatir milik kakaknya lama. Matanya berkedip kembali.

Via menepis tangan kakaknya agar menyingkir dari pundaknya. "Aku mau mandi..." katanya pelan. Lalu melangkah pergi menuju kamar mandi.

Setetes air mata jatuh menuruni mata indah milik Yoora saat melihat Via yang syok akibat berita tersebut. Gadis itu selalu tak bisa mengontrol dirinya saat tertekan. Rambut gadis itu bahkan masih basah. Menandakan dia baru saja mandi.

***

Via duduk di atas toilet. Dalam diam ia menangis sesenggukan. Matanya sudah basah sejak perjalanan menuju kamar mandi tadi. Tangannya bergerak menutupi mulutnya untuk meredam sesenggukan tersebut. Meski ia tak pernah mengeluarkan suara saat menangis, tetap saja ia perlu untuk melakukan hal tersebut.

Rasanya sakit saat tahu orang yang kau banggakan ternyata milik orang lain. Dan melalui berita, Via melihat bagaimana mesranya mereka. Potret bahagia seorang Sehun dan kekasih barunya, kini tersebar di internet. Dan Via hanya bisa menangis.

Ingin rasanya ia langsung berlari menuju rumah sebelah untuk mengumpat segala kata kasar pada lelaki tersebut. Namun, ia sadar akan satu hal. Dirinya hanya seorang penggemar. Penggemar yang beruntung bisa dekat dengan lelaki tampan itu hanya karena kakak tirinya menikah dengan salah satu managernya.

Segala pikiran tentang 'tidak buruk juga berada di Korea untuk lebih lama' langsung termentahkan kembali. Semua rasa bahagia yang ada kini terasa asing, hambar dan pahit. Ia ingin pulang. Ia ingin pergi jauh. Pergi ke tempat di mana ia tak bisa melihat lelaki itu. Dan tak mendengar namanya.

***

Busan - 14.07 KST

Kai mengusap kepala Janggu pelan setelah berhasil memasangkan tali di lehernya. Ia berhasil memasangkannya setela bertengkar dengan anjingnya itu selama kurang lebih 15 menit. Semua member dan staff sudah pergi meninggalkan Busan pagi tadi. Dan ia memilih untuk tetap tinggal. Karena ia sangat merindukan keluarganya. Juga ada seseorang yang tak ingin ia temui di sana.

"Apa ada masalah?" Noona-nya yang kedua tiba-tiba muncul di depannya. Berjongkok dan ikut mengelus Janggu dengan Jangah digendongannya. "Kenapa kau tetap tinggal?"

Kai menghindari tatapan mata kakaknya. Ia hanya diam saja dan fokus dengan Janggu. "Geurae... Arraseo... Ini bukan tugasku untuk bertanya hal macam-macam." Jongha berteriak kesal ketika adiknya beranjak pergi dari hadapannya -sambil membawa Janggu.

"Aku melihatnya-" Kakaknya berucap kembali, namun agak lirih. "-mengenai Soojung..."

Kai berhenti melangkah. Janggu yang semenjak tadi tidak sabar untuk pergi berjalan-jalan langsun menggonggong kecewa padanya.

"Kau tidak apa-apa? Noona tidak tahu jika kau sudah tak berhubungan lagi dengan gadis itu..." Jongha bersuara kembali saat hanya melihat Kai terdiam di tempatnya. "Sebenarnya... selama ini aku selalu iri padamu, karena aku kira kau sangat bahagia tinggal di Seoul..."

Jongha memandang punggung Kai yang tengah membelakanginya. Tubuh tegap itu, ia kira menyimpan sebuah kekuatan, ternyata... "Tapi... Noona tak tahu jika kehidupanmu melelahkan."

"Kemaren aku pergi ke lokasi syuting video klipmu dan mendapati fakta yang menyedihkan. Noona melihat bagaimana staff memperlakukanmu. Noona tahu semuanya sekarang. Jadi... jangan menyimpannya sendirian. Noona mu ini... punya bahu yang sangat kuat." Jongha menepuk pundaknya. Tanpa disadari, genangan air mata sudah menumpuk di pelupuknya.

Kai menoleh cepat. Melepas tali yang mengikat Janggu dari genggamannya. Dan ia langsung berlari untuk menenggelamkan tubuh kakaknya ke dalam pelukannya. Ya, benar kak... Meski aku hidup di kota, tapi aku tak pernah bahagia. Terimakasih telah menawariku bahu untuk menopangku.

***

Seoul - 16.45 KST

Mobil tersebut merangkak maju di ramainya kemacetan sore ini. Longsor di salah satu jalan utama menjadi salah satu penyebab. Krystal memandang jenuh ke luar jendela. Merasa bosan dengan segala ocehan manager perihal masalah hari ini.

Setelah berbagai bujukan, gadis tersebut akhirnya mau untuk keluar dari kamarnya dan melanjutkan rutinitas syutingnya. Hanya itu saja, sekedar mau dan bukannya benar-benar ingin. Mood nya menjadi sangat buruk ketika ia mendengar bahwa perusahaan mengonfirmasi hubungan -palsu-nya tanpa persetujuan dari Krystal.

Juga beberapa komentar pedas di sosial media miliknya, menjadi perusak suasana -meski presentase yang menyetujui hubungan tetap lebih banyak-. Yang menjadi masalah utama kali ini adalah, bagaimana ia bisa menghadapi Sehun sekarang. Ia benar-benar merasa bersalah karena telah membohonginya. Dan juga menyeretnya masuk ke masalahnya.

Setelah penantian yang cukup panjang, mobil yang ditumpanginya sampai juga di lokasi syuting. Krytsal langsung turun tanpa menghiraukan sang manager yang tengah sibuk dengan berbagai barang miliknya. Ia terlalu lelah. Krystal ingin segera menyelesaikan syuting hari ini dan pulang.

Dirinya berjalan dengan kepala menunduk. Langkah lesunya terhenti ketika melihat sepasang sepatu tengah menghalanginya. Ia pun mendongak dan plok ! Krystal terkaget mendapati wajah Sehun sedang menatapnya diikuti suara seperti sebuah benda yang menghantam sesuatu.
Lelaki di depannya itu langsung meraba punggungnya yang terlempari sesuatu. Krystal makin terkaget ketika menyadari bahwa benda tersebut menghantam tubuh Sehun. "Hiaksss... Sepertinya aku harus mandi setelah ini." Kata lelaki itu lirih setelah tahu benda menjijikkan itu adalah sebuah telur.

"Kau seharusnya tak berjalan dengan menunduk." Nasihatnya pada Krystal yang terdiam. Tangannya menunjukkan betapa menjijikkannya cairan telur yang kini menempel di bajunya dan meningalkan bau amis. "Hampir saja kau terkena lemparan tersebut." Sehun melirik ke arah lain dimana lemparan tersebut berasal. Seorang haters yang melakukannya.

"Sehun..."

"Kau tak apa kan?" Sehun dengan cepat memotong perkataannya. Dia langsung memeriksa ke seluruh tubuh gadis itu. "Huh... Syukurlah..." Dirinya bernafas lega saat tak ditemukan keganjilan apapun.

Krystal buru-buru mengulurkan tangannya dan memeluk Sehun erat. Ia sudah tak tahan lagi. Bgaimana bisa ia terus saja membohongi lelaki sebaik dia.

"Sehunnie... Mian..." tangsinya di dalam pelukan tersebut. "Aku tidak bermaksud seperti itu... Aku hanya... Aku hanya tak bisa berfikir cara lain untuk melindungi anggotaku..." Tangis itu akhirnya pecah. Sehun terdiam mendengarnya.

Tangan kanannya terangkat. Ia ragu apakah harus membalas pelukan itu atau tidak. Setelah tangannya menggantung cukup lama, akhirnya ia juga memeluk gadis mungil itu. Menenggelamkan wajahnya di ceruk lehernya.

"Gwaencanha... Asal kau baik-baik saja, aku tak apa."

***

EXO's Dorm - 18.23 KST

Sehun menutup pintu utama dengan kasar. Membuat beberapa member yang tengah berada di ruaang tamu langsung menoleh. Tanpa menghiraukan yang lain, Sehun mengambil duduk di salah satu kursi ruang tamu yang ada.

Dirinya terus saja mengusap wajahnya frustasi. Terlalu lelah dengan semua masalah yang muncul belakangan ini. Dan yang lebih menyebalkannya lag, tak ada seorang pun yang bisa Sehun salahkan. Bukan juga Krystal.

"Arghhhhhh...." Sehun berteriak tertahan. Beberapa membe yang sedang tak ingin mendpatkan kemarahan dari seorang Sehun pun langsung memilih opsi untuk pergi dari sana. Sehun menyenderkan seluruh tubuhnya ke kursi. Memandang langit-langit dengan tatapan kosong. Dia tak tahu harus berbuat apa.

Dengan sembarangan, ia menendang beberapa boneka yang ada di depannya. Dirinya langsung beranjak dari duduknya dan berjalan cepat, berniat menaiki tangga untuk berpindah ke kamar. Langkahnya terhenti ketika dirinya hampir saja menabrak seseorang di depannya.

Mata Sehun menatap orang tersebut marah. "Apa yang kau lakukan di sini?" katanya dingin.

Orang yang ada di depannya hanya diam mematung. Tak tahu harus menjawab apa. Lidahnya kelu mendapati aura dingin menakutkan yang ia dapati dari diri Sehun.

Sehun mendengus kasar ketika gadis di depannya hanya diam. "Mwo? Bagaimana kau bisa masuk ke sini dengan mudah."

"Apa kau ke sini karena mendengar sebuah berita yang menyakitimu? Lalu... kau ingin bertanya padaku langsung?" Sehun berkata dengan nada sinis. Ia menemukan seseorang untuk dapat ia salahkan.

"Siapa kau? Apa kau kira berhak menanyakan itu padaku? Apa kau kira hanya karena kau adik ipar dari managerku berarti kau bisa keluar masuk sini dengan mudahnya? Kau hanya 'fan'. Seperti apapun statusmu kau hanya fan. Dan kau terlalu lancing untuk mencampuri urusanku dan datang ke sini dengan seenaknya. Kau... kau harusnya tahu diri. Kau-"

"Geurae..." Gadis itu menjawab dengan cepat. Suaranya bergetar, ia kembali menangis dalam diam."Aku hanya seorang fan. Aku hanya penggemar yang beruntung bisa kau kenal hanya karena aku spesial." Gadis itu berkata dengan nada tinggi. Gantian Sehun yang terdiam.

"Aku hanya seorang penggema yang menghabiskan waktuku hanya untuk memikirkanmu, mendukungmu, menyayangimu lebih dalam."

"Aku hanya seorang fan yang menghabiskan waktu untuk mencari tahu dirimu lebih dalam. Melihat video mengenai dirimu sepanjang waktu. Menghabiskan uangku untuk membeli semua albummu."

"Geurae... Aku hanya setitik dari ratusan penggemar yang belum tentu kau sadari ada di kehidupan ini. Tapi-"

"-tapi tak bolehkah kita mengambil sedikit keuntungan dari semua yang telah kita lakukan? Tak bolehkah kita bermimpi menjadi kekasihmu meski itu hanya sekejap? Tak bolehkah kita tahu sedikit rahasia mengenai kalian?"

Gadis itu mengusap air matanya kasar. "Kenapa kita selalu dipanggil sebagai penganggu. Padahal kita hanya mengambil sedikit dari semua hal yang telah kami lakukan pada kalian. Aku tahu ini egois tapi kau seharusnya tidak milik siapapun karena kau milik bersama."

Gadis itu berlari keluar setelah mengeluarkan semua kata-katanya. Sehun terdiam, meresapi semua kata yang terlontar dari bibir itu.

"Kau terlalu kasar padanya, Sehunnaa..." Baekhyun datang dari arah dapur langsung menegur Sehun. "Dia ke sini bukan untuk mengorek informasi tentangmu. Dia hanya mengirim pudding buatan Yoora noona pada kita."

Hal yang dilakukannya sekarang, semakin menambah masalah yang ada. Ia harusnya berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Dasar Sehun bodoh. Mengapa kau harus berkata kasar pada penggemar pertamamu? Kau harusnya menjaganya dengan baik di saat seperti ini.

Dan dengan gerakan lambat, Sehun melangkahkan kakinya untuk menyusul Via. Dia harus meminta maaf.

***

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 44.9K 20
Maaf... Aku tidak pantas menyebutkan kata itu sebenarnya...
8M 871K 120
[CERITA MASIH LENGKAP] "Ayah, Jina mau bunda!" Jeno itu duda beranak satu. Di umurnya yang tergolong masih muda, dia harus berperan menjadi Ibu dan A...
68.4K 8.3K 44
Seo Joo Hyun, dokter muda berusia 21 tahun, yang menikah dengan seorang siswa kelas tiga SMA bernama Cho Kyu Hyun yang terkenal dengan julukan si pen...
I'm Your Fan By D

Fanfiction

387K 63.6K 56
[SEGERA TERBIT] Pencapaian besar seorang penggemar adalah bertemu dengan idolanya. _________________________________ Katanya ketika kamu mencintai s...