GEOGRA

De iceynda

2.4M 102K 4.1K

Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat... Mai multe

PROLOG
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 48
CHAPTER 49
CHAPTER 50
CHAPTER 51
CHAPTER 52
CHAPTER 54
EPILOG
EXTRA CHAPTER

CHAPTER 53

35.9K 1.8K 125
De iceynda

Usapan lembut di puncak kepala mengusik Zeyra dari tidurnya. Kelopak mata gadis itu terbuka menampilkan netra cokelat yang indah. Sudut bibirnya terangkat begitu mengetahui sosok pelaku yang telah membuatnya terbangun.

Sang pelaku menampilkan ekspresi tak tega melihat wajah sayu Zeyra. Sebelah tangan Geora tak berhenti bergerak mengusap lembut rambut gadisnya. Wajah tampan lelaki itu mendekat, mengecup kedua pipi Zeyra secara bergantian.

“Maaf membangunkanmu. Dokter akan datang memeriksamu,” bisiknya, serak.
Zeyra mengangguk singkat. Dia bangkit untuk merubah posisi tidurnya menjadi duduk dibantu oleh Geogra. Tak lama seorang dokter dan suster memasuki ruangan. Geogra mau tak mau sedikit menjauh membiarkan dokter wanita itu memeriksa kondisi Zeyra.

“Bagaimana keadaanya?” tanya Geogra.

Sang dokter tersenyum kecil menatap Zeyra. “Benturan di kepala Nona Zeyra tidak mengakibatkan luka yang serius. Kondisi Nona sudah dikatakan sangat baik sekarang.”

Kedua bola mata Zeyra tampak berbinar mendengar ucapan dokter tersebut. Dokter pun mengatakan bahwa dirinya sudah diperbolehkan untuk pulang.

“Baik, terima kasih, Dokter,” balas Zeyra. Sang dokter mengangguk lantas berpamitan sebelum keluar ruangan diikuti suster.

“Kau dengar apa yang diucapkan oleh dokter, hm?” Geogra mendekat, mengulurkan tangan mengusap sisi wajah Zeyra. Gadis itu mengangguk antusias. Geogra terkekeh dibuatnya. Lelaki itu tidak tahan untuk mencubit gemas pipi Zeyra. “Hari ini kau sudah boleh pulang. Tetapi sebelum itu, kau harus sarapan dulu lalu minum obat.”

“Iya, Geo.”

Good girl,” ucap Geogra. “Tunggu sebentar. Suster akan membawakan sarapan untukmu.”

Tak lama, suster datang membawakan nampan berisi makanan untuk sarapan Zeyra. Setelah melakukan tugasnya, suster tersebut lantas keluar ruangan.

“Makanlah,” ujar Geogra, lelaki itu menyiapkan satu gelas kosong lalu diisi dengan air putih untuk Zeyra minum. Gelas tersebut ia letakkan di atas nakas. Satu alis lelaki itu terangkat ketika melihat raut muka Zeyra yang lesu. Gadis itu hanya terdiam memandangi bubur sembari memainkan sendok, mengaduk-aduk bubur.

“Zeyra,” panggil Geogra. Dia menarik kursi, mendudukkan diri di sana. Geogra mengulurkan tangan, menyentuh lembut punggung tangan Zeyra. Gerakan gadis itu terhenti sejenak. “Kenapa belum dimakan?”

Zeyra meneguk ludah. Sekali lagi ia menatap bubur di hadapannya. Bibir gadis itu mengerucut. “Zey tidak suka bubur.”

Geogra mengernyit. “Tidak suka?”

Zeyra mengangguk kaku.

Laki-laki itu menghela napas pelan. “Mau kusuapi?” tawarnya. Zeyra gelagapan saat Geogra langsung mengambil alih mangkuk bubur dan sendok dari tangannya.

"T-tidak usah," tolak Zeyra cepat.

"Kau harus makan, Zeyra," ujar Geogra, wajahnya mulai menampilkan ekspresi datar. Itu berarti ucapannya harus dilakukan. Sifat pemaksa laki-laki itu memang tidak bisa hilang. Seperti sudah mendarah daging.

Zeyra menunduk, memainkan jemarinya. Bukannya ia manja atau bagaimana sampai-sampai tidak mau makan. Tetapi Zeyra memang benar tidak suka bubur. Apalagi makanan di rumah sakit itu semuanya terasa hambar. Tidak enak bagi Zeyra.

Dagu gadis itu terangkat kala tangan kekar Geogra menyentuhnya. Tatapan Geogra melembut saat menatapnya. "Makan sedikit tidak apa-apa. Asalkan perutmu terisi. Setelah itu kau boleh makan apapun," bujuknya.

Dari nada suara, ekspresi beserta sentuhan sangat berbeda. Geogra memperlakukan Zeyra sangat lembut dari biasanya. Tidak ada lagi ekspresi datar, kasar dan tatapan tajam.

Masih dengan bibir mengerucut, Zeyra mengangguk lemah. Sebenarnya sejak kemarin ia menahan diri untuk tidak memuntahkan makanan dari rumah sakit yang masuk ke dalam mulutnya.

Sudut bibir Geogra terangkat, membentuk senyum tipis. Ingin sekali mengecup bibir mungil yang berwarna pink itu karena gemas. Geogra mulai menyuapi bubur tersebut pada Zeyra.

Saat makanan itu berhasil masuk ke dalam mulut Zeyra. Gadis itu mengunyah pelan. Tenggorokannya tercekat, rasanya sulit untuk ditelan.

"Bagaimana? Apakah tidak enak?" tanya Geogra, dia baru menyadari ekspresi Zeyra yang terlihat sedang menahan sesuatu. Zeyra menggelengkan kepala ketika Geogra hendak menaruh mangkuk bubur ke atas nakas.

"Zey ingin disuapi lagi," ucap Zeyra. "Tapi sedikit saja ya?"

"Baiklah, tiga kali lagi. Apa itu cukup, hm?" tanya Geogra, menyelipkan rambut Zeyra yang menghalangi wajahnya ke belakang telinga. Mendapat anggukan gadis itu, Geogra kembali menyuapi Zeyra.

Tiga kali suapan bubur itu telah selesai. Zeyra meneguk air putih dengan terburu-buru saat rasa mual tiba-tiba datang. Zeyra tersedak, ia terbatuk-batuk lantas menjauhkan gelas di tangannya yang langsung ditangkap oleh Geogra.

"Pelan-pelan," kata Geogra, tak suka. Dia mengusap pelan punggung gadis itu. Dirasa sudah tenang, Geogra membawa telapak tangannya mengusap sudut bibir Zeyra. "Sudah?"

Tubuh Zeyra menegang seketika. Apalagi wajah Geogra sangat dekat dengannya. Jantung gadis itu berdebar-debar. Seketika Zeyra gugup.

"Sudah, Geo," balas Zeyra.

"Ada sesuatu yang kau inginkan?"

Zeyra berpikir sejenak. Kemudian tiba-tiba teringat tentang Rashelyna. Zeyra menjadi ragu. Apakah ia boleh bertemu dengan wanita yang tak lain adalah ibu Geogra? Zeyra sangat ingin menemui Rashelyna.

Mengingat raut wajah shock Rashelyna saat kedok Camela terbongkar. Ditambah wanita itu langsung tak sadarkan diri membuat Zeyra dilanda gelisah. Gadis itu tidak tenang. Dia takut terjadi sesuatu pada Rashelyna. Apalagi Rashelyna tengah mengandung. Zeyra harap mereka baik-baik saja.

Telapak tangan yang menyentuh pipinya membuyarkan lamunan Zeyra. Gadis itu mendongak menatap Geogra yang juga tengah menatapnya intens.

"Ada apa? Kau baik-baik saja? Ada yang sakit?" tanya Geogra, khawatir. Laki-laki itu mendudukkan diri di sisi bangsal. Memperhatikan dengan seksama raut muka Zeyra. Gadis itu seperti tengah cemas. "Apa yang sedang kau pikirkan?"

Entah mendapat keberanian dari mana, perlahan Zeyra memegang tangan Geogra. Menatap laki-laki itu dengan penuh harap. "Geo, Zey ingin bertemu Mom Rashel."

Sejenak Geogra terdiam mendengar permintaan gadisnya. Laki-laki itu tersenyum tipis. "Kau ingin menemuinya?"

Kepala Zeyra mengangguk cepat. "Iya, Geo. Bolehkah?"

"Baiklah," jawab Geogra. Kedua bola mata Zeyra tampak berbinar. Dia sampai mengeratkan pegangannya. "Tapi ada syaratnya."

"Apa itu?" tanya Zeyra. Dia menjadi antusias, tidak sabar untuk bertemu Rashelyna. Geogra dibuat terkekeh melihatnya. Namun sedetik kemudian ekspresi Geogra berubah sendu.

"Berjanjilah. Kau tidak akan pergi meninggalkanku."

Zeyra tertegun mendengar syarat yang diajukan oleh Geogra. Menatap sorot mata laki-laki itu. Ekspresi Geogra seolah menunjukkan bahwa dia tengah mengkhawatirkan sesuatu. Entah apa itu.

"Apapun yang terjadi, kau tidak akan pergi. Berjanjilah, Sayang," ujar Geogra. Menatap Zeyra dengan raut memohon. Laki-laki itu menggenggam tangan Zeyra. Lalu menempelkan tangannya di dada lelaki itu.

"Kau merasakannya?" tanya Geogra. Zeyra mematung begitu telapak tangannya merasakan detak jantung Geogra yang berdegup kencang. "Ini terjadi saat aku berada di dekatmu. Bukti bahwa aku mencintaimu, Zeyra."

Lalu tanpa aba-aba, Geogra menarik Zeyra ke dalam pelukan. "Aku tidak sanggup membayangkan jika kau pergi dariku lagi."

Geogra tahu, dia egois. Sejak dulu, dia selalu mengikat Zeyra agar terus bersamanya. Tanpa tahu bahwa laki-laki itu sendiri menorehkan luka untuk gadisnya. Tetapi rasa cintanya benar-benar tulus. Dia tidak ingin kehilangan Zeyra. Dia begitu mencintai gadis itu, pujaan hatinya.

"Maaf, maafkan aku," bisik Geogra, serak. Jika Geogra tidak tahan, mungkin laki-laki itu sudah menumpahkan air matanya. Katakanlah Geogra lemah. Namun, ya. Dia mengakuinya. Kelemahan Geogra adalah Zeyra.

Geogra menarik diri, kedua tangannya memegang pundak Zeyra. Mata laki-laki itu memerah. "Hukum aku sepuasmu. Hukum aku untuk menebus kesalahan yang telah kuperbuat padamu."

"Tapi, kumohon. Jangan tinggalkan aku, Zeyra," ucap Geogra. Laki-laki itu benar-benar sedang dilanda ketakutan. Dia berfirasat seperti akan terjadi sesuatu yang buruk setelah ini.

Zeyra memandang Geogra dengan raut muka sedih. Telapak tangan gadis itu menyentuh pipi Geogra, mengusapnya pelan. Kedua mata Geogra terpejam menikmati usapan lembut itu. Zeyra mendekat, kemudian mengecup pipi laki-laki itu membuat Geogra langsung membuka mata.

"Zey berjanji tidak akan meninggalkan Geogra. Zey sudah memaafkan Geo," jawab Zeyra, tersenyum kecil. Lalu hal yang semakin membuat Geogra terkejut adalah saat gadis itu membawa tangannya menyentuh dada Zeyra. Bisa Geogra rasakan, detak jantung gadis itu berdegup kencang, sama halnya seperti Geogra.

"Geogra juga merasakannya, kan?" ucap Zeyra. "Sama seperti Geo. Ini sering terjadi saat Zey berada di dekat Geo," lanjutnya.

"Zey rasa..." Zeyra menjeda kalimatnya, dia menarik napas kemudian menghembuskan secara perlahan. Zeyra memberanikan diri untuk berkata, "Zey mencintai Geo."

Geogra mematung. Tubuhnya menegang mendengar sesuatu yang tak terduga keluar dari mulut gadis itu. Zeyra menyatakan cinta padanya. Gadis itu mencintainya.

Jantung Geogra semakin berdetak tak karuan. Dadanya yang sedari tadi menahan sesak kini entah mengapa seperti terbebas. Ada perasaan yang membuncah dalam diri Geogra. Laki-laki itu sungguh senang saat mendengarnya. Kalimat yang ia tunggu-tunggu akhirnya bisa Geogra dengar.

Bahkan Geogra tidak bisa menahan diri untuk tersenyum. Bukan senyum tipis lagi, melainkan senyum lebar yang membuatnya terlihat sangat tampan.

"Kau mencintaiku?" tanya Geogra, memastikan.

Zeyra terkekeh kecil melihat reaksi Geogra yang menurutnya lucu. "Iya, Geo."

Laki-laki itu kembali menarik Zeyra ke dalam pelukan hangatnya. Ia mencium puncak kepala Zeyra, menghirup aroma gadis itu yang memabukkan. "Terima kasih, Sayang."

Geogra menciumi seluruh wajah Zeyra membuat gadis itu tertawa geli. Sorot mata bahagia terpancar di netra gelap milik Geogra. Lelaki itu mendekatkan wajahnya, menatap benda mungil yang sejak tadi menarik perhatiannya.

Napas Geogra berhembus menerpa wajah Zeyra. Gadis itu memundurkan kepala, gugup. Semburat merah muncul di kedua pipinya. Spontan Zeyra menutup mata. Seperti mendapat lampu hijau, Geogra hendak menyentuh benda mungil tersebut.

"Hatcim!"

Pergerakan Geogra terhenti seketika. Secara bersamaan mereka berdua membuka mata dan saling tatap. Zeyra segera menutup mulut dengan mata yang berkedip-kedip.

"M-maaf," ucap Zeyra, merasa bersalah.

Geogra mengulum bibir menahan tawa. Lantas lelaki itu menempelkan keningnya di kening Zeyra. Hidungnya bergesekan dengan hidung gadis itu.

"Baby, mengapa kau sangat menggemaskan, hm?" ujar Geogra, tersenyum. "I love you."

Zeyra tersenyum malu-malu. Dia sedikit menurunkan pandangan. "I love you too."

***

Setelah memastikan kembali bahwa Zeyra sudah baik-baik saja. Mereka berdua kini tengah dalam perjalanan pulang menuju mansion.

Genggaman tangan sepasang kekasih itu tak pernah lepas. Bahkan Geogra sejak tadi terus menempel di sisi Zeyra. Tak segan-segan lelaki itu menunjukkan sikap manja pada kekasihnya begitu pun Zeyra.

Geogra menepuk pundaknya. Zeyra yang paham akan maksud laki-laki itu langsung saja menyenderkan kepalanya di pundak Geogra. Kedua tangannya melingkari sebelah lengan kekar Geogra.

"Apa kau ingin sesuatu?"

"Tidak, Geo. Zey hanya ingin cepat-cepat sampai di mansion dan bertemu Mom. Zey sangat merindukan Mom."

Geogra mengecup puncak kepala gadis itu. "Baiklah. Jika kau merasa lelah, tidur saja. Nanti akan aku bangunkan." Zeyra mengangguk mengerti.

Tak membutuhkan waktu lama. Mobil yang ditumpangi mereka telah sampai berada di pekarangan mansion. Sang supir yang ditugaskan untuk menjemput Geogra segera beranjak turun. Membukakan pintu untuk tuannya.

Geogra turun lebih dulu, lantas sedikit berlari memutar, membukakan pintu untuk Zeyra. Gadis itu mengulum bibir menahan senyum. Tidak tahu saja tindakan kecil yang Geogra lakukan membuatnya salah tingkah.

"Terima kasih, Geo," ucap Zeyra.

"Sama-sama, Sayang," balas Geogra. Mencuri kecupan di pipi gadis itu. Geogra lantas menggenggam tangan Zeyra. Mereka melangkah memasuki mansion.

Sang supir yang tak sengaja melihat interaksi tuannya bersama Zeyra seketika mengedipkan mata tak percaya. Apakah benar lelaki yang bersikap romantis itu adalah Geogra?

"Zeyra? Benarkah itu kau?" Bu Inah membeku, berdiri di depan pintu.

Zeyra tersenyum menatap Bu Inah. "Ibu. Iya, ini Zey."

Lantas Bu Inah segera melangkah sedikit berlari menghampiri Zeyra, memeluk gadis itu dengan sangat erat. Suara isak tangis terdengar dalam pelukannya. "Kau ke mana saja, Nak? Ibu sangat mengkhawatirkanmu."

Zeyra melirik ke arah Geogra, meminta izin pada laki-laki itu untuk melepas genggaman tangannya. Geogra menghela napas pelan, dia mengangguk singkat walau sedikit tak rela.

Gadis itu membalas pelukan Bu Inah tak kalah erat, dia juga sama rindunya. "Maafkan Zey, Bu."

Bu Inah menarik diri, dia memegang kedua sisi wajah Zeyra. "Syukurlah kau baik-baik saja. Ibu sampai tidak bisa tidur karena terus memikirkanmu. Bahkan Fani juga."

Zeyra merasa bersalah dan tidak enak hati. "Maaf, Bu. Zey hanya sedang ingin menenangkan diri. Maaf telah membuat kalian khawatir."

"Tidak apa-apa, Nak. Yang penting sekarang kau sudah kembali."

Geogra berdehem singkat menginterupsi keduanya. Bu Inah yang tersadar seketika menunduk sopan.

"Ah, maaf Tuan sudah membuat Anda menunggu. Silakan masuk. Tuan bersama Nyonya besar sudah menunggu di dalam "

Bu Inah mempersilakan Geogra untuk masuk. Sebelum Geogra membawa langkahnya memasuki mansion, dia terdiam sebentar. Meraup wajahnya kasar. Hatinya mendadak gusar.

Sentuhan lembut di tangannya menyadarkan Geogra. Laki-laki itu terpaku melihat senyum manis yang terpatri di wajah cantik kekasihnya.

"Tidak apa-apa. Ayo kita masuk," ujar Zeyra, menenangkan.

Geogra menghembuskan napas pelan. Dia meraih tangan Zeyra untuk digenggam. Kemudian keduanya mulai melangkah masuk diikuti oleh Bu Inah.

Saat memasuki ruang tengah, mereka langsung saja melihat Arkielga, Rashelyna dan juga Giselle yang tengah duduk di sofa.

Giselle mengedipkan mata berulang kali sebelum berteriak lantas berlari menuju Zeyra. "Kak Zey!" pekiknya. Dia memeluk Zeyra sembari menangis.

"Giselle," bisik Zeyra, lembut. Membalas pelukan gadis itu.

"Kak Zey ke mana saja? Kami semua sangat mengkhawatirkanmu."

"Maaf Giselle," ujar Zeyra penuh sesal.

"Zeyra," panggil seseorang dengan suara lemah. Zeyra menguraikan pelukan, menatap seorang wanita yang berada di depannya dengan pandangan sendu.

"M-mom."

"Zeyra, Sayang. Kemarilah," ujar Rashelyna. Wanita itu sudah berlinang air mata, memandang Zeyra dengan sorot tak percaya. Zeyra melangkah mendekat, dirinya langsung berhambur ke pelukan Rashelyna.

"Ini kau, kan, Zeyra?" tanya Rashelyna, terisak kecil. Memeluk seorang gadis yang sudah ia anggap sebagai putrinya. "Zeyra, betapa Mom sangat mengkhawatirkanmu. Kau ke mana saja, Nak? Kau tahu? Mom selalu mencemaskanmu. Mom takut terjadi sesuatu yang buruk padamu."

Napas Zeyra tercekat mendengarnya. Cairan bening lolos dari pelupuk mata. Berulang kali ia menggumamkan kata maaf pada Rashelyna.

Rashelyna menguraikan pelukan. Mengusap air mata di pipi Zeyra dengan sayang. Wanita itu memeriksa seluruh tubuh Zeyra.

"Apa kau baik-baik saja? Tidak ada sesuatu yang buruk terjadi padamu, kan? Tidak ada seseorang yang berniat mencelakaimu, kan?"

Zeyra menggelengkan kepala sembari menangis. Tidak menyangka bahwa Rashelyna sangat peduli padanya. Wanita itu lantas kembali memeluk Zeyra sembari mengucapkan syukur karena Zeyra baik-baik saja.

Semua orang yang menyaksikan itu tak bisa menahan rasa sedih dan juga terharu di waktu yang bersamaan. Fani bersama Bu Inah yang berdiri di sudut ruangan menampilkan ekspresi sendu.

"Akhirnya Zey kembali, Bu. Aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri jika terjadi sesuatu pada Zeyra," ujar Fani. Dia turut merasa bersalah. Saat di mana sebelum Zeyra pergi meninggalkan mansion, dia sama sekali tidak menemui dan menjelaskan yang sebenarnya kepada Zeyra.

Tidak ada yang tahu bahwa ternyata Fani ikut andil dalam rencana Arkielga dan Geogra. Pelayan muda itu yang sudah mengumpulkan bukti-bukti rekaman tentang kelakuan busuk Camela selama ini.

"Mom." Geogra yang sejak tadi berdiri di belakang Zeyra akhirnya mengeluarkan suara.

Tatapan Rashelyna tertuju pada putranya. Seketika dia melepas pelukan kemudian menarik Zeyra agar berdiri di belakangnya. Kening Rashelyna mengerut melihat keberadaan Geogra. Sikap Rashelyna yang seperti itu membuat tubuh Geogra menegang.

"Mom," panggil Geogra dengan suara beratnya yang bergetar.

"Untuk apa kau datang kemari?" tanya Rashelyna. Geogra terkejut begitu mendengar nada bicara ibunya yang dingin. Bahkan tatapan wanita itu menyorot tajam padanya.

Geogra berjalan mendekat, hendak meraih tangan Rashelyna tetapi wanita hamil itu langsung menjauh. Seolah enggan disentuh oleh putranya. Jantung Geogra seakan berhenti berdetak.

"Maafkan aku, Mom. Maaf." Geogra menelan ludah kasar. Perlakuan Rashelyna padanya barusan memperlihatkan betapa marahnya wanita itu.

"Seharusnya kau tidak ada di sini," ujar Rashelyna, dingin. "Kau harus bertanggung jawab atas sikapmu, Geogra!"

Arkielga mengusap lengan istrinya guna menenangkan. "Sayang, jangan emosi."

Geogra segera berlutut di bawah kaki Rashelyna membuat wanita itu terkejut.

"Apa yang kau lakukan?!"

"Maafkan Geo, Mom. Aku mengaku bersalah. Tidak seharusnya Geo seperti itu," ujar Geogra menunduk. Tidak kuasa melihat raut kecewa sang ibu. "Geo akan menerima hukuman apapun untuk menebus kesalahan yang telah Geo perbuat."

"Berdiri!" kata Rashelyna tegas. Dengan bahu melemas, Geogra berdiri menghadap Rashelyna. Ingin rasanya Geogra menghapus air mata dan memeluk sang ibu.

Semua orang membekap mulut begitupun Zeyra ketika suara tamparan keras terdengar.

Wajah Geogra tertoleh ke samping dengan rasa panas yang menjalar di sekitar pipinya. Laki-laki itu memejamkan mata. Rasa sesak kian menghantam dadanya. Dia tidak percaya, hari di mana Rashelyna marah besar sampai-sampai melayangkan tangan padanya akan terjadi seperti saat ini.

"Geogra!" pekik Zeyra.

Rashelyna menatap sebelah tangannya dengan gemetaran. Tubuhnya melemas, hampir terjatuh jika saja Arkielga tidak menahannya. Arkielga mendekap erat istrinya.

"Aku menamparnya, Kiel," ucap wanita itu, menutup mulut. Dia menangis. Rasa kecewanya pada Geogra membuat Rashelyna tidak bisa mengontrol amarahnya.

"Ssst, tidak apa-apa."

Tatapan Rashelyna beralih pada sang putra yang kini menatap dirinya sendu. "Mom sangat kecewa padamu, Geo. Mom tidak menyangka, putra yang sangat Mom percaya akan melakukan kesalahan yang fatal."

"Kau sadar apa yang sudah kau perbuat? Mom tidak percaya, ternyata kau lah dalang dibalik perundungan Zeyra saat di sekolah. Kau juga yang membuat Naden masuk rumah sakit."

Rashelyna menjeda ucapannya.

"Apa kau sudah merasa hebat hingga melakukan hal yang buruk seperti itu, Geogra?" tanya Rashelyna dengan raut penuh kekecewaan. Dia tidak bisa membendung rasa sedihnya. Merasa gagal menjadi sosok ibu yang telah mendidik anaknya.

Geogra menggelengkan kepala. "Tidak, Mom. Maafkan aku." Laki-laki itu ingin mendekat namun dicegah oleh sang ayah.

"Aku akan menanggung semuanya. Aku akan menerima hukuman."

Geogra melirik ke arah Zeyra. Gadis itu menggelengkan kepala sembari terisak kecil. Laki-laki itu tersenyum tipis. Lantas kembali memandang sang ibu.

"Aku akan menyerahkan diri."

Mata Arkielga seketika melotot mendengar penuturan sang anak. "Apa yang kau maksud?"

Geogra menghela napas. "Aku siap mendekam di penjara untuk merenungi kesalahanku."

"Apa kau gila?!" ucap Arkielga.

"Ya, apapun akan aku lakukan. Jika itu membuat Mom memaafkanku," ujar Geogra. Tanpa berkata lagi, dengan berat hati ia berbalik melangkah keluar.

"Kak Geo!" teriak Giselle.

Zeyra menggelengkan kepala ribut. "Tidak, Geo!" Gadis itu berlari memeluk tubuh Geogra dari belakang. Mencegah lelaki itu agar tidak pergi. "Jangan lakukan itu."

Langkah Geogra terhenti. Dia memejamkan mata. Menarik Zeyra dari belakang agar menghadapnya. Laki-laki itu mengusap air mata di pipi gadisnya.

"Jangan menangis. Aku tidak akan lama. Aku hanya pergi sebentar, okay?"

"Tidak mau. Jangan tinggalkan Zey, Geo," bisik Zeyra, memeluk lelaki itu erat.

"Aku harus pergi, Sayang. Aku berjanji, kita akan bertemu kembali. Biarkan aku menerima hukuman untuk menebus kesalahanku."

"Tidak, Geo. Zey sudah memaafkan Geogra."

Geogra menarik sudut bibirnya. Dia menangkup wajah Zeyra. Tatapan mereka bertemu. Geogra mengusap wajah kekasihnya itu dengan lembut. Berat rasanya meninggalkan gadis yang dicintainya ini. Tetapi perilakunya yang buruk pada Zeyra di masa itu tidak akan pernah terlupakan. Entah sudah berapa kali dia menyakiti Zeyra. Geogra bahkan tidak bisa memaafkan dirinya sendiri.

"Maafkan aku, Zeyra," ujar Geogra. Laki-laki itu mengecup kening Zeyra lantas memeluknya erat. "Tapi aku harus pergi."

"Jangan pergi!" cegah Zeyra. Enggan untuk melepas pelukan. "Zey tidak mau!"

Geogra melepas Zeyra secara paksa. Dia menyesal melihat gadisnya menangis. Sangat tidak tega. Tetapi pilihannya kali ini lebih baik.

Sekali lagi Geogra menoleh, menatap sang ibu yang tengah memeluk ayahnya.

"Maafkan aku, Mom," ucapnya sebelum berbalik dan hendak melangkah keluar dari ruangan. Namun langkah itu terhenti saat Rashelyna bersuara.

"Aku akan memaafkanmu."

"Sebagai gantinya, berikan Mom dan Zeyra waktu. Biarkan Zeyra tinggal bersama kami. Kau dilarang menemuinya sampai Zeyra lulus. Itu sebagai hukumanmu."

***
To be continue

Sepertinya chapter berikutnya ending nih guys. Aku gak kasih konflik terlalu berat takut bikin kalian pusing wkwk jadi yauda segini aja.

Continuă lectura

O să-ți placă și

11K 1.7K 26
"Kita udah pernah nyoba sekali, lalu kita berakhir gagal. Tapi ternyata di antara mereka yang datang ke hidup aku dan kemudian memilih pergi meningga...
GARVIN De Akuu Anaa☻

Ficțiune adolescenți

5.5M 632K 56
"Garvin, udah mau belum jadi temen Rubby?" "Lo tanya itu terus, nggak bosen?" "Nggak! Rubby nggak bakal berhenti tanya sampai Garvin mau jadi temen R...
ALBARA [END] De 🕊️☁️

Ficțiune adolescenți

11.6M 1M 60
Albara Sabian Vernandez, mendatangi seorang gadis yang kenal Bara saja tidak. Ia langsung menjadikan gadis itu miliknya di depan semua orang yang ada...
1K 131 6
"Om Gula ganteng banget sih, liatin dia gini, gue berasa lagi natap Sehun.. jodoh gue." gumam Sakura sembari bertopang dagu menatap laki-laki dewasa...