Sasaeng Fans [EXO]

By ismi_h

507K 30.6K 1.6K

Ada dua sisi berbeda dari sang oppa. Sisi yang ada di depan layar kaca. Dan, Sisi yang ada di belakang layar... More

Teaser/Prolog
Serpihan 1
Serpihan 2
Serpihan 3
Serpihan 4
Serpihan 5
Serpihan 6
Serpihan 7
Serpihan 8
Serpihan 9
Serpihan 10
Serpihan 11
Serpihan 12
Serpihan 13
Serpihan 14
Serpihan 15
Serpihan 16
Serpihan 17
Serpihan 18
Serpihan 19
Serpihan 20
Serpihan 22
Serpihan 23
Serpihan 24
Serpihan 25 (a)
Serpihan 25 (b)
Serpihan 26 (a)
Serpihan 26 (b)
Serpihan 26 (c)
Serpihan 26 (d)
Serpihan 27 (a)
Serpihan 27 (b)
Serpihan 27 (c)
Serpihan 27 (d)
Epilog
Tao Story
Kris Story
Suho Story
Lay Story
Xiumin Story
D.O Story
Baekhyun Story
Chen Story
Chanyeol Story
Luhan Story
Kai Story (bagian 1)
Kai Story (bagian 2)
Sehun Story (bagian 1)
Sehun Story (bagian 2)
Sehun Story (bagian 3)
Via Story
Sasaeng Fans [2]
pengumuman !
Gadis dalam Almari

Serpihan 21

7K 493 8
By ismi_h

Serpihan 21

Walking with a friend in the dark is truly better than walking alone in the place full of light. -Tao-

Malaysia - 15.03 malay's time.

Youngmin memejamkan matanya. Mencoba melepas penat setelah beberapa hari kemaren bekerja keras untuk proyek terbarunya antara sebuah perusahaan Malaysia dengan SM Company. Suara ketukan di pintu membuatnya membuka mata kembali.

Sungjae, asistennya membungkuk hormat sebelum berbicara. "Semua pekerjaan kita di Malaysia sudah selesai. Kita bisa pulang sore ini juga."

Youngmin terdiam lama memandangi Sungjae. Ia ingin mengatakan sesuatu, namun ragu. "Kenapa, hyung?" Sungjae bertanya kembali dengan nada biasa saat dirasa Youngmin ingin mengatakan sesuatu.

"Sungjae..." Youngmin mulai memantapkan hatinya. "Bisakah kita mampir ke Indonesia sebentar dan pulang ke Korea esok hari?"

Sungjae tercengang mendengar perkataan yang terlontar dari mulut Youngmin. "Hyung..."

"Boleh kan?" bujuk Youngmin pelan.

Sungjae pun hanya bisa mengangguk tatkala mendapati tatapan sedih nan rapuh yang Youngmin berikan padanya. "Tapi kita hany-"

"-kau tak usah khawatir." Youngmin memotong cepat apa yang ingin Sungjae katakan. Ia sudah tahu. Bahkan terlalu tahu. "Aku tak mungkin berbuat macam-macam pada raga yang bahkan sudah tak ada lagi di dunia ini."

"Aku hanya ingin bertemu dengannya... Meski itu hanya sebentar."

***

Lokasi Syuting - 16.58 KST

"Seunghwan..." Im Hunkyung berteriak dengan nafas tersengal akibat berlari. "Tao... Tao menghilang." Teriak manager EXO-M itu panik. Semua kru, staff dan juga para member tercengang mendengarnya.

"MWO?" teriak Seunghwan histeris. "Bagaimana bisa menghilang? Bukankah tadi dia hanya ijin ke kamar mandi?"

Hunkyung mengangguk cepat, masih mengatur nafasnya yang terengah. "Aku tahu. Maka dari itu aku mencarinya ke sana saat ia tak kunjung kembali. Tapi, dia tak ada di sana. Dia tak ada dimanapun aku mencari."

Seunghwan menghela nafas lelah. Pening mendadak menyerang. Kenapa anak ini harus menghilang di saat seperti ini. Dia terlihat baik-baik saja tadi. Apa yang terjadi sebenarnya? Semua pikiran itu berkecamuk di pikirannya.

"Semuanya hentikan proses syuting." Perintahnya tegas. "Kita cari Tao sampai ketemu." Katanya sambil mencoba untuk menghubungi nomor Tao. Ia langsung mengumpat sebal saat nomor yang dituju sedang tidak aktif.

Suasana menjadi semakin ricuh saat Seunghwan mengumandangkan perintah tersebut. Semua orang yang ada di lokasi syuting langsung berhamburan untu mencari dimana Tao berada. Begitu juga Lay, lelaki itu langsung berubah panik sejak manager mengatakan Tao menghilang.

Ia melangkah maju untuk beranjak dari tempatnya sekarang. Namun, cekalan kuat dari tangan Luhan mengalihkan kepanikannya sejenak. Ia menoleh cepat ke arah Luhan. Wajahnya langsung berubah makin panik saat melihat wajah pucat pasi lelaki itu. Matanya yang redup-redam bagai menahan pening hebat membuat Lay terpekik tertahan.

"Lu..."

Luhan langsung mencekal tangan Lay semakin kuat saat menyadari lelaki itu akan berteriak. Ia menggeleng lemah, memperingati bahwa teriakannya akan mengalihkan perhatian orang-orang kepadanya.

"Aku ingin muntah..." rintihnya pelan. "Bawa aku pergi sekarang."

Dan dengan gerakan perlahan, Lay membawa Luhan pergi dari kebisingan orang yang tengah berusaha mencari Tao. Ia bergerak perlahan agar tak menimbulkan perhatian. Tapi... tanpa mereka sadari, ada sepasang mata lain yang menyadari sejak awal.

***

Mulut Xiumin terbuka lebar. Ia tercengang ketika mendapati salah satu rekannya kini terlihat tengah memuntahkan sesuatu di wastafel toilet hotel. Dibantu dengan Lay yang mengurut punggungnya, suara batuk dari mulut Luhan menggema di seluruh ruangan.

Xiumin berjalan mendekat. Rasa curiganya akan wajah Luhan yang terlihat pucat beberapa hari belakangan terbayar sudah. Ia mengernyit nyeri saat mendengar Luhan tengah berjuang di depan wastafel. Lelaki itu mulai terlihat melemah.

"Sejak kapan kalian menyembunyikan ini?" Xiumin langsung berkata dengan geram. Lay menoleh kaget mendapati anggota tertua mereka kini tengah berdiri tak jauh darinya. Luhan masih terbatuk. Berusaha memuntahkan entah apa yang ada di dalam perutnya meski perut itu sudah kosong sepenuhnya.

"Ada apa dengan Lulu?" Ia bertanya dengan marah. Lay sempat mengalihkan pandang agar manik matanya tak bertemu dengan Xiumin.

"Akhir-akhir ini dia insomnia. Tubuhnya semakin melemah dan dia sering memuntahkan makanan yang ia makan."

Pandangan Xiumin meradang. "Dia sakit separah itu dan kau menyembunyikan semuanya? Apa kau gila, Lay?" Ia tak menyangka Luhan sakit. Dan yang lebih parahnya, mereka berdua menyembunyikan fakta tersebut.

"Kau anggap aku apa?"

Lay terdiam. Ia tak tahu harus menjawab apa. Meski kesalahan sepenuhnya bukan ada pada dirinya. Karena Luhan memaksa untuk tidak memberitahukan siapapun. Ia juga ikut andil dalam kebohongan ini. Itu sebabnya Lay juga salah.

"Kau seharusnya bilang padaku. Pada manager. Supaya perusahaan bisa mengambil langkah cepat untuk menanganinya." Xiumin tak dapat lagi membendung kemarahan mendapati Lay dan Luhan berbuat seenaknya. "Kalian yang berasal dari China adalah aset berharga bagi perusahaan."

"Luhan hanya ingin menjaga perasaan penggemar." Jawab Lay lirih. Meski itu tidak dapat dihitung sebagai kata pembelaan. Setidaknya ia sudah berusaha.

Luhan masih terus berjuang melawan rasa mualnya yang kian mendesak seluruh cairan dalam perutnya untuk keluar. Ia tak sanggup lagi, karena semua isi yang ada di perutnya sudah ia keluarkan. Pening hebat tiba-tiba menyerang. Samar-samar ia dapat mendengar suara marah Xiumin. Matanya berkunang, dan ia jatuh ke tanah setelahnya.

"Apa perasaan fans le-" perkataan Xiumin terpotong ketika ia merasa ada sesuatu yang menyentuh kakinya. Ia langsung melotot kaget ketika mendapati Luhan tergeletak lemah di dekat kakinya.

Buru-buru Lay dan Xiumin berjongkok di sebelah Luhan yang tak sadarkan diri. Mereka berdua menggoyangkan tubuh Luhan pelan. Berharap dengan cara tersebut dapat membuatnya bangun.

"Lulu... Jebal... jangan seperti ini." Teriak Xiumin frustasi mendapati Luhan tak bergeming.

***

Seoul - 17.07 KST

Via diam-diam mengambil coat tebal milik kakaknya yang tergantung di almari. Setelah itu, ia berjalan keluar secara mengendap-endap. Tak ingin sampai ketahuan kakaknya yang tengah mandi. Ia tersenyum senang ketika tinggal beberapa langkah lagi sampai di depan pintu utama.

"Kau mau kemana?"

Senyum bahagia itu luntur ketika Via mendengar suara lantang milik Yoora dari balik punggungnya. Ia pun secara lamban berbalik arah. Tersenyum canggung kepada kakaknya.

"Emmm..." Otaknya dengan cepat berpikir untuk mendapatkan alasan yang cocok agar diijinkan keluar. Dan satu ide cemerlang muncul. "Aku mau les bahasa korea sama Ricky Kim. Dia ngajak ketemuan di taman sekarang juga."

Yoora sempat memandang tak percaya pada Via. Hingga akhirnya gadis itu mengangguk pelan memperbolehkan. Via menahan teriakan girangnya agar tak meledak tatkala melihat Yoora mengangguk. Dengan senang hati, Via pamit pada Yoora. Ia sempat mendengar nasihat Yoora agar berhati-hati di jalan dan jangan pulang terlalu larut saat ia menutup pintu utama. Sepertinya Yoora masih trauma perihal kecelakaan kecil waktu itu.

Saat berhasil keluar rumah dengan mudahnya. Dan sudah mengantongi ijin dari kakaknya. Via langsung menaiki sebuah taksi yang sudah dipesannya sejam yang lalu.

"Anda mau kemana, Miss?" tanya yang sopir sopan saat Via sudah memposisikan diri di kursi belakang.

Via mengobrak-abrik tas kecilnya untuk mengambil sebuah kertas. Kertas undangan misterius yang didapatnya setelah perjuangan membuka kotak yang tak kalah misterius.

"Tolong antarkan saya ke alamat yang tertera dalam undangan itu." Katanya cepat. Taksi yang ditumpanginya pun bergerak perlahan menuju tempat tujuan selanjutnya.

***

Busan - 17.18 KST

Langit semakin menggelap. Para kru dan member masih saja meneriakkan nama Tao keras. Bocah kecil itu tak kunjung diketemukan meski mereka sudah menelusuri seluruh lokasi yang ada. Mereka juga tak menemukan jejak yang dapat menjadi petunjuk dimana Tao berada sekarang. Ponsel bocah itu juga tak aktif.

"Tao-ya..." Suho berteriak sekencang mungkin. Wajah lelah juga rambut yang berantakan sudah tak lagi ia hiraukan. Menemukan Tao adalah prioritasnya sekarang. Semenjak Kris pergi, adalah tanggung jawab sepenuhnya untuk menjaga kesepuluh orang yang tersisa. Karena ia leader. Meski posisi itu pemberian perusahaan. Tetap saja ia harus mengambil tanggung jawab penuh untuk itu.

"Tao. Kau dimana?" Suho menoleh dan mendapati Seunghwan juga tengah mencari dimana Tao berada. Dia sama lelahnya dengan yang lain. Atau mungkin yang paling lelah.

Suho ingat betul, beberapa bulan yang lalu saat berita Kris keluar beredar di berbagai media. Lelaki itu yang paling terpuruk di antara semuanya. Pasalnya, lelaki itu yang membawa lelaki bernama asli Wu Yi Fan untuk bergabung dengan EXO beberapa tahun silam. Dan ia merasa memiliki tanggung jawab penuh mengenai berita menyakitkan itu.

Lelaki yang bahkan sudah mengumumkan diri akan menikahi gadis yang dicintainya, sempat berniat membatalkan itu semua saat orang yang dibawanya masuk ke perusahaan menimbulkan masalah. Dan kini, Tao yang juga ia bawa masuk ke perusahaan juga menghilang entah kemana.

"Jika kau lelah, lebih baik istirahat saja." Seunghwan berkata pada Suho. Yang diajak bicara maah tersenyum geli. Harusnya lelaki itu yang istirahat. Dia pasti sangat lelah. Tak sempat menikmati manisnya bulan madu. Tapi harus terdampar di Busan untuk mengurusi kesebelas bocah yang tak henti-hentinya membuat masalah.

Senyum gelinya terhenti ketika matanya menangkap suatu kilatan di kegelapan malam. Ia berjalan mendekat. Menjumput benda berkilat tersebut dengan tangan kanannya. Ia terdiam ketika mendapati benda tersebut adalah gelang persahabatan milik TaoKris.

"Hyung..." Suho berkata lantang dan berniat menunjukkan benda tersebut. Namun, Seunghwan sedang sibuk dengan ponselnya dan tengah berbicara dengan seseorang di seberang sana dengan raut panik.

"Jangan kemana-mana... Aku akan segera ke sana..." katanya cepat lalu pergi dari hadapan Suho tanpa pamit.

Suho tak mempermasalahkan itu. Ia pun bergerak cepat untuk menyusuri daerah tersebut lebih teliti. Penemuan gelang tersebut memunculkan sebuah harapan di hati Suho untuk dapat menemukan Tao secepatnya.

***

Busan - 17.20 KST

Dengan tangan gemetar, Xiumin mencoba menghubungi salah satu manager mereka. Luhan masih terbaring lemah meski kini ia sudah berpindah di kasur dan bukan lagi di lantai. Dengan panik ia menunggu teleponnya diangkat.

Ia terus saja mondar-mandir tak sabaran mendengar nada dering tunggu itu tak kunjung berubah. Pandangannya teralih pada Lay yang tengah mengoleskan minyak hangat pada beberapa titik tubuh Luhan.

"Hallo..."Xiumin langsung bernafas lega ketika Seunghwan akhirnya mengangkat.

"Hyung..Ak-"

"Apa kau menemukan Tao?" perkataannya terpotong.

"Bukan... Aku belum menemukannya. Hanya saja-" Xiumin sempat menoleh sebentar pada Lay. Lelaki itu mengangguk meyakinkan Xiumin untuk melanjutkan. "-ada masalah lain di sini."

"Waeyo?"

"Luhan... dia pingsan dan-"

"Kau dimana?" lagi-lagi perkataannya terpotong. "Kau dimana?" Seunghwan bertanya kembali dengan nada panik yang kentara. Juga nada lelah yang dapat Xiumin dengar.

"Aku ada di kamar Luhan." Kata Xiumin cepat. Ia merasa iba karena harus menambahkan beban ini kepada Seunghwan. Hilangnya Tao sudah menjadi pekerjaan berat baginya. Sekarang, harus ditambah lagi dengan pingsannya Luhan. Tapi, ia tak memiliki pilihan lain.

"Jangan kemana-mana... Aku akan segera ke sana..." Setelah itu telepon di tutup.

***

Seoul - 18.00 KST

Via melangkah pelan memasuki sebuah gedung megah yang tersuguh di depannya. Ia terus saja terkagum melihat bagimana angkuhnya gedung tersebut berdiri megah. Ia makin tak dapat mengatupkan mulutnya saat melihat begitu apiknya desain interior di dalam gedung.

Ia terus saja berdiri diam mengagumi apa saja yang ada. Sampai salah seorang penjaga berbaju hitam menghampirinya.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Via terkaget. Buru-buru ia menyerahkan undangan fanclub rahasia yang ia punya kepada penjaga tersebut. Si Penjaga sempat mengamati sebentar sebelum akhirnya mengangguk hormat.

"Maafkan saya karena bersikap kurang sopan pada tamu VVIP." Katanya lebih lembut. Membuat Via mengerut dalam mendapati kesenjangan perilaku yang cukup drastis hanya karena sebuah kertas undangan tersebut.

"Mari nona. Saya akan mengantar anda." Ucap lelaki itu dengan nada sopan. Tangannya terulur ke depan seperti meminta sesuatu pada Via. Via yang tak mengerti maksudnya hanya bisa tersenyum canggung.

"Biar saya yang membawa barang bawaan milik anda." Jelas lelaki itu cepat. Via langsung tersenyum malu. Buru-buru ia menyerahkan barang bawaannya dan berjalan pelan mengikuti langkah kaki lelaki tersebut.

***

Busan - 18.02 KST

Seunghwan berlari dengan langka maksimal menuju kamar hotel milik Luhan. Segala penat sudah tak berarti lagi semenjak ia mendengar berita bahwa lelaki cantik itu pingsan. Ia langsung mempercepat langkahnya saat pintu kamar milik Luhan mulai terlihat.

Sampai di depan pintu, ia membuka pintu yang seperempat terbuka itu. Menerobos masuk dan langsung menuju tempat dimana Luhan dan yang lainnya berada. Rasanya ingin mengakhiri hidupnya saat itu juga tatkala melihat tubuh Luhan yang tergeletak lemah di sana.

"Ada apa dengannya?" katanya khawatir. Ia meringsek mendekat dan duduk tepat di sebelah Luhan. Meraba seluruh tubuhnya dan melakukan pemeriksaan singkat. Ia langsung terjingkat ketika mendapati tubuh Luhan yang sedingin es.

"Bisakah kita membawanya ke rumah sakit, hyung?" saran Xiumin perlahan. "Tanpa membuat yang lain tahu, kita bisa membawa Luhan pergi."

Seunghwan menggeleng cepat. "EXO sedang menjadi sorotan." Katanya sedih. "Begitu juga dengan SM. Agak sulit untuk membawa Luhan yang separah ini berobat tanpa ketahuan media."

Xiumin memandangnya marah. Ia sudah bersiap mengeluarkan semua perkataannya jika saja Lay tak menyela. "Kalau begitu-"

"-aku akan membawa Luhan ke China secara diam-diam." Katanya pelan. Pandangan Xiumin kembali teralih pada Lay saat mendengar ide konyolnya.

"Keluarga Luhan memiliki beberapa dokter pribadi. Aku yakin berita ini akan aman dari sorot media saat kami berada di Cina."

Seunghwan mengamati Lay. Bertanya dalam diam apakah ia yakin dengan itu. Lay mengangguk mantap. "Baiklah... Aku akan memesan tiket segera. Kita bisa membawa Luhan diam-diam karena perhatian semua orang tengah teralih pada Tao."

Dan dalam diam, mereka melakukan semua pekerjaan masing-masing. Bahkan Xiumin yang awalnya tak setuju hanya bisa mengangguk pasrah.

***

Seoul - 18.18 KST

Via diantar oleh pengawal tersebut sampai ke depan sebuah pintu besar yang diklaim sebagai ruangan VVIP di gedung tersebut. Lelaki pengawal tadi membukakan pintu untuk Via agar bisa masuk ke dalam. Dengan canggung, Via melangkahkan kakinya.

Dirinya langsung disambut oleh tatapan dari puluhan pasang mata di dalam ruangan itu. Lampu kerlap-kerlip yang dipasang seperti di klub malam membuat Via berseru heran dalam hati. Sebuah tepukan singkat di bahunya membuat Via menoleh kaget.

"Hai... Aku kira kau tak akan datang." Gadis dengan rambut sebahunya langsung menyapa Via ramah dalam bahasa Inggris. Via membalasnya dengan senyuman singkat. Ia merasa mengenali gadis tersebut di suatu tempat. Tapi ia lupa dimana.

"Perkenalkan, namaku Shim Yoona. Panggil saja aku Yoona." Gadis itu mengulurkan tangannya. Via membalasnya ragu. "Aku Via. Miranda Savia."

"Kau pasti bingung kan?"

Via mengangguk cepat. "Kau akan mengerti saat acaranya tiba nanti." Jelas Yoona singkat. Membuat Via semakin bingung.

Gadis lain datang menghampirinya dan langsung menyapanya ramah. "Hai, Via. Namaku Meimei. Terimakasih sudah datang ke sini."

"Dia adalah gadis yang dikenal sebagai Polar Light." Bisik Yoona pelan tepat di telinga Via. Via seketika membulatkan matanya takjub. Tak menyangka bisa bertemu dengan gadis yang namanya dikenal oleh banyak orang.

"P..Polar Light?" seru Via keras.

Gadis bernama Meimei langsung memukul bahu Yoon pelan. "Kenapa kau memberitahu dia dan membuatnya kaget..."

Yoona hanya tertawa renyah mendapati Meimei ngambek. Meimei lalu membisikkan sesuatu yang lain pada Via. "Dia gadis yang kemaren diam-diam menyamar sebagai pelayan di pesta pernikahan kakakmu."

Via kembali membulatkan matanya. Ia ingat sekarang. Dirinya pernah bertemu dengan gadis bernama Yoona itu di pesta pernikahan kakaknya.

"Emmm... Kalau boleh tahu... Apa yang akan terjadi di sini?" tanya Via untuk membabat rasa penasaran semenjak mendapati kotak misterius waktu itu. "Dan... Darimana kalian tahu mengenai diriku?"

Yoona dan Meimei tersenyum misterius pada Via. "Kau akan tahu saat waktunya tiba." Jawab Meimei singkat. Masih tak bisa mengobati rasa penasaran Via.

***

Busan - 18.30 KST

Pencarian Suho berakhir di sebuah kapal pesiar mewah yang tengah terparkir di pinggir dermaga. Ia melihat ada bercak air yang membentuk sebuah telapak kaki di setiap lantai kapal tersebut. Dengan hati-hati, Suho mengikuti bekas air tersebut.

Langkahnya terhenti saat bercak air yang membentuk telapak kaki itu berakhir. Digantikan oleh genangan air yang cukup banyak mengalir dari tubuh seseorang yang tengah menggigil di pojokan kapal. Mata Suho membulat sempurna.

"Tao-ya..." suaranya tercekat mendapati lelaki yang tengah dicari selama berjam-jam itu, kini tengah meringkuk kedinginan di pojok ruangan. Seluruh tubuhnya bergetar hebat. Buru-buru Suho melepas coat yang menyelimuti tubuhnya. Dengan gerakan cepat ia menyelimuti tubuh yang kedinginan itu.

Tak sampai di situ, Suho juga memeluk Tao erat agar lelaki itu cepat merasakan kehangatan. Ia takut jika Tao terkena hipotermia di cuaca sedingin ini. Tangannya bergerak mengusap-usap lengan Tao agar kehangatan cepat tercipta.

"H..Hyung..." kata Tao lirih di sela menggigilnya.

"Wae?" Suho menjawab dengan cepat. Masih mencoba menghangatkan tubuh Tao yang kepalang dingin.

"Aku..." kata Tao pelan. Suho perlahan menunggu lanjutannya. "Aku... Aku ingin pulang, hyung." Kata Tao dengan suara serak. Suho dapat merasakan cairan hangat yang menetes di lengan kanannya.

"Aku ingin pulang..." rapal Tao frustasi. "Aku ingin pulang..."

***

Continue Reading

You'll Also Like

1M 63.2K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
5.5M 9.9K 5
TERSISA 5 BAB. VERSI BUKU BISA KALIAN PESAN DI KAROS PUBLISHER. VERSI ONLINE BISA KALIAN BACA DI DREAME. "Kamu mau ngomong apa?" Amren tidak bisa me...
146K 4.4K 33
Nesya sebelumnya mengira bahwa perasannya itu akan sembuh dalam waktu yang lama, namun ternyata tidak semenyakitkan itu. Luka yang ia dapatkan tak se...
21.6K 2.3K 36
Sejak kecil, Irene lebih menyukai hal-hal yang berbau laki-laki. Hal itu membuatnya menjadi gadis yang tomboy, bahkan teman-temannya kebanyakan laki...